Busted

295 34 0
                                    

“Jendela ini sepertinya kosong”, pikirku. Segera kubuka jendela itu dan mengambil nafas segar. Asap yang menyesakan ini bukan apa-apa selama ada udara dari luar. Udara segar itu mendinginkan pikiranku dan membuatku menjadi lebih tenang.

Aku melompat keluar, namun masih menempel pada dinding di dekat jendela. Dengan melakukan hal ini, anak-anak di atas atap tidak akan bisa melihatku. Bila mereka melompat turun sekalipun, aku cukup melompat masuk kembali ke dalam rumah dan menutup jendela.

Sayangnya, cepat atau lambat aku harus segera pergi meninggalkan jendela itu. Kuambil sebuah batu kecil di bawah tanah. Seharusnya aku tidak melakukan hal ini. Tapi aku sangat penasaran, apakah anak-anak itu benar-benar menungguku di atas atap? Karena itulah, kulemparkan batu kecil itu ke atas.

“……………….”, batu itu jatuh kembali ke tanah. Sekarang aku mengambil batu ukuran sedang. Dengan sekuat tenaga, kulemparkan batu itu ke atas atap.

“Auw!”, suara kesakitan mulai terdengar. 3 orang yang sama segera melompat turun dari atas atap. Aku yang sudah memastikan keberadaan mereka pun segera melompat masuk kembali ke dalam rumah.

Sayangnya reaksiku masih kurang cepat. Sebelum dapat kututup jendela itu, salah satu dari mereka sudah menahan pintu jendela. Akupun tidak punya waktu untuk menutupnya secara paksa. segera aku berlari meninggalkan tempat itu. Tidak lupa kusambar kardus kosong yang kuletakan didekat jendela. Kedua anak lainnya melompat masuk ke dalam rumah dan mengejarku.

“Hei! Jangan kabur!”, teriak salah seorang anak. Aku berlarian dengan sangat kencang. Berusaha secepat mungkin mencari jendela lainnya. Ketiga anak itu mengejarku dari belakang. Meski dalam kegelapan sekalipun, langkah lariku terdengar keras ditelinga mereka. Ini karena lantai yang terbuat dari kayu.

Untunglah mereka tidak dapat mendekatiku. Lariku jauh lebih kencang dan aku pun jauh lebih lincah. Kupandang sebuah jendela yang dibaliknya tidak tampak sesosok manusia pun.

“Jendela ini tidak dijaga”, pikirku. Segera aku berlari ke jendela itu dan membukanya. Tanpa menunggu, aku melompat keluar dari jendela itu.

“Tap!”, dua anak perempuan melompat turun dari atas atap dan berdiri tepat didepanku.

“Joana, Emma, cepat tangkap anak itu!”, teriak anak laki-laki yang mengejarku dari belakang.

Tanpa bisa melakukan apa-apa, kedua anak perempuan itu segera menangkap tanganku. Kardus yang sudah kupegang erat-erat, terjatuh tak berdaya dia atas tanah. Aku yang dapat berlari dengat sangat kencang ini pun, tertangkap saat itu juga.

-------------------------------------------------------------------

“Dimana Carson dan anak lainnya?”, tanya seorang anak perempuan

“Sepertinya mereka berusaha menipu kita dengan berpencar. Padahal kita sudah menggerakkan hampir semua orang untuk menangkap anak ini”, kata seorang anak laki-laki

“Tapi biarkan saja. Toh kompornya dibawa oleh anak ini”, sambil berbicara, anak laki-laki itu mengangkat kardus yang kubawa. “Eh? Kardus ini ringan!”

“Apa!? Jangan-jangan, kardus itu kosong!”

Mereka segera membuka kardus itu. Dan tentu saja kardus itu kosong seperti dugaan mereka.

“AAAAAA! KITA TERTIPU!”, Teriak salah seorang anak panik. Seorang anak laki-laki mendekatiku dengan wajah yang penuh kemarahan. “Hei kau! Siapa yang membawa kompor itu?!”

“Entahlah”, jawabku santai.

“Cih, anak ini”, anak laki-laki itu mengepalkan tinjunya. “Kalau kau tidak bicara, akan kupukul!”

“Ooo….oke”, kubuat wajahku seolah-olah ketakutan. “Yang membawa kompor itu adalah Milter. Teman Carson yang lain. Tolong jangan pukul aku!”.

Anak laki-laki itu pun mengalihkan pandangannya dariku dan berseru, “Steven, Bud! Cepat beritahu bibi! Kita tidak boleh tertipu lagi. Lupakan soal Carson. Kita harus mencari teman Carson yang satunya lagi!”

2 orang anak laki-laki pun segera pergi meninggalkan kami. Aku hanya dapat tersenyum licik dibelakang mereka.

-------------------------------------------------------------------

Kids BunkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang