Catatan: Mohon untuk tidak berkomentar terlalu kasar pada karakter yang ada dicerita ini. Jika saya masih menemukan komentar yang terlalu kasar, maka chapter terakhirnya akan saya pending sampai tahun depan.
Ponsel Jongin belum juga aktif, dan sudah dari kemarin Sehun juga belum bisa menghubunginya. Ia sudah coba untuk datang langsung ke rumah orang tua Jongin, namun yang ia dapatkan hanyalah usiran serta tamparan keras dari ibu Jongin. Dia juga belum bisa meluruskan semua berita ini karena Jungah yang mendadak hilang setelah membuat kekacauan siang kemarin.
"Seharusnya aku menjelaskannya lebih dulu pada Jongin..." Sehun meremat kasar rambut gelapnya.
Namun ponselnya tiba-tiba bergetar. Saat melihat nama si penelpon, Sehun hanya dapat mengerutkan dahinya bingung. Untuk apa Kris menelponnya pagi-pagi sekali?
"Halo?"
'Awalnya aku ingin jadi pemeran antagonis yang akan membawa kabur si pemeran utama. Namun aku terlalu baik untuk itu.'
Sehun menghembuskan nafas lelah, "aku, sedang tidak dalam keadaan yang prima untuk bercanda Kris. Jadi cepat katakan apa maksudmu!"
'20 menit lagi, kami akan berangkat. Jika ada hal yang ingin kau sampaikan padanya untuk yang terakhir kalinya, cepat ke bandara.'
"Kau bersama Jongin?! Baiklah tunggu aku."
Sehun harus pulang dengan tangan kosong karena pesawat yang mereka naiki sudah berangkat tepat disaat Sehun turun dari mobilnya. Namun ia juga mendapatkan berita baik dari asistennya. Lucas baru saja memberitahunya jika ia berhasil menemukan Jungah dan sedang dalam perjalanan ke kediaman keluarga Kim.
Saat bertemu pandang dengan Jungah di depan pintu rumah orang tuanya, Sehun ingin sekali menampar wanita itu. Beruntung Lucas belum pergi saat itu, sehingga Jungah masih bisa selamat dari amukannya.
Pintu terbuka. Dan orang yang pertama kali menyambut mereka adalah ayah Jungah. Sedangkan ibu Jongin duduk dengan pandangan kosong di ruang tamu mereka.
Sehun meminta Lucas untuk menunggu di luar rumah, sedangkan ia masuk bersama Jungah. Sudah saatnya mereka mendengarkan cerita yang sebenarnya terjadi antara Sehun dan Jungah.
"Bukankah kau sudah puas? Setelah membuat anakku menderita dan pergi tanpa pamit, kau puas bukan?! Itu yang kau mau sejak awalkan Kim Jungah?!"
"Maafkan aku bu..." Jungah berlutut di depan sang ibu. Bahkan, disaat sang ibu menamparnya dengam keras, ia masih bersimpuh disana.
"Aku akan meluruskan semuanya tuan dan nyonya Kim." Kini atensi semua orang berpaling dari Jungah ke arah Sehun.
"2 tahun yang lalu, aku memang pernah berniat untuk mengencani Jungah. Saat itu, untuk pertama kalinya aku menemukan sosok wanita yang begitu gigih dan cerdas seperti Jungah. Aku bahkan berniat untuk serius dengannya." Sehun menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Aku mencoba berbagai macam cara untuk meluluhkan hatinya, bahkan sampai bertemu dengan tuan Kim, karena aku pikir aku bisa mengambil hatinya jika aku dekat dengan ayahnya. Namun Jungah masih terus saja mengabaikan perasaanku. Lalu 6 bulan setelahnya, Jongin datang. Awalnya aku tidak tahu jika Jongin dan Jungah bersaudara. Aku mulai memperhatikan Jongin ketika melihatnya terus-menerus mengantarkan dokumen ke ruanganku. Aku juga pernah melihatnya diam-diam mengumpat di toilet karena atasannya saat itu selalu memberikan tugas tidak penting kepadanya." Sekelibat ingatan Sehun tentang sosok Jongin membuat pria itu tersenyum kecil. Nyatanya dia sudah mengagumi sosok Jongin sejak awal Jongin bergabung di perusahaan.