Part 4 : Daftar list

117 12 4
                                    

"Wajah-wajah tersangka kah kami ini?,"tanyaku sembari menatap penuh duka tugas yang kena gas air mata. "Mbak anak poltek ya,"tanya laki-laki di depan ku. "Hah ya gitu. Kok kalian bisa masuk sini kek mana kisahnya,"tanyaku.

"Ya biasa baku hantam. Tapi Mbak cewek, kok baku hantam juga,"tanya nya. "Aku kerjain tugas revisi dari dosen baru Konsul baru di kira akting,"ucapku menunjukkan kertas yang tulisan nya sudah luntur tiga perempat nya.

"Nah fix ngga jelas kalo itu. Kali aja karena Mbak cantik makanya gitu,"ucap yang lain mengibur. "Hah ya kali. Udahlah bro aku ini mikir gimana atur waktu. Masa iya aku gagal pakai toga gara-gara waktu Konsul di seret polisi,"ucapku.

"Jurusan Teknik Mesin atau Teknik Sipil,"tanya nya. "Tekim,"ucapku mantap. "Wihh mantap. Anak Tekim, pantesan pakai kacamata safety, masker karbon segala. Anak Tekim ternyata,"ucap seisi mobil mengangguk paham.

"Mau di apain kita?,"tanyaku. "Paling di pukuli,"ucap yang lain dengan wajah biru sebagian membuat ku shock. "Sudah biru pun masih di pukuli,"tanyaku ngeri. "Iya Mbak. Kalo cewek nggak tau ya,"ucap nya menanggapi sambil meringis.

Ini satu mobil ngga ada yang baik kecuali aku. Ada yang luka gini gitu nah aku paling mulus dan satu-satunya cewek cuy. "Formasi di dalam atau luar Mbak,"tanya nya. "Aku tadi tuh lompat pagar,"ucapku. "Astaghfirullah. Segitu tinggi nya lompat pagar. Bukan main Mbak,"ucapnya menimpali.

"AYO TURUN!!??,"ucap seorang polisi meminta turun dengan tegas nan keras. "Nggak teriak juga kali,"ucapku turun. Entahlah rasa ku semuanya sama makanya malas sudah aku ramah nan santun. "Briptu Nania ini yang cewek,"ucap salah seorang polisi menarik lengan ku.

"Aku bukan tawanan gila,"ucapku makin barbar. "SINI IKUT SAYA. CEWEK KOK NGGA TAU TATA KRAMA,"ucap Briptu Nania menarik ku kasar masuk ke kantor polisi. Tanpa ba bi bu langsung di dudukkan di depan banyak polisi baik pria maupun wanita.

"Karena cewek kami nggak hukum kamu. Tapi jelas ada sanksi,"ucap Kapolda dengan ramah. "Ya nggak bisa gitu dong. Saya sudah terlanjur rugi. Udah kena semprot gas air mata, tugas revisi basah, Konsul malah di kira akting jadi suruh ulang sekalian aja pak.

Dah bosan juga saya ini. Seharian ngenes amat,"ucapku menaruh tugas revisi ku di atas meja sebagai bukti. "DEK YANG SOPAN,"ucap Tania, dari nametag nya. "Iya Bu. Gitu yang Anda mau. Masalahnya saya sudah merasa rugi jadi sekalian aja pak. Pukul aja atau apakan sudah saya pak,"ucapku.

"Pelan-pelan. Sekarang jujur aja. Ceritakan kenapa harus anarkis padahal cewek,"tanya Kapolda membuat ku tak bisa menahan kesal lebih lama. "Aduh Pak saya nggak anarkis. Mana mungkin saya anarkis tapi muka masih kinclong gini. Tadi di mobil semuanya kayak habis kelahi semua.

Atau ngga ini pak tas saya, ada HP juga di sana bisa Anda periksa,"ucapku menaruh tas di atas meja. Ku perhatikan mereka mengecek satu persatu barang bawaan ku. "Demo bawa binder, alat tulis, kalkulator?,"tanya yang lain. "Kan saya bilang buat kerjakan sewaktu-waktu ada dosen chat.

Lagian apa yang bisa saya lakukan dengan kalkulator. Mau anarkis gaya limit atau pangkat integral trigonometri,"ucapku. "Pak ini,"ucap yang lain menyerahkan ponsel ku. "Bisa aja rekayasa pak,"ucap yang lain membuat ku tersenyum miring.

"Dah lah Pak. Hukum aja saya, niat orasi malah masuk kantor polisi. Lumayan ngepel kah nyapu atau lap lap meja,"ucapku pasrah. "Gini saya bisa memberi hukuman apa saja tapi saya butuh kejujuran. Silahkan jika mungkin dengan Briptu Nania bisa lebih mudah,"ucap Kapolda.

"AYO SINI,"

"Santai Moko. Aku bukan tahanan juga ehh iya aku dah masuk sini. Heran aku, katanya mahasiswa dilarang anarkis giliran aku diem alim kerjakan tugas di bilang akting, Whu,"ucapku kesal sembari mengomel dan menendang tiap sisi jalan yang ku lalui.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang