"YANG SEBENARNYA MENYEBARKAN BERITA ITU ADALAH AKU!", seru pemuda itu berusaha membujuk mereka. "Aku bisa membuktikannya. Aku bisa menunjukan lokasi bunker itu. Kalian percayalah padaku".
"Kau mau menunjukannya?", tanya si pemprotes. "JANGAN MAIN-MAIN!"."Kita sudah sangat kelelahan sekarang! Kau masih mau mempermainkan kami semua?! Kau pikir lucu bila bisa membuat kita berjalan puluhan kilometer hanya untuk menggali tanah kosong?!. "Sudah cukup! Aku hanya ingin pulang dan melupakan semua ini".
Orang itu pun melangkah pergi, diikuti hadirin yang lain dengan penuh amarah.
--------------------------------------------------------------------------------------
5 menit telah berlalu. Hanya ada Carson dan pemuda itu yang masih berdiri disana. Aku pun mengawasi mereka dari balik pohon. Setelah yakin bahwa sudah tidak ada orang lain lagi, kami pun keluar dari tempat persembunyian kami.
"Jadi kau penyebar berita itu", sahut Milter berjalan keluar dari balik semak-semak.
"Kalian semua bersekongkol ya!", seru pemuda itu geram.
Kami semua kecuali Ennie tahu siapa pemuda itu. Dia adalah Walter, kakak kandung Milter. hubungan mereka sebagai saudara sebenarnya cukup dekat. Namun akhir-akhir ini Walter banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan Milter menghabiskan waktunya mengurusi bunker bersama kami.
Milter pernah bercerita, kakaknya bercita-cita menjadi Sherif yang hebat di desa ini. Karena itu Walter sibuk belajar hukum dan kriminalitas. Dan karena pengetahuannya yang luas dalam bidang itu, dia menjadi musuh yang tangguh bagi kami para pencuri. Namun sayangnya pencuri selalu lebih pintar dari polisi.
"Sayang sekali ya", ujar Carson mengejek. "Padahal kau sudah susah payah menyebarkan berita itu". "Tapi ada hal yang selalu mengganggu pikiranku. Bagaimana caramu menemukan bunker kami?"
"Huh!', gumam Walter. "Aku hanya menyusuri hutan dan tanpa sengaja menemukan bunker kalian yang ditutup dengan ranting dan daun"
"Ditutup dengan ranting dan daun supaya tidak ada yang dapat menemukannya. Hebat juga orang sepertimu dapat menyadarinya", puji Carson yang terkesan mengejek.
"Huh! Dan di dalam bunker kalian, terdapat barang-barang yang seharusnya ada di rumahku. Namun hilang entah kemana. Dari situ aku berasumsi bahwa semua barang itu hasil curian"
"Lalu kau tidak melaporkannya ke polisi?"
"Percuma saja melaporkan ke polisi. Toh, barang-barang curian itu tidak terlalu bernilai. Polisi hanya akan menyita dan melupakan kasus yang bahkan pelakunya belum diketahui ini". "Dan bila sudah ketahuan polisi, kalian tidak akan berani kembali ke bunker karena takut tertangkap"
"Hmm. Jadi menurutmu, kami bisa tertangkap bila kau menyebarkannya keberadaan bunker kami?"
"Tentu saja. Setelah beritanya tersebar, aku yakin kalian akan panik dan segera mengamankan barang-barang curian itu di tempat lain. Saat itulah aku dapat mengawasi gerak-gerik yang mencurigakan, misalnya orang yang bolak-balik ke hutan untuk memindahkan barang dari bunker. Aku sengaja merahasiakan indentitasku sebagai penyebar berita juga agar kalian tidak kabur saat melihatku"
"Tapi sayangnya rencanamu gagal ya. Kami sama sekali tidak berpikir untuk memindahkan barang-barang kami ke tempat lain"
"Ya, karena itulah aku mulai bingung. Dan ketika aku sedang kebingungan, muncul berita bahwa akan ada orang yang membuktikan keberadaan bunker kalian. Kupikir dengan datang kesini, aku dapat menemukan pelaku pencurian barang-barang itu. Tapi tak pernah kusangka akan jadi begini"
"hehehe....Jadi dapat disimpulkan, kau sudah kalah", ungkap Carson mengejek. "Karena walaupun kau berusaha membuktikan keberadaan bunker kami sekalipun, sekarang orang-orang tidak akan percaya lagi padamu"
Walter tertunduk. Namun beberapa saat kemudian terdengar suara tawa.
"Hehehe, kalian pikir aku sudah kalah?", ujar Walter sombong. "JANGAN BERCANDA!". "PENCURI SEPERTI KALIAN MANA MUNGKIN BISA MENANG!"
Kami semua terdiam. Walter menatap kami semua dengan tatapan penuh amarah.
"KALIAN ADALAH KEJAHATAN! AKU ADALAH KEADILAN!". "KALIAN PIKIR CARA KOTOR MACAM ITU DAPAT MENGALAHKAN KEADILAN! KEADILAN AKAN SELALU MENANG DARI KEJAHATAN!"
Dengan penuh emosi, Walter melangkah pergi dari tempat itu.
"Aku sudah mengetahui pelakunya. Aku sudah mengetahui letak bunkernya. Lihat saja nanti. Kalianlah yang akan kalah", Kata Walter tanpa membalikkan badannya. Tidak satu pun dari kami berani mendekatinya, apalagi menyentuhnya.
----------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Kids Bunker
General Fiction3 orang anak kecil bermimpi untuk membuat 'bunker'. Rumah bawah tanah yang akan melindungi seluruh penduduk desa dari bencana alam. Namun, tanpa bantuan dari orang lain? bagaimana cara mereka mencari alat dan bahannya? Hanya ada satu cara, MENCURI!