Tuan Muda

4.4K 509 80
                                    

Fajar baru saja menyingsing. Menggiring pagi menyusuri bumi.

Zhan sudah terbiasa bangun pagi. Mencuci muka di kamar mandi. Sesekali ia berdecak kagum dengan perabotan di dalamnya, semua tampak bagus dan mahal. Tak sebanding dengan apartemen yang biasa ia tinggali. Atau rumah yang sejak dulu ia huni.

Ia menatap wajahnya di cermin, tak percaya dengan nasibnya. Nasib seorang omega yang harus terikat perkawinan dengan Beta tak dikenal, seorang emoga yang hilang keperawanan oleh pria bajingan. Jika bukan karena mimpi keluarganya, Zhan akan memilih lari saja dan mengejar Alpha gila yang telah merenggut kesuciannya. Menuntutnya atas pelecehan seksual.

Tapi setelah emosinya mereda oleh sapuan air di kran. Ia merasa dirinya yang gila, kenapa harus menuntut pria asing itu, padahal mereka melakukannya bukan karena terpaksa. Justru Zhan bersemangat mendesah di bawahnya.

Arrrggghhh... , Zhan berteriak dalam hati, menyesal untuk kedua kali. Kenapa ia bertingkah sok pahlawan, menolong pria tak dikenal. Dan berakhir diatas ranjang.

Jika waktu itu ia bersikap tak peduli. Mungkin ia akan melalui masa heat pertamanya dengan meminum pil penekan, bukan dengan meronta keenakan bersama pria jalang.

.
.
.

Zhan turun dari kamarnya, melewati ketujuh kamar tempat calon selir yang lain tinggal. 

Untuk sampai di mansion, Zhan melewati halaman luas berumput hijau, karena tempat tinggalnya dan rumah utama terpisah.

Mansion masih sepi, tapi suara denting perabotan di dapur mulai berbunyi.

Saat sampai di dapur, semua pelayan melihat ke arahnya. Bingung seakan saling lempar tanya.

"Tuan butuh sesuatu? " tanya seorang pelayan wanita yang terlihat paling senior diantara yang lainnya.

"Aku ingin membantu kalian memasak, " Zhan menawarkan diri, menyingsing lengan bajunya untuk mengiris wortel di meja.

"Tuan tidak perlu bekerja di sini, biar kami yang melayani. " Si pelayan nampak cemas, berusaha mencegah Zhan mengambil pisau di depannya.

"Sarapan dan semua keperluan calon istri Tuan muda Wang, kami yang menyediakannya. Anda tinggal menunggu di kamar, dan ikut sarapan jam 7 sebentar lagi. "

Zhan menghela napas, ia masih tak mengerti dengan jalan pikiran Wang tua ini. Jadi selir yang dimaksud asisten kemarin belum resmi menjadi istri, masih tahap seleksi, begitukah?

Zhan semakin berkecil hati, sungguh seperti cicak yang terjerumus ke kandang buaya Afrika. Ia mengeluh dalam hati, untuk meredakan rasa bosan ia berjalan mengelilingi taman.

Ia melihat beberapa penjaga kebun yang sedang membersihkan dan menyiram tanaman. Ia berinisiatif untuk membantu mereka, tapi lagi-lagi mereka mencegahnya.

Zhan merasa bosan dan duduk di ayunan yang ada di taman samping. Melihat cahaya matahari perlahan naik. Menyiram kelopak bunga dan rerumputan. Hangatnya sinar mentari memeluk bumi, juga memeluk kaki Zhan yang dingin.

Cahayanya berpendar menciptakan pelangi saat terbias oleh air mancur di muka halaman. Menampakkan kilau indah pada patung wanita yang bertelanjang dada, dengan kain yang menutupi kemaluannya.

Xiao Zhan iseng, lalu memotret patung itu dari tempat ia berada dengan kamera ponselnya. Ia tersenyum puas saat melihat hasilnya. Zhan memang pria pemikir dan mudah sedih tapi ia juga mudah tersenyum oleh hal-hal kecil yang ia lihat di sekitarnya.

Zhan melihat beberapa hasil jepretannya, memilih yang paling bagus untuk dikirim ke saudaranya. Iya, Zhan mengatakan bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah besar. Zhan ingin memamerkannya pada mereka.

You Warm my Longest Winter (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang