Suatu senja seorang laki-laki yang telah berusia lanjut duduk dengan kedua buah hati nya. Rahsya Dimas Maurya dan Aisya Ayudia Maurya. "Yah Bunda cantik ya,"ucap Rahsya. "Hmm mata nya mirip sekali dengan mata mu,"ucapku mengingat.
"Sudah banyak kali ku denger tapi masih tetap suka kalo Ayah cerita lagi,"ucap Aisya. "Kalian memang pernah liat Bunda,"tanyaku terkekeh geli. "Ya kan ada foto nya di rumah. Trus tuh hehe. Aku copy file sama Aisya dari flashdisk di kotak biru di kamar Ayah,"ucap Rahsya.
"Oo memang kalian ini,"ucapku tergelak. "Yah memang waktu itu ngga pernah dengar gitu kalo Bunda sering ngeluh sakit,"ucap Aisya. "Bunda mu bukan orang kayak gitu Nduk. Dia nggak suka jadi lemah,"ucap ku mengingat sosok gadis yang selalu menjadi bunga tidur ku.
"Ayah kenapa sih suka betul lagu lawas yang itu aja terus. Kan banyak lagu lain selain kekasih impian,"ucap Rahsya. "Nggak le. Lagu itu penyesalan Ayah. Selama ini ngga pernah terbesit sekali pun rasa istri ku ini itu. Sebagai seorang polisi, Ayah gagal karena ngga pernah tau sesakit apa yang di derita Bunda mu.
Sebagai suami, Ayah juga gagal melindungi istri sendiri. Yang terngiang cuma saat itu Ayah ngajak Bunda mu ke bukit buat liat pemandangan malam. Ayah bilang nggak bisa kah sedikit aja kasih jawaban atas kelanjutan hubungan yang bukan lagi anak-anak.
Nyatanya ya kalian tau sendiri. Ku kira Bunda mu gengsi. Ternyata alasan nya nggak pernah mau bilang hanya karena saat dirinya pergi. Ayah ngga pernah terngiang jelas sosoknya. Jangankan orang lama, biar gimana pun meskipun bibi yang tinggal di rumah meninggal ya kepikiran kan. Apalagi untuk orang yang status nya istri.
Ada ngga nya perasaan tetap aja Ayah yang bawa dia masuk ke kehidupan rumit sebagai istri di usia muda dan Bhayangkari yang harus mendampingi Ayah bagaimana pun kondisi nya. Itu yang Ayah sesal kan. Andai tau waktunya ngga lebih dari satu tahun. Nggak akan ku sia-sia kan waktu itu hanya untuk kelahi.
Biar pun Ayah bilang begitu, ngga sekali pun ku sesali semua masa yang terbayang. Ayah ngga sedewasa itu dulu. Masih suka baku hantam sama Bunda mu sambil lari-lari. Kayak anak kecil aja kan,"ucapku tersenyum lebar. "Ayah kangen ya sama bunda,"tebak Rahsya menepuk pundak ku.
"Ayo Yah. Pulang,"ajak Aisya mengajak ku kembali. Meskipun usia ku yang hampir menginjak angka 45. Membesarkan dua anak kembar ku bukan masalah. Akhirnya aku bisa mengantar mereka ke gerbang kesuksesan adalah cita-cita terbesar yang akhirnya ku capai sebagai Ayah. Mengingat remahan kenangan yang masih tersisa di benak ku.
Aku nggak pernah meminta waktu yang panjang memang. Aku hanya meminta pernikahan yang bahagia. Untuk apa panjang jika hanya di isi dengan perkelahian. Itu setidaknya hikmah yang bisa ku ambil. Memasuki rumah, angin meniup sepoi-sepoi semua gorden di dalam ruangan seperti menciptakan simfoni tersendiri.
Aroma harum masakan berpadu dengan harum semerbak dari bunga yang ada di setiap sudut rumah. Ku tinggalkan semua ilusi yang kian merebak di benak ku. Mengenakan kembali pakaian kebanggaan ku. Seragam yang pernah mempertemukan kembali aku dengan Ayudya.
---
Denting piano mengalun lembut di telinga ku. Semilir angin bertiup kecil dari jendela mengibaskan korden pelan. Bunga mawar mekar di seluruh penjuru ruangan membelai indra penciuman ku. Mata ku menutup rapat menikmati setiap nada yang tercipta dari setiap piano yang tertekan.
Sinar matahari hanya mengintip malu-malu dari bilik jendela. Bahkan kucing peliharaan ku ikut tersipu duduk di bawah kaki piano sembari terlelap. Gemericik ikan yang tinggal di akuarium seolah tau nada yang tengah di mainkan kian menambah syahdu.
Kini telah ku buktikan
Kamu pendamping setia"Ayah sudah siap belum,"ucap gadis memakai kebaya dengan toga wisuda berjalan ke arahku. "Ayah ini to ehh,"ucap laki-laki seusia gadis tadi berjalan mendekati ku. Di rangkul nya bahu ku sembari melihat piano yang dimainkan dengan indah oleh seseorang dengan khidmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanistha Lokatara ~ Completed
RomanceBaca sedikit spoiler nya aja gin. Tuh di bawah sudah tersedia. Bingung jelasin nya mending baca aja. Aku tuh biar amburadul tapi murni karya ku. Ayudya Savita Nalendra Dimas Satya Adinata ~~~ "Baik saya akan jelaskan kembali Bu mengenai perhitungan...