Maaf jika lama sekali ini update
Maklum lagi sibuk menenangkan diriSelamat membaca ya
Semoga sukaMobil itu berhenti tepat di sebuah restoran bintang lima. Ada dua penjaga berjas formal yang berdiri di pintu utama. Seorang pelayan berkemeja putih dengan dasi kupu-kupu menghampiri mereka. Menunduk hormat, sampai Erik menurunkan kaca jendela.
Erik turun terlebih dahulu untuk membuka pintu belakang mobil tempat Zhan duduk bersandar.
"Cepat turun!" seru pemuda itu. Tidak nyaring tapi cukup tegas.Xiao Zhan keluar dari mobil itu diapit oleh Erik yang mengulurkan tangan untuk menyambut Xiao Zhan. Manusia satu ini begitu mudah merubah sikap, dari dingin dan kejam menjadi pria dengan sikap toleran.
Erik Wang meletakkan tangan Xiao Zhan di lengannya, sedangkan omega itu tak berani menolak sebab mata Erik memberikan pesan agar menurut padanya. Mata elang yang sama seperti alpha yang pernah menindih Zhan di ranjang. Kilatan cahaya penuh dendam, dan api yang berkobar.
Malam itu Zhan ingat, betapa panasnya tubuh sang alpha, betapa gilanya seringai dan tatapannya. Tapi satu yang tak bisa disembunyikan, ada luka yang terselubung di balik mata pemangsa itu, dan Xiao Zhan bisa melihat itu dalam diri Erik Wang kini.
Pria itu balas menyapa pelayan yang tersenyum dan menyambutnya, tapi wajah itu masih dingin dan tak bisa disebut ramah. Seorang pelayan berjas coklat mengantarkan Zhan dan Erik ke meja no 85 tepat di sisi jendela.
Pelayan itu menyodorkan buku menu warna emas pada Erik dan Zhan.
"Hem, aku tidak akan makan, dia saja!" Erik menunjuk pada Zhan yang kebingungan."Pesan apa saja, aku tahu kau lapar!"
Xiao Zhan melongo, ia masih tak mengerti apa yang sedang berlangsung saat ini. Restoran bintang lima dengan pelayan super rapi dan ramah, serta buku menu mewah dengan hidangan mahal seharga uang makannya sebulan.
"A-aku bingung mau pesan apa, di sini tak ada jus buah atau ayam goreng, semuanya memakai bahasa inggris, aku tak mengerti!" Zhan menggelengkan kepala. Erik menghela napas mendengarnya.
"Bawakan satu porsi Beef dan segelas ice lemon tea tanpa alkohol!"
Akhirnya Erik yang angkat bicara, "Satu wine merah untukku!"
Erik menambahkan, sebelum pelayan itu berlalu dari mejanya.Xiao Zhan menatap Erik, ia menginginkan penjelasan dari tuan muda itu. Tapi Erik bergeming, ia malah melihat ke arah lain, di luar jendela yang menampilkan potret jalanan kota.
Xiao Zhan mengetuk meja pelan, "Tuan Erik, Tuan.... "
"Aku sedang tak ingin berbicara, " Erik menjawab tanpa menoleh. Akhirnya Zhan hanya bisa menelan semua pertanyaan yang ingin ia lontarkan.
Ia menoleh ke sekeliling, melihat interior ruangan. Lampu-lampu emas bergelantungan, dinding warna cokelat yang classic dan kursi kursi yang tampak artistik. Ini restoran termewah yang pernah Xiao Zhan kunjungi, seumur hidup baru kali ini Xiao Zhan duduk di tempat seperti ini.
Diam-diam Erik Wang menatap wajah Xiao Zhan yang tengah melihat-lihat restoran itu. Wajah polos dengan bibir sedikit terbuka, dan mata yang memancarkan kekaguman. Erik menikmati pemandangan itu melebihi hiasan dan arsitektur yang ada di restoran.
Seorang pelayan perempuan dengan setelan rok span selutut dan blouse, menghampiri mereka. Pelayan itu membawa nampan berisi pesanan yang disebutkan Erik tadi. Dengan senyum manisnya, pelayan itu memberi hormat pada Erik dan Zhan sambil berkata, "Jika Tuan-Tuan butuh sesuatu silahkan bunyikan lonceng ini."
Pelayan itu menunjuk lonceng keemasan yang ada di sisi meja.
"Silahka Tuan, selamat menikmati hidangan dari kami! "Setelah berlalunya si pelayan wanita yang tampak ramah dan manis, Xiao Zhan masih bergeming, tak menyentuh makanannya. Ia hanya menatap daging warna keemasan di atas piring keramik putih berkilau. Lalu berganti melihat garpu dan pisau warna emas terang, yang sungguh terlihat seperti perhiasan mahal.
"Kenapa belum dimakan? Apa kau tidak suka? " Erik bertanya pada Zhan yang masih diam.
"Aku sedang membaca doa sebelum makan," jawab Zhan. Setelahnya pria itu mengambil garpu dan pisau dengan cara yang salah. Erik tersenyum kecil hampir tak terlihat.
Lucu sekali pemuda ini, dia bilang masih berdoa tadi. Padahal aku tahu ia sedang memikirkan bagaimana cara makan beef di depannya. Ia terlihat gugup, bahkan ia tak tahu cara memegang garpu dan pisau yang benar. Gumam Erik dalam hati.
"Apa Kau bisa memotongnya? " Erik kembali bertanya, melihat Xiao Zhan tampak kebingungan. Ia memegang garpu di tangan kanan dan pisau di tangan kiri. Sehingga ia kesulitan untuk memotong daging itu.
"Aku bisa melakukannya!" Xiao Zhan menjawab yakin, tapi gerakannya sangat meragukan. Selang tak berapa lama, sebelum daging itu mencapai mulut Zhan, bahkan belum terpotong sempurna dan tertusuk garpu secara elegan. Pisau yang ada di tangan Zhan, luput dari genggaman. Tergelincir oleh jari jemari yang basah oleh keringat, didorong ke bawah oleh tangan tak lihai.
Xiao Zhan terkejut, pipinya memerah, ia menunduk menahan malu, semua pengunjung menoleh padanya karena suara pisau yang jatuh ke lantai terdengar ke penjuru ruangan. Erik merasa kasihan, ia ingin tertawa melihat kepolosan pemuda itu, tapi hatinya tak tega, mendengar Xiao Zhan menggerutu dengan suara lembutnya, "Kenapa kau bawa aku ke tempat seperti ini? Apa kau berniat menghinaku lagi?"
Erik membunyikan bel di meja, seorang pelayan pria mendekat dengan cepat.
"Anda butuh sesuatu Tuan? ""Ambilkan aku pisau, pria ini tak sengaja menjatuhkan miliknya! "
"Baik Tuan. "
Pelayan itu datang kembali dengan membawa pisau baru beserta sapu tangan baru. Ia membawa pisau yang ada di lantai ke dapur. Setelah kepergian si pelayan, Erik mengambil pisau di meja dan garpu yang masih bersih. Memotong daging di piring Xiao Zhan dan menyodorkan daging yang sudah terpotong rapi di garpu itu pada Xiao Zhan.
"Makanlah! " ujar Erik, masih dengan muka datar, tapi suaranya sungguh sangat lembut kali ini.
Xiao Zhan mendongakkan kepala, matanya berkilau di tempa sinar lampu ruangan. Erik terpana, wajah polos itu sungguh mengagumkan, pancaran mata indahnya murni selayaknya peri. Sampai Erik tak sadar, jika daging yang ia sodorkan telah habis digigit si mungil.
"Apa kau suka rasanya? " tanya Erik kemudian untuk mengalihkan pikirannya yang terbuai dengan kemanisan tingkah Xiao Zhan.
"Kalau begitu aku yang akan memotongkan daging ini untukmu, kamu cukup menikmatinya saja!" ucap Erik lagi, sembari memfokuskan diri mengiris daging sapi itu.
Kini giliran Xiao Zhan yang menatap wajah Erik yang sedang serius memotong daging di piringnya.
Pria ini sungguh seperti bunglon yang mudah berganti warna. Tadi di mansion, Erik Wang sangat kasar dan arogan seperti pria yang tak punya belas kasihan. Ia juga memperlakukan Zhan seperti pelayan yang tak ada artinya.
Baru beberapa saat berlalu, bahkan bulan belum diganti oleh matahari. Pria ini sudah berganti muka lagi, menjadi seorang yang sangat peduli, manis bahkan terkesan romantis.
Ada apa sebenarnya?
Kenapa Erik memperlakukan Zhan seperti seorang kekasih sekarang? Padahal tadi dialah yang menghina Zhan saat makan malam?
Manakah sifat Erik yang asli?Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Warm my Longest Winter (End)
FanficJangan terkecoh dengan judul dan prolognya. Cerita ini sensual dikemas dalam narasi yang menyayat hati. Omegaverse yang disajikan dalam wadah birahi, dengan topping romansa dan sedikit saus air mata. Yang alergi BL apalagi yang masih di bawah umur...