Part 11 : Fly Over

81 10 0
                                    

"Ay kamu cantik bagaimana pun kondisi mu. Cukup tampil adanya sudah membuat ku tersenyum manis sepanjang hari. So, jangan lagi sebut laki-laki lain yang bilang kamu cantik,"

Hatchi

Hatchi

Hatchi

Entah tissue ke berapa yang ku pakai di malam ini. Esok memang sidang tapi yang terngiang malah kalimat manis Dimas sore itu. Malam sudah bertahta dan suasana kian dingin makin membuat ku bersin berulang kali. Materi sudah siap cuma ya gitu, aku mau semua berjalan sesuai maksimal.

"Sudah Ay. Sudah perfect banget pencapaian mu,"ucap Dimas menyodorkan segelas wedang jahe sembari memasang selimut tebal di tubuh ku. "Iya Kak. Bentar di simpun dulu buku nya,"ucapku merapikan semua perlengkapan. Bahkan baju yang akan ku pakai esok hari juga.

"Kamu demam Ay?,"tanya Dimas menyentuh kening ku. "Nggak papa kali Kak,"ucapku mengabaikan kalimat nya. Iya sih aku ngerasa agak nggak enak badan. "Ya Allah Ay itu demam tinggi,"tanya Dimas menyimpan semua buku dan tugas ku dengan cepat.

"Paling demam biasa. Biasanya juga aku di rumah kayak gitu,"ucapku membalut selimut sembari beranjak ke kamar. "Kamu terlalu kecapekan Ay,"ucap Dimas memberi handuk hangat di kening ku. "Nggak kok cuma kurang istirahat. It's Oke. Mending kamu tidur aja. Besok kerja loh,"ucapku tersenyum tipis.

Padahal rasanya menggigil hebat. "Ke klinik ya,"tawar Dimas. "Nggak usah ih. Aku cuma capek biasa,"ucapku. "Ay,"ucap Dimas. "Nggak usah Kak. Besok selesai sidang ya. Aku janji bakal nurut kalo besok,"ucapku menunjukkan kelingking ku.

"Bener ya,"ucap Dimas langsung ku anggukkan. Dimas mulai mematikan lampu dan suhu AC membuat rasa dingin ku sedikit hilang. Tiga harian ini setiap malam pasti tidur di atas jam dua belas. Dan setiap itu selalu aja dia temani begadang.

"Dinginnya kaki mu Ay,"ucap Dimas memijat kaki ku. "Kak udah nggak papa. Mending tidur aja. Tapi agak jauhan aja. Nanti malah tambah ikutan sakit lagi,"ucapku. Bukannya menurut malah semakin memijat kaki ku. "Tidur Ay. Aku sudah biasa ngga tidur kalo ada tugas kok,"ucap Dimas.

Dengan kaki yang mulai terasa hangat juga dekapan hangat makin membuat ku segera terbang ke alam mimpi.

---

"Ay aku temeni ya,"ucap Dimas membantu ku berjalan. Entahlah bagaimana penampilan ku. Wajah putih yang memucat, bahkan untuk bangkit aja bikin kepala berdenyut. Jalan begini aja susah. Ya Allah bentar lagi ya. Habis itu semoga aku cepat bisa lulus sidang.

"Nggak usah Kak. Aku bisa sendiri. Berangkat aja dulu,"ucapku meyakinkan diri ku baik-baik saja. "Loh Pak kenapa Ayu?,"tanya Michael cemas. "Dari 3 hari lalu sudah di bilang jangan suka begadang tetap aja masih begadang. Baru semalam mau di bawa ke klinik ngga mau,"ucap Dimas.

"Aduh Yu kamu memang perfeksionis dalam tugas. Ginian pun perlu begadang. Aku aja santai,"ucap Sandrina. "Nah bener lagi,"ucap Audrey. "Pak. Ayudya sama kami aja. Nanti kalo sudah selesai kami kabari,"ucap Calvin. "Aku tinggal dulu ya. Semangat,"ucap Dimas mengecup singkat kening ku.

"Semangat kerjanya ya,"ucapku menyalami nya. "Sempatnya uwu ya Robb,"ucap Sandrina. "Hust. Jones harap diam,"ucap Michael. Entahlah kayak mana, aku nggak bisa anggap jatuh hati dengan nya. Kita hanya sepasang manusia yang terikat pernikahan atas keinginan ortu dan saling menjaga.

"Jangan-jangan kamu ini bukan sakit.   Cuma bawaan baby,"ucap Michael mulai ngawur. "Sembarang aja kamu,"ucapku yakin karena aku juga baru selesai tamu bulanan beberapa minggu lalu. "Nggak lah kan kamu sudah nikah Yu,"ucap Calvin. "Ya memang nggak,"ucapku.

"Udahlah berisik Weh. Mending berharap yang terbaik,"ucap Audrey. "Ayudya Savita Nalendra. Maaf maksudnya Ayudya Dimas Satya Adinata,"ucap Dyan tersenyum usil di akhir. "Saya Bu,"ucapku. "Loh loh kok pucat. Dek nggak papa kalo memang nggak sanggup,"ucap Dyan.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang