Dan disinilah Sehun berada. Berdiri sejauh 2 meter dari Jongin yang sudah menatapnya penuh emosi. Setelah sepatu murahan Jongin berhasil mengenai atap mobilnya Sehun segera menghentikan mobilnya, lalu menghampiri Jongin yang masih berdiri di tempatnya.
"Ayo pulang!" Ajak Sehun sembari mengulurkan tangan kanannya.
Jongin menggeleng keras. Wajahnya mulai semakin keruh. Bibir bawahnya bahkan sudah maju 1 senti.
"Kim Jongin!" Jongin kembali menggeleng. Sehun dapat melihat jika kedua tangan Jongin sudah terkepal dengan kuat. Seakan bersiap memberi tinju kepada siapapun yang mengganggunya.
Baiklah, mungkin Jongin butuh waktu sendiri. "Kalau begitu aku pergi." Ujar Sehun perlahan mundur, kembali ke mobilnya.
"JA- hiks ngan..." Sehun menaikkan alis kirinya saat melihat mata berair Jongin, meskipun dengan kasar pria itu mengusapnya.
"Kau ingin bermalam disini? Jika itu ide gila yang sedang kau pikirkan, lebih baik kau lakukan sendiri, jangan libatkan aku."
Secara tiba-tiba Jongin berlutut dan mulai menangis histeris seperti orang kesetanan. Sehun pun kembali melangkahkan kakinya untuk mendekati Jongin.
"Menangislah sepuasmu disini...
...aku akan tunggu di mobil."
Tangis Jongin berhenti begitu saja. Matanya menatap Sehun dengan tajam. Mengapa pria ini bersikap berengsek disaat-saat seperti ini?
"Akhirnya kau berhenti kesurupan juga. Ayo pulang!" Seru Sehun.
"Tinggalkan saja aku sendiri."
"Tidak. Ayo ku antar pulang."
"Tidak mau! Kau saja yang pulang!" Balas Jongin dengan mata melotot.
"Berdiri sekarang juga!" Tegas Sehun.
"Tidak! Kau tidak perlu sok perhatian padaku!"
Sehun memejamkan matanya sejenak. Memijit pelan kepalanya yang mulai berdenyut nyeri karena harus beradu mulut dengan Jongin. "Setidaknya, jika kau ingin menangis seperti itu lakukan di rumahmu sendiri."
"Jangan di parkiran kantorku. Bagaimana jika ada yang melihat perilakumu ini dan menyebarkan beritanya? Perusahaanku akan rugi."
Jongin benar-benar tercengang dengan perkataan pria itu. Matanya melirik ke arah sekitar, namun dia tidak bisa menemukan benda apapun yang bisa ia gunakan untuk membunuh Sehun dan mulut sialannya itu.
"Bajingan sialan..." ujar Jongin lalu bangkit membuka sepatu kirinya yang masih melekat di kaki dan melemparkannya ke arah Sehun. Namun tidak berhasil mengenai Sehun karena Jongin tidak bisa melemparnya dengan baik.
"Untuk apa kau menangis? Yang terluka Seolhyun, yang memukul Jungah. Jadi apa yang kau tangisi?" Jongin maju mendekati Sehun dan memukul tubuh pria itu berkali-kali, tapi anehnya Sehun tidak merasa sakit sedikit pun.
"Kau benar! Yang memukul itu Jungah, tapi mengapa orang-orang malah memojokkanku? Apa salahku? Bahkan Seolhyun yang mengerjaiku!" Sehun hanya diam dan membiarkan Jongin menumpahkan seluruh air mata dan isi hatinya.
"Aku memang kurang kompeten! Tapi haruskah mereka menghinaku sejelas itu? Haruskan mereka menjelek-jelekkan aku disaat aku ada di dekat mereka?"
"Kenapa mereka selalu bilang jika aku merepotkan Jungah? Apa mereka tidak tahu bagaimana tertekannya aku karena perkataan tajam mereka? 'Dasar manusia sampah!' 'Tidak berguna!' 'Tidak tahu malu!' Apa mereka pikir aku ini bukan manusia? Hewan saja punya hati, mengapa mereka memperlakukan aku seakan aku lebih rendah daripada hewan?"