Chapter 25🍓

364 84 476
                                    

Aku benar-benar meluapkan segala emosiku dengan menangis sendirian di taman ini. Ya, di taman dekat sungai Han-- tempat dimana lelaki Min itu memintaku untuk menjadi kekasihnya.

Setelah pertemuan ku dengan kak Yoongi yang tidak diindahkan sama sekali olehnya, aku memutuskan pergi ke tempat ini. Berjam-jam aku duduk sendirian sembari melihat pemandangan Sungai Han yang sedang menunjukkan eksistensi keindahannya di malam hari.

Aku menyeka dengan kasar air mata yang sedari tadi bercucuran tanpa permisi di pipi. Saat aku memutuskan untuk pergi ke cafe agar bisa bertemu dengannya ternyata tak sesuai dengan ekspektasi ku di awal. Bahkan aku kira dia akan mengejarku saat aku mulai melangkah jauh dari hadapannya-- namun faktanya dia sama sekali tidak melakukan apapun selain membiarkan ku pergi menjauh dari pandangannya.

Berbagai pertanyaan buruk mulai bermunculan dalam pikiran.

Mungkin kah dia bermain perempuan lain di belakangku? Jika iya, sejak kapan? kenapa secepat itu? Bukankah kemarin siang masih bersikap manis terhadapku meskipun hanya via pesan singkat dan telepon saja.



"Aku kerumah mu, ternyata kau disini."

Suara itu. Suara itu aku sangat mengenalinya.

Tidak. Aku tidak mau menoleh ke belakang untuk menanggapi sumber suara tersebut.

Beberapa detik kemudian, aku melihat bayangan siluet dari arah belakang berjalan mengitari bangku taman yang sedang ku duduki sampai akhirnya sesosok lelaki manis lengkap dengan pakaian yang terakhir aku lihat tadi sore-- berjongkok tepat didepan ku.

Sejujurnya aku terkejut dan sedikit tidak nyaman dengan tindakan konyolnya yang berjongkok di hadapanku.

Lelaki Min ini benar-benar tak bisa di tebak. Dia masih setia berjongkok seperti itu dihadapanku setelah beberapa menit aku diamkan saja, orang yang berlalu lalang melewatiku hanya menatap dengan tatapan aneh terhadap kami. Namun, lelaki yang dihadapan ku ini tetap tidak memperdulikan keadaan seolah tidak ada manusia selain kami berdua.

"Maaf ya." Ucapnya tanpa di respon apapun dariku.

"Aku tahu kau marah."

"Aku memang marah, siapa yg tidak marah ketika diusir kekasihnya sendiri."

"Aku salah."

"Kau memang salah."

"Harusnya aku tidak bersikap dingin seperti itu padamu, tadi."

"Lalu, kenapa kau bersikap demikian?"

"Pasti kau berpikiran yang macam-macam padaku, yah?"

"Benar. Bahkan aku mengira kau bermain perempuan dibelakangku. Aku juga sempat mengira kau amnesia dengan hubungan kita."

Dia masih berceloteh ria tapi tetap aku diamkan, bahkan aku membuang tatapan ketika dia setia mentapku penuh permohonan.

"Kenapa diam saja?"

"Malas berbicara dengan lelaki yang mengusir kekasihnya sendiri."

"Masih marah?"

"Tentu saja."

Dia menghembuskan nafas nya pelan, kemudian dia melakukan hal yang tidak aku duga selanjutnya. Dia menarik tanganku dan mengecup kedua punggung tanganku secara bergantian.

Ah sial. Kenapa jantung ku jadi berdebar begini. Perlakuannya yang tidak aku duga dan terlalu manis seperti ini mana mungkin hatiku tidak luluh lantah. Tetapi aku masih bersikeras membungkam ranum dengan rapat. Biar dia tahu rasa dan tahu kalau aku sedang benar-benar marah padanya.

First Love & Last Love (MYG) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang