Pilihan

3.3K 380 25
                                    

Tepat jam sembilan malam, Xiao Zhan baru sadar dari mimpinya. Ia bermimpi tentang gedung tinggi, seseorang berdiri di puncaknya. Xiao Zhan memandang punggung orang itu. Dalam keheningan suara, terbesit kata yang menggetarkan jiwa. Seperti mantra penggoda. Xiao Zhan bisa mendengar suara orang itu bersama sapuan angin yang berdesir di telinga.
Xiao Zhan, aku mencintaimu sampai mati.

Lalu orang itu melompat.

Xiao Zhan terbangun, menyadari itu hanya mimpi. Ia tertidur jam tujuh malam dan belum makan apapun dari pagi. Di sebelahnya ada sup iga teratai kesukaannya. Dan segelas susu jahe yang telah dingin. Mungkin sajian itu sudah ada di meja sejam yang lalu.

Xiao Zhan merasa pening, kepalanya berdenyut, begitu pula kepala bagian bawahnya. Panas tubuhnya memang sedikit berkurang tapi itu sama sekali tak membantu bagian lain untuk diam. Tongkat kecil berdenyut nyeri, sedangkan otot bagian belakang mengkerut dan membuka sendiri. Meminta sesuatu untuk memasuki.

Xiao Zhan berjalan terhuyung ke kamar mandi, mungkin berendam akan membuat tubuhnya sedikit rileks. Ia bisa memainkan satu macam permainan untuk membantu ototnya tidur, dengan sabun misalnya? Seperti yang pernah ia lihat di sebuah video yang dikirim Zhoucheng padanya.

Langkah Xiao Zhan terhenti, karena kakinya mulai mati rasa. Ototnya menegang sempurna sebelum tangannya menyentuh gagang pintu. Tubuhnya ambruk ke lantai. Suaranya terdengar hingga ke ruang tengah dimana keluarga sedang berkumpul membahas pernikahan Zhoucheng dua minggu lagi.

Saudara Zhan itu berlari ke kamar disusul anggota keluarga yang lain, untuk melihat apa yang terjadi. Ia terkejut mendapati kakaknya terbaring di lantai dengan posisi telentang. Ia menyambar ponsel Xiao Zhan di atas meja, mencari nomor dengan tergesa.

"Bajingan Kau Wang!!! " teriaknya kesal.

.
.
.

Wang Yibo membiarkan ponselnya berdering beberapa kali, ia tersenyum puas mengelus sebuah benda kecil di mejanya. Benda yang sangat kecil seukuran jari, tapi menyimpan rahasia yang sangat besar. Dering ponsel kembali berbunyi, Yibo melebarkan senyum, bergumam pada diri sendiri.

Waktunya balas dendam.

Yibo mengambil ponsel miliknya setelah tiga panggilan masuk ia abaikan. Yibo dengan sangat tenang menyahut suara di seberang sana.
"Apa?" ia pura-pura terkejut, padahal hatinya riang bukan main. Umpan sudah dimakan, waktunya menjaring ikan.

"Dia akan mati?" Yibo membuat nada suaranya terdengar sedih dan takut, padahal wajahnya sedang tersenyum gembira. Mati saja kau jalang, kalian semua jahanam. Umpat Yibo dalam hatinya.

"Baiklah, aku akan datang, tunggu aku sebentar lagi!" Yibo terkekeh, setelah sambungan telepon ditutup Yibo segera turun dari kamarnya. Menemui Tuan Jackson yang sudah siap bersama asistennya.

Mereka langsung menghubungi kepolisian district Maccau, yang sudah siap siaga di tempat. Sebelum Tuan Jackson memberi instruksi pada kepala polisi untuk segera berangkat, Yibo berbisik kejam di telinga ayahnya, "Biarkan Dia mati dulu, aku ingin melihat bagaimana ayahnya tersiksa dengan kematian anak tercintanya.... "

.
.

Zhoucheng duduk di samping Xiao Zhan yang masih pingsan. Omega itu belum membuka mata sejak sejam yang lalu. Zhoucheng berusaha menghubungi Yibo untuk memberitahu keadaan Xiao Zhan, tapi tuan muda kaya itu sama sekali tak menggubris panggilannya. Ingin rasanya Zhoucheng mencekik dan melemparkan kepala Yibo ke jendela rumahnya.

Ini sangat serius, jika Xiao Zhan masih bersikeras melindungi harga diri dengan tidak tidur bersama Alpha manapun, tubuhnya akan terbakar itu bisa berpengaruh pada rahimnya sebagai omega. Namun, jika Xiao Zhan dipaksa meminum pil penekan, ia akan mengalami penurunan hemoglobin secara drastis, kemungkinan tubuhnya akan melemah dan otaknya mengalami gangguan fungsi kesehatan.

Orang tua Xiao Zhan bimbang, satu-satunya harapan mereka adalah pria terkaya yang pernah menjadi calon suaminya. Mereka tidak tahu jika Xiao Zhan menyerah dengan status calon selir. Jika disuruh memilih ia akan tidur saja seperti orang koma, dari pada harus kembali pada Alpha yang tak punya hati dan perasaan seperti Wang Yibo.

.
.

Dorrr.

Suara tembakan terdengar di sebuah gedung tua. Seorang pria dengan pakaian mahalnya menodongkan pistolnya ke arah seseorang yang tangannya terikat di kursi. Tangan kirinya memegang ponsel yang tersambung dengan pihak pendengar. "Dengarkan aku Wang Yibo, jika bukti-bukti itu tidak kau serahkan padaku saat ini juga, maka suara peluru tadi bukan hanya mengenai dinding. Tapi juga akan melubangi kepala calon tunanganmu! "

Terdengar suara di seberang sana, "Polisi sedang menuju ke tempatmu, silahkan saja jika kau ingin ditangkap dengan dua dakwaan sekaligus.

"Baik, jika itu maumu.... "

Dorrr.

Letusan peluru memecah malam, gedung tak terpakai menjadi saksi bisu. Bahwa keserakahan dunia bisa membuat orang buta. Malam itu pula semua rahasia menjadi pintu pembalasan tanpa harus mengotori tangan. Yibo telah memainkan peran begitu lama menjadi kembarannya. Ia juga telah menjadi sutradara untuk membuat drama yang berakhir bencana bagi lawan, dan menjadi akhir bahagia untuknya.

Dengan suara peluru yang meluncur mulus, misi Yibo telah tuntas. Ia berkata dengan resolusi nada yang menggetarkan telinga musuhnya.
"Selamat Paman, kau telah mewakili tugasku. Dengan ini kau akan didakwa atas dua pembunuhan. Pembunuhan berencana 23 tahun yang lalu terhadap seorang bayi, dan kini pembunuhan pada seorang artis terkenal, anak dari dokter terhebat di Shanghai! "
Suara tawa dari ponsel menggema ke seluruh ruangan, membuat bulu kuduk siapapun berdiri. Tangan pria yang memegang pistol itu ikut bergetar. Wajahnya pucat pasi seperti zombi, jejak darah menciprat di muka. Sedang darahnya sendiri seperti terhisap kekuatan tak kasat mata.

"Ini tidak mungkin!!!!! " teriak perempuan di sampingnya.
"Kita tidak akan dipenjara!!! "

Perempuan itu mengambil pistol di tangan suaminya yang mematung tanpa jiwa, keringat di tangannya membuat perempuan itu tak bisa menggenggam benda besi dengan benar.

"Lebih baik aku mati saja, dari pada hidup di penjara!" teriakannya memekik sunyi, membuat dinding hitam itu memantulkan suara ngeri.
Bibirnya bergerak tak menentu, ada kecemasan besar dan ketakutan yang dalam di matanya.

Bagaimana ia bisa mengatasi rasa malu jika dunia mengetahui kejahatannya. Bagaimana mungkin pula seorang Jessica Wang desainer terkenal yang selalu hidup mewah dan berkuasa akan menjalani harinya di rumah tahanan.

"Tidakkkkkkkk.......!!!!!!!! "













Tbc.





Terima kasih yang setia menunggu 
Jangan lupa mampir juga di ff-ku yang lain
Judulnya From this Moment

Untuk yang tidak sabar menunggu bacaan sampai end, bisa hubungi aku karena hampir semua ff Yizhan milikku tersedia dalam bentuk pdf

Harja juga sedang diobral
Hahaha 😄😄

You Warm my Longest Winter (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang