Jongin memakan roti melonnya dengan raut bahagia. Akhirnya setelah 2 hari dia bisa makan juga meskipun hanya roti saja. Namun kesenangannya tiba-tiba hancur, bukan karena rotinya yang sudah habis, tapi karena telpon dari Sehun.
"Ha--'
'Ke kamarku sekarang. Lantai 8 nomer 801.'
Pip
"Selalu saja! Apa dia pikir aku ini orang yang bisa dia perlakukan semaunya hah?! Lihat saja, aku tidak akan menuruti permintaan mu." Ucap Jongin penuh emosi.
Namun Jongin harus kembali menjilat ludahnya sendiri karena saat ini ia sudah berada di depan kamar pria itu.
"Tidak! Mengapa kau membawaku kesini kaki?! Ish!"
Cklek
"Masuklah."
"Aku tidak mau!"
"Aku tidak memintamu, tapi memerintahmu."
Sreett
Tangan Jongin ditarik masuk oleh Sehun, sehingga kini Jongin berada didalam kamar pria itu.
Saat melihat kondisi kamar Sehun, Jongin sedikit iri. Bagaimana mungkin dia, Oh Sehun, yang hanya seorang diri itu memesan sebuah presidential suite room. Jongin bahkan yakin jika harga kamar Sehun lebih mahal dibandingkan seluruh kamar yang karyawannya tempati.
"Tenang saja, aku tidak akan memasukkannya kedalam pengeluaran perusahaan."
'Sudah seharusnya sialan!'
"Duduk." Jongin sebenarnya ingin memukul kepala pria itu, namun yang ia lakukan malah sebaliknya. Ia menuruti perintah Sehun untuk duduk, ia pun duduk disalah satu sofa di ruang tamu kamar tersebut.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sehun datar.
"D-duduk?" Ucap Jongin dengan senyum kikuknya.
"Kau tidak lihat aku membuka pintu kamar? Duduk di ranjangku."
"Y-ya?" Jongin pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke kamar Sehun dan duduk di pinggir ranjang seperti yang Sehun inginkan.
Sehun pun mengambil posisi yang tak jauh dari Jongin. Pria itu duduk di samping Jongin dengan jarak yang cukup dekat. Jujur saja Jongin sedikit gugup karena mereka tidak pernah sedekat ini sebelumnya.
Jongin merasakan tangan besar Sehun yang tengah mengusap-usap kepalanya penuh kasih sayang. Wajah Jongin jadi memerah.
Tiba-tiba Sehun memajukan wajahnya kearah Jongin, Jongin yang terkejut pun reflek mendorong dada Sehun untuk menjauh.
"Kenapa? Kau tak suka?" Tanya Sehun marah.
"Aku hanya--"
"Keluar!"
"Y-ya?"
"Keluar dari kamarku sekarang!"
Jongin melotot horor. Baru saja pria itu bersikap lembut padanya, kenapa sekarang dia kembali ke wujud aslinya? Apa Sehun memiliki kepribadian ganda? Atau jangan-jangan pria itu ternyata keturunan iblis?
Jongin yang terlanjur kecewa pun segera pergi dari kamar Sehun dan kembali ke kamarnya.
Sebenarnya dia hanya sedikit terkejut dengan tindakan tiba-tiba Sehun. Mereka bahkan tidak pernah bergandengan tangan tapi mengapa Sehun tiba-tiba jadi ingin menciumnya?
'Semakin lama dipikirkan pria itu memang tidak cocok untuk ku.'
Jongin kembali ke kamarnya dengan hati sesak. Mau dipikirkan ribuan kalipun hasilnya tetap sama. Jongin memang tidak pernah pantas dengan Sehun. Dan untuk sekian kalinya Jongin menyesali keputusannya untuk menerima Sehun.
Dengan menahan sesak di dada dan juga sakit di perutnya, Jongin pun memaksakan diri untuk tidur.
Meskipun sudah memaksakan diri untuk tidur selama berjam-jam lamanya, nyatanya keadaan Jongin jauh dari kata mengantuk. Buliran keringat dingin memenuhi kening juga pelipisnya.
Sakit perutnya tak kunjung hilang, padahal Jongin sudah meminum obat maagnya sejam lalu.
'Sialan sekali! Mengapa aku harus sakit di saat-saat seperti ini? Orang-orang pasti akan merasa disusahkan olehku.'
Jongin mendengar pintu kamar mandi yang terbuka. Ah, sepertinya Jungwoo sudah selesai mandi, terbukti dari aroma sabun hotel yang menguar di sekitar kamar.
"Kim Jongin. Kau sudah bangun?"
"Ya." Jongin menjawab dengan suara seraknya. Tenggorokannya benar-benar kering.
"Kalau begitu mandilah. Kita harus berangkat sejam lagi."
"Baiklah."
Tbc
Note:
Chapnya masih pendek yakk. Sengaja aku up karena chapter ini udah mengendap lama di hpku. Yah, sebenarnya cerita ini udah aku buat dari tahun kemaren, sebelum ff Beggin. Dan ini chap terakhir yang sudah selesai aku tulis.
So... setelah ini mungkin aku bakal up ff Beggin dulu, sambil menyelesaikan chapter berikutnya.
See you....