1O. amarah

199 42 3
                                    

setelah sesi konseling terakhir, karin kembali menjalani hidup seperti biasanya. mengerjakan tugas, bergosip dengan eva, dan menghabiskan sisa waktunya menonton drama.

tak ada yang berubah, sampai ketika eva dan karin berjalan-jalan di luar apartemen. ingin membeli alat tulis di toko buku dekat apartemen. sebenarnya hanya eva saja yang butuh, tapi karin ikut karena merasa bosan di apartemen.

eva selalu menghabiskan banyak waktu di toko buku. karin membenci kebiasaan gadis itu yang sangat mendetail.

terakhir kali mereka pergi ke toko buku, karin harus menunggu dua jam sampai eva selesai memilih stabilo berwarna sama dengan tempat pensilnya. ia bahkan selalu memaksa membeli pensil dan bolpen yang juga berwarna senada.

"va, lo parah sih, nyesel gue ikut lo. masa iya cuma duduk diem satu jam?" keluh sang pemuda maheswari sembari berjalan pulang.

eva terkekeh pelan. "ya lo tau sendiri gue, makanya udah gue bilang lo ga usah ikut."

"ya gue bosen, mau ngapain lagi coba." karin mendengus sebal.

"biar ga bosen, gue beliin ini." eva menyodorkan sebuah buku, dengan judul '99 Cara Mengatasi Anxiety'.

karin berdecak malas. "ayolah, lo tau kan gue males banget baca buku?"

"mending baca buku daripada gabut, bagus juga kan buat ngatasin anxi-"

eva menghentikan langkah, menatap seksama ke arah apotik. menyadari terhentinya langkah dan perkataan eva, karin ikut menoleh ke arah pandang sahabatnya.

keduanya sontak bersamaan membelalakkan mata. melihat danilo sedang membeli susu ibu hamil di apotik.

pria itu keluar dari apotik, merapatkan tudung jaket. eva cepat-cepat menarik karin bersembunyi di balik pohon, tentunya supaya tidak ketahuan.

setelah dirasa danilo sudah hilang dari pandangan, keduanya keluar dari tempat persembunyian. kemudian beradu pandang, menyampaikan emosi yang campur aduk.

"lo liat kan tadi?" tanya eva.

"ya iyalah bego, gue liat jelas dia bawa susu ibu hamil. please, gue ga mau nethink." karin menyibak bagian depan rambutnya ke belakang, menatap eva stres.

"jelas-jelas dia bawa susu ibu hamil. masa iya dia yang minum? lo bilang mamanya udah meninggal juga kan?"

"please, lo jangan buat gue mikir yang enggak-enggak!" karin berteriak frustrasi, membuat orang-orang di sekitar menoleh penuh heran, bertanya-tanya kenapa ada gadis gila yang berteriak di tengah-tengah trotoar.

karin menatap eva dengan mata berair, berusaha meyakinkan diri bahwa kemungkinan terburuk dari kekasihnya membeli susu ibu hamil tidak akan terjadi.

sementara eva menatap karin dengan pandangan iba, juga marah. gadis itu layak mengetahui fakta yang sebenernya, bukan?

- adiksi-

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang