Part 8 : Enchanted

93 8 0
                                    

"Saya calon suami mahasiswi Anda, Ayudya Savita Nalendra,"

"Wah selamat ya. Jadi demo tempo hari bisa mendekatkan ya,"ucap Dyan dengan nada mulai melunak. "Siap bukan. Kami berdua di jodohkan dan tanpa sengaja tau setelah malam itu mengantar Ayudya pulang,"ucap Dimas lancar.

Aku aja sudah kehabisan kata-kata cuma bisa mengangguk dan iya iya aja. "Baik Ayudya. Setelah saya liat tugas akhir sudah lengkap jadi silahkan persiapan sidang tugas yang akan datang. Juga saya rasa undangan pita biru emas di meja ruang tamu saya tadi pagi sudah tau siapa pengirim nya.

Terimakasih undangan nya dan saya akan usahakan untuk datang. Yang lain?,"tanya Dyan. "Saya Bu, mau Konsul,"ucap Calvin ikut masuk bersama Dyan. "Yu beneran kah,"ucap Michael menatap ku penuh tanya. "Menurut mu apa aku bisa bohong,"ucapku lemah.

"Nggak sih dari muka mu kali ini. Yey akhirnya ada yang bakal lepas status jones dari lahir nih. Senyum lebar dong,"ucap Sandrina. "Aku mau kecewa tapi ya gitu. Aku sudah paham penjelasan mu waktu itu Yu. Semoga bahagia ya,"ucap Audrey merangkul ku.

"Nah itu sudah. Kalian memang teman yang baik,"ucapku berkaca-kaca. "Nggak usah nangis kali Yu. Lagian tuh bapak polisi yang kamu nikahi. Masyarakat sebanyak ini aja di jagain, apalagi kamu,"ucap Sandrina. "Dari demo berakhir ke pelaminan,"ucap Audrey tergelak.

"Aih senang nya diri ku. Berarti kalo kamu nikah kasihan dong Maharaja sendiri. Biar aku yang temani,"ucap Michael membuat ku menepuk jidat nya. "Heh ko itu,"ucapku. "Eits Pram kan kalem cocoknya sama aku aja,"ucap Audrey. "Kamu mah cocoknya sama Calvin aja,"ucap Sandrina bersamaan dengan Calvin yang keluar dari ruangan.

"Gosip aja terus. Buruan yang mau masuk,"ucap Calvin. "Nggak ada. Orang kita penasaran sama Ayu doang,"ucap Audrey. "Eih kalian ini memang nggak ada tobatnya,"ucap Calvin kesal. "Dek bisa pulang sekarang? Sebelum ortu mikir neko-neko.

Apalagi masa pingitan gini,"ucap Dimas. "Kak bisa nggak aku pulang bareng mereka aja. Kakak duluan aja nggak papa. Semalam aku sudah janjian mau makan bareng. Takutnya kamu sibuk,"ucapku. "Dimana? Saya ikut,"ucap Dimas membuat ku kehabisan kata-kata buat ngga pulang bareng.

"Yakin? Lama loh kak kalo cewek sama satu cowok sih kumpul,"ucapku. "Tanggung jawab melindungi kamu sudah masuk prioritas sejak sidang tadi,"ucap Dimas membuat tiga teman ku riuh. Lain kalo Calvin. Dia tuh riuh tapi cool. Itu aja cool nya. Lainnya ngga ada samsek.

"Di tempat biasanya aja gin,"ucap Michael ku angguki. Sembari berjalan ke parkiran, banyak sekali mata tang menatap ku heran. Iya kalo aku di posisi mereka bukan cuma heran pasti ada plus ghibah nya. Hehe kebiasaan jadi maklum ya...

---

"Lah kan darimana lagi kalian,"tanya Anisa dengan wajah cemas menunggu di depan teras rumah. Baru kali ini aku menginjakkan kaki di rumah Dimas. "Habis dari kampus Bun,"ucapku tersenyum manis. "Kalian ini coba sabar lah kalo mau jalan bareng atau apapun itu. Tanggal nikah sudah di depan mata,"ucap Anisa.

"Bun Dimas pamit mau anterin Ayu ya,"ucap Dimas. "Ayu ayu. Panggil yang bener le. Ayu ku anter aja. Kalian nggak boleh ketemu ya,"ucap Anisa menarik ku pergi. "Memang Nduk. Anak nakal satu itu kadang bikin cenut cenut liat tingkah nya. Tapi biar Dimas kadang ngeselin dia baik Nduk,"ucap Anisa.

Sumpah ini Camer mau promosi kan anaknya atau gimana yak. "Loh Bun mau kemana,"tanya Manggala turun dari mobil. "Mau nganter calon mantu juga ini. Itu nah anak Lanang masa baru pulang,"ucap Anisa. "Jalan bentar lah Bun. Ayo ku anter,"ucap Manggala.

"Nah gitu dong Yah. Jadi ngga usah repot-repot naik motor,"ucap Anisa membuat pertanyaan lagi-lagi  seputar pernikahan terputar di otak ku. Nggak di rumah, ngga di mana pun itu selalu aja tampak gambaran manis di depan mata ku.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang