Kami semua berkumpul di taman, beristirahat di sana menenangkan pikiran kami yang kacau. Dari kejauhan datang seorang deputi dengan pakaian ala polisi desa.
"Kalian semua baik-baik saja!?" sahut deputi itu.
Tentunya hampir sebagian dari kami mengenalnya. Mengingat jumlah polisi yang ada di desa kami tidaklah banyak. Mungkin hanya sekitar 13 orang dengan berbagai pangkat dan pengalaman.
Deputi itu pun memutuskan untuk membimbing kami. Dengan sebuah Walkie Talkie yang digunakan untuk berkomunikasi antar polisi, dia meminta bantuan beberapa orang untuk tiba di sini dan menjaga kami.
Tentunya kami tidak tinggal diam melihat polisi yang berada dekat dengan kami. Karena polisi merupakan sumber informasi penting, kami pun banyak bertanya. Deputi itu menjelaskan semua yang dia tahu tentang keadaan yang ada dengan sangat jelas.
Para perampok itu bukanlah perampok biasa. Mereka adalah perampok berkuda berjumlah hampir 30 orang dan sering menjarah desa-desa kecil yang lemah. Tentunya dengan jumlah yang besar itu para polisi pun kesulitan. Ditambah lagi mereka memiliki senjata api dan molotov, semacam botol peledak untuk membakar. Alasan mereka membakar rumah adalah untuk memastikan bahwa penduduk tidak berkumpul dengan senjata dan berusaha melawan. Dengan menghabisi rumah dan peralatan, para penduduk akan dihadapkan pada teror yang membuat mereka lelah secara mental dan fisik sehingga tidak punya semangat untuk menyerang balik.
Tentunya mereka tidak membakar seluruh desa. Waktu dan tenaga mereka tidak cukup untuk melakukan semua itu. Terbukti dengan masih adanya beberapa rumah kecil yang belum menjadi abu. Namun dengan jumlah dan kekuatan yang begitu banyak, mereka sudah menghabisi hampir sebagian dari rumah yang ada. Sekarang mereka sedang bersarang di sebuah bar. Beristirahat di sana untuk makan dan minum sembari menyandera orang-orang. Kantor polisi pun sudah dibakar dan para polisi yang mendengar kabar lebih cepat segera menyelamatkan diri sebelum para perampok itu sempat menangkap mereka.
"Kalian kabur?" tanyaku sedikit kesal. "Bukankah kalian polisi!?"
"Kami tidak bisa melakukan apa-apa." balas deputi itu. "Kami semua berjumlah 13 orang, dan hanya 5 orang yang saat itu berjaga di kantor polisi. Tentunya mereka tidak akan menunggu dan segera membunuh kami karena kami semua bersenjata."
"Kalau kalian bersenjata, justru itu merupakan alasan yang baik untuk melawan." sindirku tidak senang. "Ibuku. Dia juga bersenjata."
Carson segara menepuk pundakku, menghentikanku yang kesal. "Cukup Sammy. Aku tahu ibumu sangat pemberani. Karena itulah aku berharap anaknya pun punya sifat yang sama."
Carson mengalihkan pandangannya pada deputi itu, dengan wajah seriusnya bertanya, "Apakah semua polisi berhasil melarikan diri?"
Deputi itu pun menjawab dengan tanggap. "Untungnya sampai saat ini kami masih bisa saling berhubungan tanpa kehilangan satu orang pun. Jadi aku bisa mengambil kesimpulan bahwa mereka semua masih aman."
Sebuah senyuman kecil pun muncul dari wajah Carson. "Kalau begitu, bisakah kau mengumpulkan semua polisi dan penduduk yang kalian temukan di sini?"
"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah mengumpulkan kami semua di sini?" tanya polisi itu masih ragu dengan perintah dari seorang anak muda.
"Aku punya rencana." jawab Carson singkat.
"Tapi..."
Bibi Winslow pun segera menyela deputi itu. "Tunggu! Mungkin kau tidak bisa mempercayai rencana anak muda ini. Tapi aku yang sudah mengasuhnya bertahun-tahun bisa menjamin kecerdasan dari anakku sendiri. Selain itu, bukankah kita tidak punya pilihan lain?"
Deputi itu mulai ragu, beberapa kali menatap kami semua, berharap bahwa ada seseorang dari kami yang akan menggelengkan kepala tidak setuju. Namun kami semua pun sudah terlalu lelah untuk berdebat. Yang bisa kami lakukan hanya mempercayai satu-satunya rencana yang datang dari seorang anak muda jenius itu.
Beberapa menit kemudian, para polisi dan penduduk pun berhasil berkumpul. Menatap tajam pada Carson, berharap mereka akan mendengarkan berita baik dari apa yang dijelaskan oleh anak muda ini.
Carson yang menjadi pusat perhatian mereka hanya diam dan berhitung. Memperhatikan setiap orang yang datang, peralatan yang mereka bawa dan kondisi fisik mereka.
"Bagus! Dengan jumlah kita sekarang, aku yakin kita bisa mengalahkan para penjahat itu." ucap Carson yakin.
"Apa maksudmu anak muda, bisakah kau jelaskan rencanamu pada kami?" tanya seorang sherif penasaran.
"Kita semua yang ada di sini berjumlah 45 orang. 18 wanita, 9 anak-anak, 4 orang tua dan sisanya adalah pria usia muda hingga dewasa. Dengan 13 orang polisi bersenjata lengkap kupikir ini sudah lebih dari cukup untuk menjalankan rencana kita."
"Dan rencana macam apa yang dari tadi kau bicarakan anak muda?" tanya sherif itu tidak sabar. "Bahkan dengan orang-orang ini, kita tidak bisa melawan para perampok berkuda yang memiliki perlengkapan jauh lebih baik dari kita."
"Maaf tuan Sherif... Apakah aku pernah bilang bahwa kita akan berperang?" ujar Carson menyela. "Dalam dunia peperangan sekalipun, ada taktik perang yang memungkin pasukan yang lebih lemah untuk menang. Taktik ini sangat populer dengan sebutan gerilya.
Konsep dasar dari taktik ini adalah memanfaatkan lingkungan sekitar untuk memecah belah musuh dan memberikan serangan kejutan secara diam-diam. Yang membuat teknik gerilya ini mengerikan adalah karena teknik ini dapat menghancurkan lawan tanpa melakukan perlawanan secara frontal yang memakan korban jiwa.
Secara sederhana, rencana yang akan kita jalankan ini memiliki konsep yang sama. Kita akan memecah belah mereka. Memancing mereka ke dalam hutan, kemudian menjebak mereka secara diam-diam."
Sherif itu pun mengangguk paham, begitu juga dengan kami yang dengan seksama memperhatikan penjelasan Carson.
"Tapi apa kau yakin kita bisa melakukannya?" tanya sherif itu masih ragu. "Kita semua bukan tentara ataupun orang yang terlatih untuk bersembunyi dan menyerang dari hutan. Sedikit saja kesalahan maka kita semua akan mati."
"Hei. Jangan terlalu cepat menyimpulkan." sanggah Carson. "Aku tidak bilang kita akan menyergap mereka di hutan. Aku bahkan tidak mengatakan bahwa kita akan menyerang dan melumpuhkan mereka. Yang kita perlukan hanyalah menjebak mereka. Menjebak dalam sebuah ruang bawah tanah. Membawa mereka masuk ke dalam sebuah Bunker dengan puluhan jebakan."
Carson pun segera mengalihkan pandangannya pada seorang gadis. Satu-satunya gadis yang pernah mengalahkannya. Mengalahkan para pencuri cerdik dengan jebakannya yang rapi dan akurat.
"Beberapa orang akan membantumu. Kau bisa melakukannya kan, Ennie?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kids Bunker
General Fiction3 orang anak kecil bermimpi untuk membuat 'bunker'. Rumah bawah tanah yang akan melindungi seluruh penduduk desa dari bencana alam. Namun, tanpa bantuan dari orang lain? bagaimana cara mereka mencari alat dan bahannya? Hanya ada satu cara, MENCURI!