Water

179 31 1
                                    

"Sammy masuk. Sammy Masuk. Carson, bisakah kau mendengarkan kami? Ganti."

"Aku bisa mendengarmu Sammy. Kondisi di atas sini aman. Kami berhasil melumpuh mereka semua. Tapi sebagian besar dari mereka ada di bunker bersama kalian. Ganti."

"Ya, aku tahu. Aku bisa melihat sendiri ketika kami terjatuh. Jumlah mereka di sini ada sekitar 16 orang. Beberapa dari mereka bersenjata dan memiliki dinamit. Posisi kami ada di lorong kamar nomer 5. Ayah Milter tertembak di bagian kaki. Kami membutuhkan bantuan sekarang. ganti."

"Aku akan segera mengirim beberapa orang di pintu keluar ketiga. Sebaiknya kau segera pergi dari sana."

Pintu keluar ketiga. Itulah jalan keluar terdekat yang bisa kami capai dengan kondisi yang sekarang. Semenjak kami mulai membuat pintu kedua di bunker kami, kami pun mulai berpikir untuk membuat pintu keluar lain yang bisa mengeluarkan kami saat keadaan darurat. Dan pintu keluar ini adalah pintu rahasia yang tidak akan mudah ditemukan. Satu-satunya jalan keluar terbaik untuk melolosakan diri dari para perampok itu.

Kumpulan ledakan dinamit pun mulai terdengar kembali. Walau suara itu semakin pudar karena posisi kami yang menjauh, namun ledakan itu menjadi bom waktu bagi kami untuk segera keluar dari sana sebelum pintu itu benar-benar hancur.

"Ugh" Ayah Walter mulai kehabisan tenaga. Langkahnya berhenti hingga kami harus menyeretnya.

"Sial. Andaikan saja ada air untuk mendinginkan kepala kita." gumam Walter.

Sesaat aku pun berpikir untuk menanyakan pertanyaan itu pada Carson.

"Sammy masuk. Hei Carson, apa kau tahu dimana letak air terdekat? ganti."

"Jangan bercanda. Air hanya bisa ditemukan di kamar mandi, dapur dan ruang makan. Sayangnya kalian tidak akan melewati tempat itu. ganti."

Aku pun memasukan walkie talkie di sakuku dengan perasaan kecewa. Berusaha sekuat tenaga menyeret kaki pria dewasa itu dengan kedua tanganku.

"Carson masuk." Sebuah suara kembali terdengar dari walkie talkie yang masih menggantung di saku celanaku. "Hei Sammy. Bicara soal air, apa kau masih ingat soal jebakan terakhir yang dijelaskan Ennie? Jebakan ini hanya boleh digunakan saat keadaan di dalam bunker benar-benar mendesak."

Aku pun segera mengambil walkie talkie itu.

"Apa kau serius? Ennie sama sekali tidak menyarankan kita untuk menggunakan jebakan itu."

"Lebih baik kau menggunakan sekarang. Dengan begitu setidaknya kalian tidak perlu khawatir dengan dinamit yang sebentar lagi akan menghancurkan kalian."

"Apa kau benar-benar yakin? Jebakan itu mungkin akan menghancurkan bunker ini. Menghancurkan semua usaha keras kita. Seharusnya kau tahu betapa sulitnya membangun bunker ini."

"Kau salah, Sammy. Bunker ini bukanlah satu-satunya hasil yang kita dapat. Apa kau masih ingat ketika kita melapisi dinding dengan seng untuk menahan longsor? Pada akhirnya kita harus menggantinya dengan beton yang sangat sulit untuk didapatkan karena dinding itu membuat bunker kita sangat panas."

"Ya, aku masih ingat. Tapi apa hubungannya hal itu dengan kondisi kita yang sekarang."

"Kita semua takut, bunker yang kita kerjakan sepanjang hidup hilang begitu saja. Karena itulah kau berpikir untuk melindungi bunker ini hingga saat-saat terakhir."

"Kalau kau mengerti akan hal itu maka kau seharusnya sudah tahu betapa sulitnya memutuskan untuk menggunakan jebakan terakhir ini."

"Ya, memang hal itu sangat sulit. Tapi Sammy, kau harus tahu bahwa Bunker ini hanya sebagian kecil dari hasil usaha keras kita."

Kids BunkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang