Part 15 : Mengikis Jarak

88 8 0
                                    

Kata pujangga di luar sana rasa rindu datang saat adanya jarak. Bener juga mereka. Sedari tadi entah mengapa justru aku betah berbincang berlama-lama dengan Dimas via telfon video alias video call. "Kak Aida program nya sukses loh kak,"ucapku.

"Iya kah? Alhamdulillah bisa jadi bahan ngeledek Kak Saga,"ucap Dimas ku angguki. "Oh ya kamu nggak tidur? Ntar ngga lucu di panggil maju baru mata panda,"ucap Dimas membuat ku segera mematikan lampu kamar tapi masih tetap melakukan panggilan video. "Kak kangen resek mu,"ucapku.

"Bukan wajah ganteng ku kah,"ucap Dimas. Iya itu juga termasuk malah utama. Kek gini kah rasanya di tinggal tugas. "Woy ngelamun lagi,"ucap Dimas. "Mana ada kata mu suruh tidur,"ucapku memejamkan mata bersamaan dengan di seberang. "Oke bos. Have a nice dream,"ucap Dimas melambaikan tangan nya di depan kamera.

Setelah panggilan video, mata ku berusaha untuk terpejam sembari mengkhayal suatu keajaiban. Misalnya dia datang sambil bawa bunga baru ngucapin happy graduation. Biar gimana pun dia juga yang bantuin kerjakan tugas akhir dan printilan nya.

Sampai-sampai aku juga yang masuk rumah sakit. Daripada sunyi malah jadi horror, ku nyalakan musik dari Spotify menemani ku menjelang alam mimpi.

---

Pagi buta entah motivasi dari mana kelompok ku malah ngajak video call. "Weh aku di rumah mertua nih,"ucap ku. "Iya nah aku sudah di salon mau make up,"ucap Audrey. "Duh Mama ku suruh aku masak nah,"ucap Sandrina. "Weh aku nih nggak jadi cat kuku loh,"ucap Michael.

"Lah terus yang telfon siapa,"tanyaku. "Guys hari ini kita perlu foto bareng. Selamat atas hari indah ini dan ya makasih untuk 4 tahun terbaik yang pernah ada. Oiya jangan keluar dan jangan lupa menyapa di dalam group ya meskipun kita nggak punya kepentingan,"ucap Calvin.

"Huhu bikin nangis aja Vin. Ntar aja lagi di lanjut. Aku mau siapkan sarapan sama Bunda ini. Dahh,"ucap ku sebelum beranjak turun ke lantai bawah. "Loh Bun kapan masak nya,"tanyaku melihat masakan tersaji. "Loh kan ada Mbok Siti yang masak semalam.

Sengaja biar kamu nggak masak. Orang tiap hari di bilang nggak usah repot-repot masih aja masak,"ucap Anisa. "Ya nggak papa Bun. Ayu suka aja,"ucapku. "Udah udah sekarang mari makan,"ucap Manggala. "Iya Yah,"ucapku manut. "Permisi. Maaf agak telat habis beres-beres dulu,"ucap Aida.

"Ayo Nak Aida sarapan. Nggak papa Nduk. Orang hamil ngga boleh terlalu beres-beres loh. Ayo makan. Nanti ku kasih tau Saga,"ucap Anisa. "Ehh ngga usah Bun. Aida memang suka beres-beres,"ucap Aida. "Kayak gini rasanya punya anak cewek. Satunya masak terus, satunya beres-beres terus,"ucap Anisa menggeleng membuat ku dan Aida terkekeh geli.

"Habis makan langsung aja siap-siap ya Nduk. Nak Aida nggak usah beres-beres, ikut sama Ayudya aja. Biar Mbok Siti aja,"ucap Manggala. "Nah bener Yah. Ayo Cah Ayu siap-siap,"ucap Anisa membuat ku mengangguk pasrah dan berjalan ke kamar untuk bersiap.

Sembari membenarkan posisi nama yang tersemat di baju kebaya yang telah ku lapisi baju toga. "Ayah sini Yah. Liat nih mantu Bunda yang imut mau pergi wisuda cantik loh,"ucap Anisa bersorak. "Wihh cantiknya Dek. Aduh mau nyandang S. Tr. T,"ucap Aida mendekap ku.

"Waduh ayu ne. Dua-duanya cantik,"ucap Manggala. "Aku nggak Yah,"ucap Anisa. "Kamu best beautiful forever,"ucap Manggala menggoda Anisa membuat ku dan Aida tak bisa berhenti bersorak. "Sudah Yah. Malu sama yang muda,"ucap Anisa menarik kami keluar.

---

Suasana gedung saat ini ku berdiri begitu tenang walau banyak sekali yang hadir di sini. "Hey anak muda. Bisanya habis nikah ngga singgah,"ucap Nadya mencubit pipi ku. "Iya kan Kak Dimas lagi tugas. Ntar kalo Kak Dimas sudah pulang,"ucapku.

"Jeng,"ucap Anisa begitu bertemu dengan Dania. Entahlah dua orang ini ngga ada panggilan lain kah. Sementara mereka sedang asyik berbincang mata ku malah menangkap pemandangan lagi asyik pacaran. "Lempeng lempeng aja Yu. Coba senyum lebar biar keliatan lulus beneran,"ucap Dirga.

Kanistha Lokatara ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang