Daegu.
Disini lah aku sekarang.Aku pikir jika aku tidak memaksakan untuk pergi mengunjungi kota kelahiran ku karena kendala uang saja-- itu tidak akan ada ujungnya. Sebab, kamarin aku memaksakan diri untuk pergi ke Daegu dengan niat baik mengunjungi makam keluarga ku.
Kemarin, setelah aku sampai disini-- aku langsung mengunjungi makam keluargaku karena rasa rinduku yang teramat dalam pada mereka. Kalimat salam dan untaian kata yang ku ucapkan pada sebuah batu nisan terasa begitu mendalam. Satu persatu dari makam ayah, ibu, dan adik kecil ku yang biasa aku panggil peri kecil-- aku singgahi. Tak lupa aku juga membawa beberapa bucket bunga yang ku letakkan diatas makam mereka, rapalan doa selalu ku ucapkan juga, semoga mereka senantiasa bahagia di alam sana.
Ini adalah hari kedua, dimana aku tinggal di rumah teman masa sekolah ku dulu. Sekedar informasi, rumah keluarga ku dulu sengaja aku jual sebelum aku pindah ke Seoul untuk merantau. Pikir ku jika tidak aku jual, aku takut tidak bisa mengurus rumah tersebut karena kepindahan ku ke Seoul-- memang berat sekali harus menjual aset berharga milik keluarga ku itu, akan tetapi aku tidak ingin rumah itu usang karena tak berpenghuni-- setidaknya kalau aku jual dan sesekali aku kembali kesini untuk mengunjungi makam keluarga ku, aku bisa melihat rumah tersebut masih indah dipandang meskipun aku harus mendapati ada beberapa bentuk atau warna cat yang berubah setiap kali aku kembali dan sengaja melewatinya.
Hari ini aku tidak ada jadwal kemanapun selain berdiam diri di rumah teman ku yang sejak kemarin aku tumpangi. Aku senang temanku dan keluarganya masih bersedia menampungku untuk beberapa hari kedepan selama aku berada disini. Hanya tiga hari sih, besok aku akan pulang ke Seoul karena aktivitas perkulihan ku yang semakin hari membuat aku kelelahan dengan segala macam tugas. Untung saja selama empat hari kedepan libur nasional karena menjelang natal dan tahun baru jadi aku punya kesempatan untuk mengunjungi Daegu.
"Nak Hyumi, apa kau tidak ingin menikmati hari mu dengan berjalan-jalan disini?" Ucap bibi Nina yang tak lain adalah ibu dari Hyerin-- temanku.
"Entahlah bi, aku hanya ingin merebahkan tubuhku di kasurnya Hyerin. Padahal kasurnya bau tapi kenapa aku bisa betah ya bi?" Kataku yang mengundang kekesalan Hyerin. "Hehe.. aku bercanda."
Bi Nina hanya terkekeh, dia tahu kalau aku memang sering melontarkan lelucon aneh seperti tadi dan Hyerin pun tak terlalu serius menanggapinya.
"Kalau kau ingin berjalan-jalan, Hyerin bisa menemani mu, nak." Lihatlah betapa lembutnya bi Nina ini, andaikan saja kalian mendengar suara bi Nina-- aku yakin kalian seperti didongengkan. Berbeda sekali dengan Hyerin yang suaranya cempreng bak panci ketika jatuh ke lantai. Aku jadi curiga Hyerin ini anak kandung bi Nina atau bukan ya? Ck..
"Benar Hyum, nanti aku temani kau berjalan-jalan. Lumayan kan aku bisa dapat uang jajan dari ibu." Sinting sekali si Hyerin ini. Umur seusianya masih minta uang jajan pada ibunya. Seharusnya kan dia yang mesti memberikan uang hasil kerja pada ibunya. Aduh Hyerin ini otaknya ada isinya tidak sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love & Last Love (MYG) ✅
RomansaCOMPLETED {FIRST STORY FANFIC, JADI MOHON UNTUK DIMAKLUMI KALAU MASIH BERANTAKAN SEKALI ALUR DAN LAINNYA} ©️Min_iren