Saat itu aku masih kecil, bermain dengan balok-balok susun yang bahkan tidak membentuk apapun. Tapi sebagai anak kecil, balok-balok itu bagaikan sekelompok rumah. beberapa rumah dengan pagar dan ladang. Balok-balok yang membentuk sebuah desa. Desa tempat tinggal kami.
Melihat desa yang begitu indah, sammy kecil sangat senang sekali. Sang ibu yang memperhatikan permainan Sammy, menghampirinya dan bertanya, "Apa yang sedang kau buat, Sammy?"
"Desa! Ini adalah desa kita!" ujar Sammy kecil bersemangat. Dia pun segera menunjuk setiap balok dan menyebutkan arti dari balok-balok itu. "Ini adalah rumah kakek Molly. Ini rumah kita. Dan yang besar ini adalah ladang tuan Halley."
Sang ibu pun tertawa geli, menemani Sammy kecil bermain hingga dia bosan.
"Ibu, aku bosan."
"Begitu ya. Jangan lupa untuk memasukan balok-balok ini kembali ke kotaknya."
Sammy pun hanya menggangguk. Kemudian dia melakukan hal tak terduga dengan menampar balok-balok itu. Membuatnya terlempar kesana kemari dan alhasil lantai itu pun justru semakin berantakan.
Sang ayah yang sedari tadi membaca koran di luar, penasaran dengan balok-balok yang berterbangan dan segera menghampiri Sammy.
"Apa yang kau lakukan Sammy?!" seru ayahnya sedikit terganggu.
"Angin topan! Angin topan menghancurkan desa kita ayah!"
Sang ibu pun mengambil balok-balok itu. Melalui jarak beberapa meter, di lemparkannya balok-balok itu ke dalam kotak mainan.
"Lihat Sammy!" seru sang ibu berusaha memancing Sammy. "Angin itu menerbangkan desa kita ke dalam kotaknya."
Sammy pun mulai mengikuti ibunya. Melemparkan balok-balok itu ke dalam kotak. Entah kenapa permainan melempar itu justru menjadi kesenangan tersendiri baginya. Terkadang balok itu bisa masuk tepat ke dalam kotaknya. Namun terkadang lemparannya meleset. Membuatnya harus mengambil balok itu dan mundur beberapa langkah untuk mengulangnya lagi.
Sang ayah pun mulai tertawa. "Ahahaha. Darimana kau tahu tentang angin topan Sammy?" tanya ayahnya penasaran. Tentunya ayahnya sudah tahu kalau Sammy kecil banyak menonton film kartun yang membuatnya tahu tentang hal-hal itu. "Tidak mungkin ada angin topan di desa kita."
Mendengar perkataan ayahnya Sammy pun mulai mengumpulkan beberapa balok, kemudian mendorongnya ke depan.
"Air ayah. Air yang sangat banyak menyapu bersih desa kita."
"Ahahahaha... Maksudmu banjir?" tanya ayahnya tertawa geli. "Itu tidak mungkin Sammy. Desa kita terletak di dataran tinggi. Iklim cuaca di sini selalu stabil dan letaknya jauh dari gunung aktif. Dengan kata lain, tidak akan ada angin, gunung meletus, ataupun banjir yang akan menyapu bersih desa kita."
Sammy pun mulai kebingungan, melihat ayahnya dengan berbagai pertanyaan yang muncul.
"Jadi, bagaimana cara membereskan desa ini?" tanyanya penuh keingintahuan.
Ayahnya pun segera mengambil beberapa balok. Menyusunnya secara berjajar. Kemudian mengambil sebuah boneka kayu kecil yang melengkapi permainan itu. Sambil memainkan boneka kayu itu, sang ayah mulai bercerita.
"Jaman dahulu kala, desa kita pernah rata dengan tanah. Semuanya berawal dari seorang bangsawan kaya." ujar ayah Sammy sembari mengerakkan boneka itu perlahan mendekati balok-balok yang berjajar. "Bangsawan itu datang ke sebuah desa kecil. Desa yang sangat aman dan subur. Tidak pernah ada bencana, tidak ada penyamun dan perampok. Penduduk di sana hidup dengan makmur. Desa itu pun di bawah perlindungan yang ketat dari kerajaan. Karena itulah bangsawan itu datang ke desa ini. Dengan membawa sebuah kereta kuda.
Bangsawan itu sudah sangat tua, dan tidak pernah menikah dan tidak pernah ingin memiliki anak. Dia adalah bangsawan yang sangat pelit, yang sepanjang hidupnya hanya mencari harta kekayaan. Ketika dia sudah sangat tua, dia mulai berpikir untuk menyembunyikan harta kekayaannya yang berlimpah sebelum di curi ataupun disita oleh raja. Karena itulah dia datang ke desa itu, bersama budak setianya untuk menyembunyikan harta itu di sana. Di tempat yang paling aman.
Beberapa tahun kemudian, bangsawan itu meninggal. Sang budak pun akhirnya harus mengabdi pada raja. Namun butuh waktu yang lama untuk raja menyadari bahwa hanya budak itulah yang tahu letak dari harta sang bangsawan. Tanpa membuang waktu, raja pun segera memanggil budak itu menghadapnya, namun budak itu sudah cukup tua. Dia tidak bisa mengingat dengan jelas letak dari harta yang disembunyikannya. Yang dia tahu hanyalah bahwa harta itu disembunyikan sangat dalam di bawah tanah di sebuah wilayah di desa.
Raja pun segera mengerahkan beberapa orang untuk menggali dan mencari harta itu. Namun pencarian itu sudah memakan waktu berbulan-bulan dan tidak membuahkan hasil apapun. Mendengar nasehat dari seorang perdana menteri yang kejam, raja yang bengis itu mulai mengambil keputusan yang besar dengan membakar rumah-rumah penduduk di sana. Meratakan desa itu hingga tidak tersisa sedikitpun puing-puing, hanya agar dia bisa menggali tanah di bawah rumah-rumah itu.
Namun setelah menghabiskan berbulan-bulan, harta itu sama sekali tidak pernah ditemukan. Akhirnya raja pun mengambil kesimpulan bahwa budak itu berbohong dan segera mengeksekusinya. Namun misteri soal harta karun itu masih membekas di kerajaan dan menjadi legenda yang dibawa turun temurun. Hingga saat dimana kerajaan itu harus hancur karena perang.
Sayangnya setelah kerajaan itu hancur, desa ini mulai terlupakan. Bahkan kekeringan dan penyakit pun mulai melanda, membuat desa ini semakin dijauhi oleh masyarakat. Dengan kata lain, desa ini tidak makmur seperti dulu, dan pemerintah pun tidak terlalu peduli soal perlindungan di desa ini. Hal inilah yang menyebabkan para pencuri dan penyamun, datang ke desa ini untuk menjarah. Juga mencari harta karun yang masih menjadi sebuah legenda itu."
Sammy kecil yang mendegarkan cerita dari ayahnya dengan seksama, semakin tertarik dengan legenda itu. Berbagai pertanyaan pun banyak bermunculan di kepala. Membuatnya tidak sabar untuk menanyakan pertanyaan itu pada ayahnya.
"Ayah bilang desa ini pernah dibakar. Lalu kemana perginya para penduduk yang rumahnya sudah dibakar itu?"
"Pertanyaan yang bagus, Sammy." Balas ayahnya. "Ayah pikir tidak perlu membahas hal ini karena masih terlalu rumit untukmu. Namun bila ayah harus menyederhanakannya, maka ayah bisa bilang bahwa penduduk di sana mulai kelaparan dan memohon diberikan makanan dan tempat tinggal pada sang raja."
"Apakah orang-orang itu tidak bisa pergi dan tinggal di tempat yang lain?" tanya Sammy masih bingung.
"Desa ini sangat jauh dengan desa-desa yang lain dan jalur yang harus di lalui pun sangat sulit. Karena itulah banyak wanita, anak kecil dan orang tua yang tidak bisa menempuh perjalanan sulit itu. Yang bisa mereka lakukan hanyalah tinggal di tenda-tenda kecil yang disediakan oleh raja."
"Ah! Ini gawat!" seru Sammy kecil tiba-tiba.
Ayah dan ibunya pun mulai kebingungan dengan tingkah Sammy yang mengagetkan.
"Tidak ada raja lagi di desa kita. Kalau sampai rumah-rumah ini terbakar, bagaimana penduduk akan meminta tenda dan makanan?"
Sang ayahnya pun kembali tertawa geli. "Ahahahahahaha. Kau salah, Sammy. Kalau tidak ada raja, berarti tidak akan ada yang membakar desa ini."
Sammy pun tidak mau kalah, segera mendebat ayahnya, "Bagaimana dengan para penyamun yang menjarah desa ini? Apakah mereka tidak membakar rumah?"
"Kau benar." balas ayahnya setuju. "Tapi kita sudah punya polisi di desa ini. Tidak akan ada penyamun yang berani membakar desa kita. Kalaupun ada, maka mereka bukan penyamun, tapi teroris. Sekumpulan penjahat yang punya kekuatan untuk melawan polisi."
"Lalu, bagaimana bila penjahat membakar desa kita?" tanya Sammy masih belum puas.
"Kalau itu terjadi, maka kita hanya perlu membangun rumah lain yang tidak akan dibakar oleh mereka."
Kata-kata yang diucapkan ayahnya, walaupun tidak masuk akal, terus membekas di ingatan Sammy. Sejak saat itu Sammy terus memikirkan, tentang membangun rumah lain. Rumah yang tidak akan bisa dibakar. Rumah kedua yang akan digunakan saat rumahnya terbakar. Yang tidak akan bisa ditemukan oleh siapapun. Rumah yang tidak akan membuatnya kelaparan. Rumah yang dapat menjaganya dan ayah ibunya untuk tidur dengan nyenyak.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Kids Bunker
Ficción General3 orang anak kecil bermimpi untuk membuat 'bunker'. Rumah bawah tanah yang akan melindungi seluruh penduduk desa dari bencana alam. Namun, tanpa bantuan dari orang lain? bagaimana cara mereka mencari alat dan bahannya? Hanya ada satu cara, MENCURI!