Jongin berusaha sekuat mungkin untuk menahan rasa sakit di perutnya. Acara sedang berlangsung dan Jongin harus siap sedia seperti perintah Jungah pada seluruh karyawan lainnya.
Mino yang berada di salah satu meja di ruangan tersebut pun melihat Jongin dengan raut khawatir. Siapapun yang peka pasti tahu jika Jongin sedang sakit. Wajah pucat serta raut menahan sakitnya mengambarkan segalanya.
Setelah acara utama selesai kini semua tamu dipersilahkan untuk menikmati jamuan yang tersedia, dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh Mino untuk menghampiri Jongin yang masih berdiri di dekat pintu masuk.
"Jongin, kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir, namun Jongin hanya tersenyum lalu menggeleng lemah.
"Kau sudah sarapan? Semalam 'kan kau hanya makan roti saja."
"Tidak sempat. Tapi, aku sudah makan obat maagku." Jawab Jongin pelan.
Mino menarik tangan Jongin pelan, lalu berjalan ke arah salah satu kursi yang kosong di ujung ruangan. "Tunggu sebentar."
Sesaat kemudian pria itu datang dengan membawa sebuah mangkuk kecil dan juga satu botol air mineral berukuran tanggung.
"Saat ini aku tidak bisa menemukan bubur, jadi makanlah sup ini terlebih dahulu. Kunyah hingga benar-benar lumat, agar perut kosongmu tak kaget." Jongin mengambil mangkuk tersebut lalu menyuap kuah sup tersebut.
"Rasanya seperti air kobokan." Ucap Jongin jujur. "Kau pernah minum air kobokan?" Tanya Mino dengan nada bercanda. Jongin tertawa pelan lalu kembali menyendok isian dari sup tersebut. "Tapi sayurannya lumayan enak, padahal aku tidak terlalu suka sayur, tapi ini masih bisa aku nikmati."
Jongin pun makan dengan ditemani oleh Mino yang sesekali membuat lelucon agar Jongin bisa sedikit tertawa, karena di saat itulah Mino dapat melihat semburat merah di kedua pipi pucat Jongin.
"Maaf mengganggu waktu kalian tapi Kim Jongin, tuan Oh ingin bertemu denganmu." Raut wajah Jongin tiba-tiba kembali memucat ketika Jungwoo datang menghampirinya.
"Baiklah. Mino aku pergi dulu." Ujar Jongin lalu pergi mengikuti Jungwoo yang mengarahkannya kepada sang bos.
Saat sampai di meja tempat Sehun berada, Jungwoo segera pamit pergi dan meninggalkan Jongin bersama dengan Sehun dan juga beberapa orang penting di sana.
"Kau tahu mengapa aku memanggilmu kemari?"
"Tidak tuan." Jawab Jongin sesopan mungkin. Mata Jongin melirik ke beberapa orang di meja tersebut. Sial! Firasatnya tak pernah salah. Kali ini pasti Jongin akan dipermalukan dihadapan orang-orang Jepang ini.
"Di saat seluruh karyawan sibuk bekerja mengapa kau malah duduk santai sambil berkencan di ujung sana?"
"Saya tidak sedang bersantai tuan, saya hanya makan dan manager Mino kebetulan ada di sana. Itu saja."
"Kenapa kau malah makan ketika orang lain sibuk bekerja?"
"Itu karena saya sedang--"
"Tolong maafkan adik saya tuan Oh." Jongin melirik kehadiran sang kakak yang entah datang dari mana itu.
"Kak-- maksudku manager Kim tidak perlu membelaku, aku akan menyelesaikan masalahku sendiri!"
"Jongin! Kau ingin membuatku malu di depan banyak orang hah?" Desis Jungah tepat di depan Jongin.
"Kenapa harus malu? Kau yang membuat dirimu seperti ini! Jika kau diam saja orang-orang tidak akan tahu kalau aku ini adikmu. Lagipula mereka semua orang Jepang, mereka tidak akan tahu apa yang aku bicarakan."
"Jangan bicara omong kosong Jongin, cepat minta maaf dan pergi dari sini."
Jongin menatap kakaknya bingung. Siapa wanita ini? Apakah dia wanita yang sama dengan wanita yang selama ini ia panggil kakak? Jongin benar-benar tidak mengenal sisi kakaknya yang satu ini.
"Aku minta maaf." Ucap Jongin tak sopan lalu pergi dari meja tersebut.
"Maafkan adik saya tuan Oh. Saya yang akan menghukumnya sendiri nanti."
"Sebenarnya anda tidak perlu seperti ini manager Kim, ini masalah adik anda." Ucap Sehun tanpa menatap Jungah. Jungah yang merasakan perubahan suasana hati sang bos tersebut segera merunduk dan mengucapkan permintaan maafnya.
Jongin keluar dari aula hotel tersebut dan bergegas ke kamar mandi. Ia memuntahkan semua makanan yang sebelumnya diberikan oleh Mino. Seharusnya ia mendengarkan Mino untuk makan perlahan.
Jongin pun duduk di atas closet yang sudah ia tutup dan menghela nafas panjang.
'Jika saja kakak tidak datang menyela, aku pasti akan membuat si pucat itu menyesal karena perlakuannya semalam.'
Di saat Jongin ingin membuka pintu bilik, beberapa orang masuk sambil mengeluh dengan membawa-bawa namanya.
"Ini semua gara-gara Jongin, kasian sekali manager Jungah harus dimarahi seperti itu."
"Benar sekali, sebenarnya apa yang ia lakukan disini? Dia tidak membantu sama sekali."
"Aku bahkan segan meminta bantuannya karena ia adik manager Kim."
"Dari kemarin ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun."
"Rekanku dari divisi keungan juga bilang bahwa dia tidak pernah bekerja dengan benar, dan setiap hari ia hanya bermain ponsel."
"Dia pasti seperti itu karena kakaknya. Kasihan sekali manager Jungah, dia pasti harus selalu berurusan dengan divisi keuangan untuk membereskan masalah adiknya."
"Sudahlah, sekarang kira harus segera kembali sebelum tuan Oh kembali marah."
Jongin hanya dapat terdiam saat mendengar semua omongan orang-orang tersebut. Apakah orang lain selalu melihatnya seperti itu? Apakah Jongin menyusahkan Jungah selama ini? Jongin bingung. Mengapa tidak ada satu orang pun yang berpihak padanya? Padahal Jongin juga selalu mengalami kesulitan.
Jongin juga mau bekerja seperti orang lain. Dia juga mau memiliki peran seperti teman-teman di divisinya. Tapi manager Lee tidak pernah memberinya tugas seperti yang lain. Jongin sadar diri, dia memang mempunyai banyak kekurangan dan sering ceroboh. Tapi bagaimana ia bisa berkembang jika orang lain tidak pernah mau membimbingnya?
Tapi Jongin memangnya bisa apa? Seharusnya ia bersyukur pada Jungah karena ia bisa bekerja di perusahaan besar seperti ini, dan bukannya mengeluh seperti anak manja.
Saat kepala Jongin dipenuhi oleh berbagai masalah pekerjaan perutnya kembali sakit. Dan kali ini ia tidak bisa berpura-pura kuat lagi. Tepat di saat kakinya berada di hadapan Mino yang baru saja keluar dengan segerombolan tamu lainnya. Jongin pun pingsan.
Tbc
Note:
Hampir 2 minggu sejak chapter terakhir.
Long time no see...