Chapter 28 🍓

325 77 230
                                    


Bunyi alarm ponselku menggema hingga aku terperanjat bangun dari tidur dan mendapati matahari sudah memancarkan sinarnya.

Aku mengeliat dengan sangat puas di atas tempat tidur yang kemudian duduk dan menyandarkan tubuhku pada punggung ranjang tempat tidur.

Sembari mengumpulkan nyawa-- aku mengulum senyum simpul kala mengingat kejadian semalam. Kejadian yang membuat beberapa maha karya yang sekarang terlukis indah di tubuhku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain membuka jalan untuk melancarkan aksi liar dari lelaki manis yang semalam melakukan sentuhannya yang membuat aku semakin mabuk kepayang.

Aku masih bisa merasakan bagaimana dia menjamah sebagian tubuhku dengan penuh gairah. Gigitan-gigitan kecil dari giginya pada bibirku saat tautan kami saling bertemu juga masih begitu terasa. Bagaimana tangan besarnya  menangkup sempurna pada dadaku. Bagaimana dia terus menerus mengecup ceruk leherku hingga aku mendesah kenikmatan yang lelaki itu ciptakan.

Namun sialnya, ketika kami sedang berada sela-sela kenikmatan-- harus terganggu dengan suara ketukan dari luar pintu kamar. Ibu kak Yoongi ada diluar pintu kamar sembari memanggil namaku. Aku yang saat itu panik bukan main memikirkan hal buruk yang akan terjadi, menyadari anaknya sedang ada di kamar ku saat itu. Tapi aku melihat kak Yoongi dengan tenang menghentikan aksinya lalu segera membereskan pakaian yang dipakainya-- yang sedikit terlihat berantakan.

"Bagaimana dia bisa setenang itu?" Pikirku saat itu.

Hal bodoh lainnya adalah pintu itu tidak terkunci sehingga beberapa menit setelah kami selesai membereskan pakaian kami yang berantakan-- pintu itu terbuka dan bersamaan dengan itu ibu kak Yoongi terlihat begitu bingung, menyadari seorang lelaki dan perempuan ada didalam satu kamar dengan pintu tertutup, terlebih lelaki itu adalah anaknya.

Beruntung nya, saat kami di hujami beberapa pertanyaan yang mengundang kebingungan atas apa yang terjadi-- kak Yoongi dengan mudah memberikan alasan kepada ibunya mengapa dia bisa ada di kamar ku saat itu. Tentu, alasan itu bohong adanya. Dia memberi alasan yang bukan apa yang telah terjadi.

Aku saat itu ingin sekali tertawa nengenai alasan yang dia katakan kepada ibunya. Sungguh, dia mahir sekali dalam ber-akting sehingga mampu membuat ibunya percaya dengan alasan bohongnya itu.

Aku rasa sudah cukup untuk mengumpulkan nyawa sembari membayangkan hal yang terjadi semalam. Dan sekarang tepat pukul 7.35 pagi-- aku harus bangkit dan membersihkan diri sebelum menyapa orangtua kak Yoongi dan kekasihku nanti di rumah ini.

***

Tok ... Tok.. tok...

Suara ketukan dari jemariku yang mendarat pada papan pintu besar itu tak membuahkan hasil. Tak ada respon dari penghuni kamar ini.

"Apa dia masih tertidur?" Pikirku senejak menghentikan ketukan itu saat mendapati tak ada respon.

"Permisi Nona.. Tuan Yoongi ada di dapur." Suara seorang pelayan yang aku yakin usia nya tidak cukup muda, berada di sampingku. Mengatakan hal bahwa seseorang yang aku cari tengah berada di dapur.

Aku tersenyum menanggapinya, "terimakasih, bi." Ucapku yang dibalas senyuman lalu bergegas pergi dari hadapanku. Dengan segera aku melangkahkan kaki menuju lantai bawah dimana ruang dapur itu berada.

Rumah sebesar ini apa tidak terlalu sepi jika dihuni hanya dengan dua orang saja? Bagaimana bisa ibu kak Yoongi betah dengan berdiam seorang diri di rumah ini? Seperti yang mereka katakan saat makan malam-- semalam, kalau mereka hanya memiliki dua anak dan anak sulungnya pun telah ada di luar negeri karena diboyong oleh suaminya. Sedangkan kak Yoongi pun tinggal di Seoul dan bekerja disana. Apakah mereka tidak merasa kesepian ditinggalkan oleh kedua anaknya? Walaupun memang sesekali anaknya akan datang mengunjungi rumah ini.

First Love & Last Love (MYG) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang