Chapter 3 🍓

598 221 1.1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




      Hari ini adalah hari terakhir ujian. Kali ini ujian kejurusan, dimana aku akan mengerjakan soal ujian yang mengarah pada jurusanku. Seperti biasa aku tak mengalami kesulitan dalam mengerjakan ujian tersebut, hanya saja otakku harus berpikir sedikit lebih berat dari pada biasanya.

Dan perempuan yang berada disamping ku ini tengah bersandar di bangku taman kampus dengan air muka yang begitu penuh kelegaan. Sebab, dia merasa merdeka karena terbebas dari hari-hari yang menurutnya sebagai hari pergelutan dengan otaknya.

Irene adalah salah satu sahabat perempuanku yang benar-benar dekat dengan ku. Dia mengajak ku berlibur ke pulau Jeju bersama teman lainnya, katanya sih untuk merefresh otak dan pikiran agar kembali segar karena habis ujian seminggu ini. Aku sih ingin, tapi aku tidak bisa ikut berlibur bersama mereka.

Sabtu dan minggu adalah hari kerja ku di toko bunga milik nyonya Kim alias ibu kak Seokjin. Sebelum aku berencana kuliah, aku memang bekerja full seminggu disana, tapi sekarang saat aku kuliah-- aku meminta keringanan untuk bekerja paruh waktu. Entahlah ini bisa dikatakan paruh waktu atau bukan, karena aku akan bekerja di hari sabtu dan minggu saja. Untunglah nyonya Kim menginjinkan-- tidak mempersulit diriku sama sekali.

"Aku harus bekerja ren. Jangan memaksa ku seperti ini. Jika dirimu menanggung semua kebutuhan ku dan membiayai perkuliahan ku sih tak apa. Aku tak usah bekerja, lalu aku bisa ikut berlibur bersama kalian." Beberku ketika dia mulai sedikit memaksaku untuk ikut.

"Iya, tapi kau jadi babu di apartemen ku dulu ya." Ucapnya enteng.

"Dasar sinting." Kataku memutar bola mata sinis, lalu dia terkekeh menanggapinya. "Ren, ingin temani aku pergi ke cafe tidak?" Lanjutku yang begitu semangat saat nama kak Yoongi tiba-tiba terlintas dipikiranku.

"Kalau aku tidak ingin bagaimana?"

"Aku tidak yakin kalau kau tidak ingin menemaniku." Memang benar. Dia hampir tidak pernah menolak untuk menemaniku kemana saja. Apalagi jika sudah berurusan dengan berbelanja atau hangout di cafe.

Maklumi saja, dia memang anak tunggal dikeluarganya. Jadi apapun yang dia inginkan-- dengan bebas bisa dia lakukan. Akan tetapi, aku tahu persis Irene ini tipikal perempuan yang tidak sombong kekayaan juga tak menyalahgunakan sesuatu yang dipercayakan oleh keluarganya.

"Ck..  Ya sudah ayo." Katanya yang bangkit dari duduknya.

"Dirimu sudah ijin terlebih dulu pada Jungkook? Maksudku, beri dia kabar kalau kau akan menemaniku pergi. Aku takut dia mencarimu." Aku masih duduk dan mendongakkan kepala padanya yang sudah berdiri.

"Santai saja."

"Kalau dia marah tak menemukan mu di kampus karena kau tak mengabarinya, bagaimana?"

"Aku berikan kecupan panas, nanti juga dia akan diam."

Aku mendelik geli mendengar pernyataan yang baru saja Irene ucapkan. Bukan nya aku sok suci, hanya saja menurutku lebih baik langsung melakukannya sekalian dari pada harus mendengar atau membicarakan hal semacam itu. Paham tidak maksud ku?

First Love & Last Love (MYG) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang