Part 5 : BOOM 🔥🔥🔥🔥

124 10 1
                                    

"Di depan gang aja,"ucapku ngga enak dan ngga mau bawa dia ke rumah. "Kiramu aku laki-laki nggak tau tanggung jawab. Buruan sebelah mana,"ucap Dimas. "Nggak perlu tanggung jawab segala. Udah di anterin sudah makasih,"ucapku mengelak.

"Kamu nih jangan-jangan bohong lagi rumah mu blok sini,"ucap Dimas. "Aish ngga seaneh itu,"ucapku judes. "Memang cocoknya di mutilasi aja,"ucap Dimas. "Psycho. Kan udah ku bilang turunin di depan gang aja. Nggak usah masuk,"ucapku.

"Permisi Pak. Rumahnya Mbak ini sebelah mana ya,"ucap Dimas bertanya ke penjaga komplek. "Loh Mbak Ayu kan di rumah putih gading itu,"ucap Pak Sardi sangat jujur sekali. Aihh semoga orang rumah sudah tidur ya Allah.

"Ada tamu ya,"ucap Dimas memasuki area rumah ku. "Err iya mungkin,"ucapku bingung. Nggak mungkin kalo yang mau lamar sampai jam segini kan. Sembari turun dari motor, aku masih terus berspekulasi dalam diam. Siapa yang bertamu sampai jam segini??

"Takut di marahi ortu?,"tanya Dimas membuat ku mendongak. "Bukan. Mikir aja siapa yang bertamu di jam segini,"ucapku. "Haih tinggal masuk aja kok repot,"ucap Dimas turun dari motor menarik tangan ku masuk ke rumah. "Stop. Aku masuk sendiri aja. Makasih ya,"ucapku mengendap-endap di jendela teras.

"Sudah capek malah ketemu orang gila,"ucap Dimas mengusap kasar wajahnya. "Maaf ya pak Bu atas kurang nyamannya,"ucap Dania keluar bersama dengan sepasang pasutri seusia nya. "Loh itu Ayu,"ucap Nadya menunjukku.

"Dim katanya masih tugas,"ucap laki-laki seusia Bapak. "Iya ngantar cewek ini. Kan tadi Dimas sudah cerita di telfon Yah,"ucap Dimas. Yah? Wait kok aku curiga. Please jangan epic moment lagi lah. Nggak lucu, sumpah. "Lah kalo udah ketemu duluan gini jangan-jangan udah serius duluan sebelum di kenalin,"ucap Dirga membuat ku langsung paham.

"Sek sek. Pak Bu. Ini Om Tante yang kalian maksud?,"tanya ku. "Kan memang gitu Yu,"ucap Nadya. "Ehh kan nggak lucu kalo gini. Bu bercanda kan nggak mungkin dia kan calon suami Ayu,"ucapku. "Apa toh Nduk kok malah ngelantur,"ucap Dania.

"Bukan gini gini. Tadi tuh Bu makanya aku pulang malam gara-gara masuk kantor polisi. Dan itu tuh gara-gara aku konsul dadakan sama dospem baru di kira akting. Bu ngga sebercanda ini kan hidup ku,"ucapku memasang wajah penuh senyum.

"Oalah bagus jeng. Berarti udah kenal kan sama Dimas,"ucap perempuan paruh baya tadi. "Yah ini kah? Nggak salah kah. Rasanya nama nya anggun baru fotonya manis gitu. Aih filter lagi tapi masa iya orang ini. Iya sih baby face tapi pecicilan gitu Bun,"ucap Dimas membuat ku menaikkan sebelah alisku.

"Ehh kira mu aku anak-anak filter hah. Ya udah suka-suka ku dong mau pecicilan kah gimana. Lagian mending pecicilan daripada salah tangkap,"ucapku. "Kan Bun kayaknya salah orang. Yang itu kali meskipun ngga mirip,"ucap Dimas menunjuk Nadya. "Heeh kenapa jadi runyam gini sih,"ucap Dirga.

"Astagfirullah makhluk alim kayak aku gini masa dapat jodoh bar-bar kayak dia sih,"ucapku. "Bar-bar mana sama yang lompat pagar,"ucap Dimas tak mau kalah. "Ya suka suka ku dong.  Udahlah kayaknya bukan yang ini deh,"ucapku menunjuk Dimas sembari menatap laki-laki satunya.

"STOP!!!???,"

---

"Jadi kan sudah sreg jeng. Nggak sabar loh kita besanan. Ayudya loh memang sudah kayak anak sendiri dari sebelum lahir,"ucap perempuan paruh baya berbaju batik maroon. Entah jam berapa ini yang jelas mata ku sudah nggak sanggup terbuka jelas. Tapi gara-gara begini terpaksa terbuka lebar.

"Hehe iya Tan,"ucapku kikuk. "Jangan Tan toh Nduk. Bunda gitu biar sama kayak Dimas sama Sagara,"ucap Anisa. Gara-gara teriakan melalang buana Dania berakhir di dudukkan dengan Dimas gini. Mana besok ke kampus, ngga bisa tidur seharian.

Remuk badan ku padahal ngga ngerasa terlalu banyak tingkah. "Kalo aku ya langsung pengennya jadi mantu secepatnya. Makanya aku diam aja ini. Jadi besan beneran sama Pak Dirga aja sudah seneng,"ucap Manggala bertos ria dengan Dirga.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang