Parents

208 32 0
                                    

Langit pagi begitu abu-abu. Berbeda dengan kemarin, hari ini awan menghitam. Semakin lama semakin gelap.

Walaupun begitu, Walter tidak akan menunda rencana berikutnya yang sudah diprediksi oleh Carson. Kami semua berkumpul di ladang lobak, bersiap-siap untuk pertarungan terakhir.

"Mungkin saja waktumu hanya setengah jam. Kau bisa melakukannya kan?", tanya Carson kepada Ennie yang sudah membawa berbagai macam peralatan.

"Menurutmu berapa waktu yang dibutuhkan oleh gadis kecil untuk memasang semua jebakan itu?". "Satu jam?! Aku cuma butuh sepuluh menit untuk mempersiapkan semuanya. Setelah itu, utangku pada Sammy akan lunas"

Ennie segera pergi, memasuki hutan yang berkabut tebal. Kami pun tidak tinggal diam. Kami bergerak ke rumah Milter, mengendap-endap dan bersembunyi untuk mengintai pergerakan Walter.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan di rumah Milter kemarin. Milter hanya mengatakan bahwa dia dan kakaknya tidak berkomunikasi, meskipun tinggal di rumah yang sama. Kejadian itu sudah memberikan ketegangan yang cukup besar pada Milter dan kakaknya.

Beberapa saat kemudian Walter keluar, bersama dengan ayahnya.

"Aku tidak bohong, ayah. Aku benar-benar menemukan harta karun", ujar Walter berusaha membujuk ayahnya.

Kami yang memperhatikan dari kejauhan, segera bergerak. Membuntuti mereka untuk mengawasi langkah-langkah yang berbahaya.

"Dia menggunakan orang dewasa sebagai saksi. Mungkin agar kita tidak bisa melawan" bisik Carson.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin melibatkan orang dewasa dalam masalah ini kan?" tanyaku khawatir.

"Tenang saja. Ayah Milter belum bisa mempercayai apa yang dikatakan Walter. Ditambah lagi Walter berbohong dengan mengatakan bahwa dia menemukan harta karun. Mungkin itu hanya alasan untuk menarik perhatian ayahnya. Kalau dia bilang bahwa dia menemukan bunker di dalam hutan, maka ayahnya akan menganggap sepele hal itu dan tidak akan mau mengikutinya. Kalaupun dia bilang bahwa ada beberapa barang kecil yang dicuri dari rumahnya, ayahnya tidak akan begitu peduli pada barang-barang itu. Karena itulah, cara yang paling tepat adalah dengan mengatakan bahwa dia menemukan harta karun."

Carson mendekatkan diri pada Milter, sembari membisikan rencana yang dia peroleh hanya beberapa menit yang lalu. Aku yang merasa penasaran pun berusaha mendekat, mendengarkan rencana Carson.

selang 10 menit kemudian, kami tiba di hutan. Tanpa menunggu, Milter segera menjalankan rencana yang baru saja dijelaskan oleh Carson. Dari semak-semak Milter muncul, melangkah perlahan mendekati keberadaan Walter dan ayahnya.

"Ayah! Kakak! Apa yang kalian lakukan disini!?" sahut Milter memanggil.

Walter yang melihat adik sekaligus musuhnya menjadi sangat terkejut.

"Kau mau menghalangiku ya!?" seru Walter jengkel. "Apapun yang kau katakan, aku akan tetap membawa ayah ke sana."

"Menghalangi? Apa maksud kakak?" tanya Milter dengan ekspresi yang begitu polos. 

Sejak dulu, aku selalu melihat Milter sebagai anak yang lugu dan ceroboh. Tapi aktingnya kali ini begitu jauh dari apa yang kubayangkan.

Carson yang melihatku terkagum berbisik, "Jadi bagaimana menurutmu tentang Milter? Dia mungkin tidak secerdas kita berdua. Kau mungkin tidak pernah melihat Milter dengan wajah dan perkataan yang penuh kebohongan. Mungkin kau beranggapan bahwa orang bodoh tidak bisa berbohong."

Aku menggeleng kepala, membalas perkataannya yang menggurui, "Tentu saja orang bodoh tidak pandai berbohong. Meskipun dia berbohong sekalipun, dia tidak akan bisa menipu lawannya."

Carson menggangguk, "Ya! Kau benar, Sammy. Orang bodoh tidak akan bisa menipu lawannya. Yang kau lihat sekarang bukan Milter bodoh yang bisa menipu orang, tapi Milter yang cerdas. Milter yang sudah bertahun-tahun hidup dengan para penipu seperti kita."

Aku terus memandang ke arah Milter, mengamati berbagai aksinya yang tidak pernah kulihat sebelumnya. "Kau benar, Carson. Milter yang sekarang sudah bukan lagi orang yang mengikutiku dari belakang sambil membawa lobak. Dia sudah bisa mengerjarku."

"Dan kau masih menjadi anak pendek yang tidak bisa melompati pagar." balas Carson menyindir. Sebuah sindiran yang membuatku sedikit kesal.

"JANGAN BERLAGAK BODOH!" ucapan penuh amarah terlontar dari mulut Walter. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Walter segera menarik lengan ayahnya. Berusaha melanjutkan perjalanan panjang menuju tempat Bunker kami berada. Milter yang terlihat ketakutan segera mengikuti mereka.

"Ayah, kakak, jangan tinggalkan aku!" sahut Milter seolah-olah tidak pernah masuk ke hutan ini sebelumnya.

Belum sampai 30 langkah, Milter segera menyambar tangan ayahnya.

"Jangan pergi lebih jauh lagi ayah! Hutan ini sangat berbahaya! Banyak binatang buas di dalam sana."

"Hah?! Berbahaya? Binatang buas?" ujar Walter ketus. "Buktinya tidak pernah ada kasus orang hilang di sekitar hutan ini. Apakah ayah bisa percaya dengan bualan Milter?"

Ayah Milter tampak kesal. "Kau pikir ayah bisa percaya dengan perkataanmu soal harta karun itu, Walter? Ayah rela mengikutimu hingga harus masuk ke hutan ini hanya karena kau adalah anak ayah. Tapi ayah tidak senang bila harus dipermainkan oleh anak sendiri."

"Harta karun?" ucap Milter bereaksi terhadap kalimat yang barusan diucapkan ayahnya. "Maksud ayah harta karun milik nenek moyang Halley yang disembunyikan di hutan ini?"

"Jadi kau tahu tempat harta karun itu, Milter?" tanya ayah yang semula kesal dengan mata berbinar. Entah apakah dugaanku benar. Namun sepertinya ayah Milter lebih percaya dan memanjakan Milter ketimbang perlakuannya terhadap Walter. Mungkin karena sejak dulu, Milter selalu terlihat seperti anak yang jujur dan lugu.

Walter pun mulai kebingungan dengan ucapan Milter. Sejak kapan ada anggota keluarga Halley yang menyembunyikan harta karunnya di hutan ini? Itu pasti hanyalah kebohongan. Tapi, sekalipun dia tahu bahwa Milter berbohong, dia tidak akan membocorkan kebohongan itu. Kalau dia berkata bahwa semua hal yang dikatakan Milter soal harta karun itu bohong, maka sama saja dia mengakui bahwa semua hal yang dia katakan soal harta karun juga adalah bohong. Itu sama saja dengan bunuh diri.

"Aku tahu letak harta itu disembunyikan ayah. Cepat! Ikut aku!" seru Milter bersemangat.

"Lihat, Sammy! Walter sudah tidak bisa berkata-kata lagi bukan? Kebohongan soal harta karun yang dibuatnya, justru diambil alih oleh Milter. Mungkin sekarang Walter sedang kebingungan. Mungkin dia bertanya-tanya, apa rencananya Milter yang sebenarnya. Dia tidak akan bisa membela diri lagi dalam situasi ini. Yang bisa dilakukannya hanya diam, meskipun tahu ayah yang seharusnya menjadi kunci kemenangannya sedang dimanipulasi oleh Milter."

Kids BunkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang