Part 1 : Aku

352 14 2
                                    

Pagi cerah di lereng gunung berpadu dengan dinginnya udara. Eih kok puitis banget sih Thor. Yang enjoy ae lah. Dah lah guys udah tau kan aku siapa dan ngapain.

"Ayu sarapan dulu,"panggil Dania, ibu tercinta dari meja makan. Dengan cepat ku langkahi tangga demi tangga dengan cepat. "Nduk pelan-pelan. Nanti jatuh,"ucap Dirga, bapak tersayang. "Sudahlah Pak. Bukan Ayu kalo nggak kayak monyet keluar dari kandang,"ucap Nadya, kakak ku.

"Monyet monyet. Liat nah dari ujung kaki sampai ujung kepala sudah kinclong masih aja di bilang monyet,"ucap ku tak terima. Aku tau nggak guna sebenernya berdebat ginian. Tapi seru aja kalo diterusin.

"Udah Nad Yu. Udah besar itu malu Nduk sama tetangga. Berantem mulu,"ucap Dania. "Iya Bu,"ucapku dan Nadya tapi masih tetap pengen resek. "Yu udah besar. Biasakan berjilbab,"ucap Dirga.

Ohh iya ges aku lupa kasih tau. Keluarga ku memang latar belakang nya agamis. Cuma aku aja yang kayak mahkluk nyasar di KK. "Pak tapi Ayu pecicilan. Belum bisa halus manis nan anggun kayak Kak Nadya,"ucapku jujur. "Nggak butuh alasan buat karakter Nduk.

Yang penting menutup aurat. Sifat sama karakter ngga ada yang perlu di ubah,"ucap Dania membuat ku mengangguk. "Iya Bu nanti Ayu pakai. Kak Minggu ini free nggak. Temani nonton film ya Kak. Temen ku lagi kebut tugas,"ucapku.

Nggak kaget kan ya kalo aku mahasiswi semester menjelang akhir. Tugas ku sudah kelar dong, Ayudya gitu loh. Apa sih yang nggak bisa? Udahlah sombong amat cuy ngga enak sama para readers yang tugasnya berkumpul di hari Sabtu kayak author.

"Ehm nggak bisa Yu. Minggu ini kakak mau jalan sama Kak Hasan,"ucap Nadya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Hwah bucin bucin. Pacaran aja teross,"ucapku menyendok nasi goreng. "Ya wajar aja kan. Namanya juga sudah halal,"ucap Nadya bangga. Heh memang aneh orang ini, sayangnya dia kakak ku ges. Nadya memang nikah muda dan ya mereka masih sama sama apalagi itu namanya kuliah kedokteran yang di rumah sakit. Koas kah apa kah itu lah.

Kuliah kedokteran kan memang lama. Berbeda dengan ku lah ya. Karena dia sosok yang di idamkan dengan lemah lembut nya.

Aku? Hanya remahan aja..

Hiks...

"Lho ngga papa kalo Ayu mau di temani,"ucap Hasan. "Skip skip. Nanti aku jadi nyamuk lagi,"ucapku menegak segelas susu dan kembali ke kamar. Menunaikan keinginan sekaligus kewajiban menutup aurat. Sebenarnya aku bukannya nggak mau cuma tuh nyadar terlalu pecicilan dan sangat berbeda dengan perempuan berjilbab dalam bayangan ku.

Sembari memakai jilbab berwarna soft pink tampak serasi dengan baju yang ku pakai. "Masya Allah. Gitu dong Yu. Cantik kalem bin anggun,"ucap Nadya duduk di atas ranjang ku. "Aduh kak Nadya baru sadar kah? Aku kan memang cant

"Hust udah ayo ke kampus,"ucap Nadya meletakkan jari nya di bibir ku membuat kicep. Padahal kami juga bukan satu instansi. Jadi ngapain Kak Nadya obrak abrik ke kamar ku???

Hah memang orang dewasa sepertinya nggak pernah se frekuensi dengan anak muda yang masih aktif nya bermain dan bebas menikmati dunia.

"Pak Bu. Ayu berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum,"ucapku bergegas sembari melajukan sepeda melewati depan teras.

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati Nduk,"

Hmm kalian tau sendiri kan kalo sudah gini liat ke sebelah, Nadya sama Hasan naik motor bareng duh manisnya. Ada mobilnya tapi katanya naik motor lebih irit. Memang mereka berdua itu ngga ngerti betapa ternista nya jones kayak aku ini.

Mengabaikan ke ngenesan hidup dengan menikmati udara segar sepanjang jalan. "Kak aku duluan,"ucapku sebelum berbelok ke arah instansi yang ku cintai. Yang sudah beberapa kali membesarkan nama ku di kancah internasional dalam ajang perlombaan.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang