Ending??

3.7K 368 40
                                    

Apa kalian bertanya-tanya apakah ini endingnya?
Baca, lalu komen di bawah
Aku ingin tahu bagaimana pandangan kalian tentang cerita ini

😊

.
.
.


"Selamat menikmati waktumu di penjara Paman! " bisik Yibo pada potret Wang Talu yang ada di ruang keluarga, bersama istri dan kedua anaknya. Yibo mengelus gambar itu bergantian, sembari meneteskan air mata. "Jika saja paman dan bibi tidak melakukan hal itu di masa lalu, mungkin keluarga kita akan baik-baik saja! " Yibo mengusap air matanya.

Ia berbalik dari ruang keluarga menuju kamarnya, mengambil dua buah foto dengan simbol kecantikan yang tak ada duanya. Ia membakar salah satu foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Simbol kecantikan wajah telah musnah, sementara simbol kecantikan hati akan abadi. Yibo mengecup foto itu berkali-kali.
Aku akan datang sayang, maaf membuatmu menunggu.

Tuan Jackson bersama perwira polisi berhasil mengamankan gedung. Ada dua wanita yang bersimbah darah, masing-masing terluka di kepala kiri dan kanan. Mereka ditembak menggunakan pistol yang sama. Pistol milik adik Jackson Wang yaitu Wang Talu.

Wang Talu terlihat kuyu, wajahnya seperti mati. Tak ada kekuasaan dan kesombongan lagi. Ia diseret dengan pasrah menuju mobil polisi. Tak sanggup untuk menoleh ke arah kakaknya lagi.

Polisi segera memeriksa tempat kejadian dan membawa mayat kedua wanita itu untuk diotopsi. Jackson Wang masih diam menatap ceceran darah di lantai. Ia mengalami pertikaian dalam hati, ini bukan hal yang dia inginkan sebagai seorang saudara. Melihat iparnya mati bunuh diri dan adik kandungnya kehilangan jiwanya.

Namun, sebagai seorang ayah ia tahu jika hal yang menimpa anaknya dulu harus dituntaskan. Semua orang yang terlibat akan mendapat hukuman. Apalagi karena peristiwa itu, istri tercintanya hampir gila. Lalu meninggal di usia masih muda. Seorang ibu pasti terguncang melihat anaknya meninggal tiga jam setelah dilahirkan. Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan bahwa bayi yang keluar dari rahimnya sangat sehat. Namun, belum sampai pagi hari, bayi itu dinyatakan meninggal karena kelainan jantung.

Nyonya Jackson histeris, ia tak percaya anak lelakinya akan meninggal secepat itu. Ia mengalami depresi hebat, sampai Jackson Wang harus memberikan terapi kesehatan pada istrinya itu. Beruntung salah satu dari anak mereka bisa hidup dengan sehat, dan menjadi putera kebanggan mereka saat ini.

.
.
.

Wang Yibo melajukan mobil secepat ia bisa, melawan arus malam yang dingin mencekam. Ia tahu kehangatan sedang menunggu. Di tempat sederhana, dimana satu keluarga saling mencintai satu sama lain tanpa ada prasangka dan rencana jahat di baliknya.

Rumah dimana ia menemukan sosok ibu yang kasih sayangnya seperti mendiang ibunya. Rumah kecil dengan kasih sayang yang besar. Satu-satunya rumah yang ingin ia jadikan tempat pulang. Rumah kekasih hatinya, cinta pertama dan terakhirnya.

Ketukan pintu di jam dua belas malam membuat Wang Zhoucheng menggerutu, ia baru saja tertidur lima menit yang lalu. Setelah selesai mengompres kepala Xiao Zhan dengan handuk hangat. Kakaknya itu mulai tertidur lagi, meski panas tubuhnya belum turun dan otot bawahnya belum mengendur.

Begitu melihat wajah siapa yang ada di balik pintu, Zhoucheng mengumpat dengan sangat nyaring.

"Sialan! "

Zhoucheng ingin menutup pintu itu kembali dengan kasar, tapi tangan kekar di depannya menahan gerakannya.

"Apa yang kau inginkan Tuan Muda? Tak cukupkah kau membuat kakakku menderita? " wajah Zhoucheng penuh api, ada kilatan listrik dari matanya yang bisa menyetrum siapapun yang berhadapan dengan kemarahannya.

"Aku ingin minta maaf, " jawab orang di depan pintu, menahan dengan sebelah kaki agar pintu tak tertutup rapat.

"Xiao Zhan sedang tidur, kembalilah besok pagi! " nada suara Zhoucheng masih tak turun, kemarahan masih berasap di atas kepalanya.

"Siapa?" suara lembut terdengar dari dalam, sosok tenang mengintip dari balik tirai.

"Bukan siapa-siapa Bu, " jawab Zhoucheng sambil mendorong pintu.

"Ibu, aku Wang Yibo! " teriak orang dari luar.

"Ibu--ibu, dia bukan ibumu! " Wang Zhoucheng menyentakkan ujung pintu ke sepatu milik orang di depannya, sampai orang itu mengaduh kesakitan.

"Zhoucheng, biarkan dia masuk! "

Atas perintah Nyonya Chen, Zhoucheng pun menyerah ia membuka pintu ruang tamu agar pria di luar bisa masuk. Namun Zhoucheng masih tak mau kalah, ia mengumpat di belakang telinga Wang Yibo.

"Jika kau buat kakakku menangis, maka burungmu tak akan berkicau lagi esok pagi, " ucapnya geram.

Wang Yibo mau tak mau tersenyum dengan ancaman Wang Zhoucheng. Kenapa seluruh penghuni rumah ini bertingkah sangat manis, terlebih kakaknya yang bernama Xiao Zhan.

Nyonya Chen mempersilakan Yibo masuk, ia mengatakan bahwa Xiao Zhan sedang sakit dan beristirahat di kamarnya. Betapa nyeri hati Yibo mendengar hal itu. Maksud hati ia ingin melindungi nyawa Xiao Zhan, namun di sisi lain ia membuat orang yang dicintainya itu terluka.

Tangan Yibo menyapu wajah terlelap dengan kelopak mata sembab. Dini hari Yibo menghitung jumlah bulu mata lentik itu tak tega untuk membangunkannya. Sang tuan muda mengusap jemari kecil milik Xiao Zhan dengan kelembutan. Menciumi satu persatu ujungnya.

Napas hangat Yibo berembus di mata kanan Xiao Zhan saat pria itu mencoba mengecup keningnya. Tidur Xiao Zhan terganggu, ia menggeliat tak tenang. Jemarinya terlepas dari genggaman. Ia mengerjap pelan, dua bola mata merah membuka diri. Namun pandangan sang omega masih kabur, tak tahu siapa yang duduk di tepi kasur.

Xiao Zhan menggeliat lagi seperti undangan untuk dilucuti. Itu karena panas tubuhnya membuat Xiao Zhan dibakar pelan-pelan oleh api birahi. Aromanya menyerang indera penciuman Wang Yibo, memaksa masuk bukan hanya ke hidung, tapi juga ke dalam syahwatnya yang lama terkungkung.

Yibo mengambil kembali jari jemari kecil itu, mengecup dan menjilatnya. Membuat gelombang aneh saat saliva dari mulut itu membasahi tangan Xiao Zhan. Sang omega tentu tahu jika ada seseorang yang melakukan itu. Tapi seperti dikatakan di chapter sebelumnya, beberapa inderanya tak berfungsi. Matanya hanya melihat bayangan tak jelas, sedang otak kirinya masih tertidur pulas.

Otak kanan mengambil alih, mengubah realita jadi bayangan futuristik, implementasi dari imajinasi yang terdorong oleh libido yang menjadi. Memimpin syaraf untuk diam dan menerima karena mengira semua hanya mimpi yang tampak nyata.

Wang Yibo ditahan oleh perasaan bersalah saat ia mulai diturunkan dari jemari ke bawah pusar. Terlalu malu untuk menyentuh bagian itu lagi. Yibo mencoba mengendalikan diri, tak ingin sang omega marah dan mengusir Yibo yang bersikap kurang beretika.

Dimana Xiao Zhan masih setengah sadar, tapi Yibo malah mencoba menggerayanginya di kamar. Yibo berdiam diri, menggigit jari hampir frustasi. Ia ingin membantu Xiao Zhan yang menegang, menyembul di balik celana piyama hampir sesak karena tak ada remasan.

Tapi ia sudah berjanji untuk tak menyentuh kekasihnya sesuka hati, kecuali sang omega sendiri yang minta disetubuhi.

Yibo dan keraguannya menemukan jawaban yang mengagumkan, saat lenguh suara Xiao Zhan sampai di telinganya. Napasnya terbakar, suaranya gemetar. Kabut nafsu berupaya menariknya keluar, meluncur bersama kata lemahnya yang hampir tak terdengar seperti suara.

Aku ingin kamu, Yibo.











Tbc.



Ketika ucapan tak lagi bisa dipegang, rasa hanya tinggal asa. Namun, kenangan tetap menyala. Buku yang berkisah tentang perjalanan waktu dan nostalgia yang tercipta dan tak akan bisa dilupa.

Rasa yang Hilang

Terdiri dari 20 cerpen dan puisi dari ragam penulis dengan rasa yang berbeda. Kini bisa kalian dapatkan hanya dengan 70k.

Buku yang akan membawamu untuk kembali mengenang moment di mana rasa itu pernah ada.

You Warm my Longest Winter (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang