Chapter 13 🍓

345 115 484
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Kehadiran Irene disaat keadaan hatiku yang seperti ini memang sangat dibutuhkan. Dia selalu menjadi pendengar terbaik kedua setelah kak Seokjin dari segala curahan hatiku. Dia akan mendengarkan segala celotehanku dengan sabar. Namun kali ini agaknya aku telah menguji kesabarannya dengan kebungkaman diriku yang tidak seperti biasanya ketika ingin menceritakan sesuatu.

Suara gebrakan kasur yang dia pangkis membuatku tubuhku terlonjak kaget. "Sialan, kau membuatku kaget." Kataku.

"Kau ingin diam saja atau bercer.." dengan cepat aku memotong kalimatnya, "Aku melihat kak Yoongi dengan perempuan lain." Ucapku yang kembali menundukkan kepala.

Irene tertawa kecil tak percaya ketika mendengar pernuturan yang baru saja aku ucapkan. Menertawakan aku yang bisa-bisanya terlihat buruk seperti ini karena seorang lelaki bernama Min Yoongi. Terlebih dia yang mengetahui kalau aku memang tipe perempuan yang tak pernah ambil pusing ketika berurusan dengan lelaki, tetapi kali ini adalah menjadi hal yang pertama baginya melihat ku bisa menampilkan sosok yang semenyedihkan ini.

Aku masih menundukkan kepala sembari memeluk guling. Rupanya aku tidak tahan lagi untuk membendung air yang ada dikelopak mataku, dengan hitungan detik buliran air mata jatuh membasahi pipi.

"Menangis saja kalau kau ingin menangis, Hyum." Irene menyodorkan tissue di depanku lalu dia pergi keluar meninggalkan ku seorang diri di kamar tidurnya yang ukurannya lebih luas dari kamar tidurku.

Irene tidak meninggalkan aku-- dia hanya memberiku waktu untuk sendiri supaya nanti setelah aku puas menangis-- dia bisa mendengarkan secara detail dari apa yang sudah aku ucapkan tadi padanya mengenai kak Yoongi.

Entah berapa lembaran tissue yang sudah basah karena air mata ku. Aku masih merasa buruk sekali jika mengingat itu. Kalau ada malaikat pemberi hilang ingatan-- aku ingin menawarkan diri untuk tak mengingat pertemuan ku dengan kak Yoongi di toko tadi.

Kebiasaan yang sudah melekat di dalam diriku. Menangis lalu akan tertidur. Dan memang benar, sekarang aku tertidur menuju alam mimpi-- setidaknya dengan tertidur aku bisa melupakan suatu hal yang membuat hatiku merasa sakit.

Mungkin sekitar dua jam aku terlelap di atas kasur empuk milik Irene hingga aku tak sadar kalau sekarang Irene juga ikut terlelap di sampingku. Dia meringkuk memeluk guling-- gemas sekali melihat Irene tidur seperti ini.

Aku bangkit lalu menuju dapur untuk mengambil air minum. Mataku merotasi ke arah jam dinding yang menggantung manis di atas sana. Pukul 7 malam-- pantas saja perutku mendemo ria, rupanya memang sejak siang tadi perutku belum terisi makanan.

Aku bergegas ke dapur dan mencari bahan makanan yang akan ku racik menjadi nasi goreng. Tak usah berkomentar banyak-- untuk saat ini aku memang hanya bisa membuat nasi goreng saja karena aku belum belajar menu lain pada kak Seokjin.

"Wanginya harum sekali-- aku jadi lapar." Suara Irene berhasil menoleh ke belakang.

"Aku juga lapar, makanya aku membuat nasi goreng."

First Love & Last Love (MYG) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang