Jongin berusaha mengambil rute sejauh mungkin untuk masuk ke dalam gedung kantornya, namun tampaknya pria tinggi itu sudah menyadari kehadirannya lebih dulu. Pria itu menghampiri Jongin yang sudah berjalan semakin jauh dari pintu utama.
"Adik kesayanganku! Kau semakin chubby saja selama aku pergi. Tidak merindukan kakak tercintamu ini?" Dan dengan tanpa malunya pria itu berbicara keras sehingga menarik perhatian para karyawan yang akan masuk ke dalam gedung.
"Bukankah kita setuju untuk saling tidak mengenal saat di kantor?" Bisik Jongin sambil memperhatikan suasana di sekitar. Dia jadi menyesal karena sudah pernah menyebutkan nama pria ini sebagai salah satu pria idamannya.
"Aku dengar salah satu karyawan mengerjaimu jumat kemarin, jadi mulai sekarang biarkan pria tampan ini melindungimu. Oke adik kecil?"
Jongin segera menurunkan tangan pria yang ingin menyentuh kepalanya itu. "Tinggiku 175cm dan usiaku sudah 24 tahun. Bukankah aneh jika kau menyebutku adik kecil?"
Pria itu memajukan bibirnya dan menggeleng dengan cara yang paling menjijikan menurut Jongin. 'Jika saja dia bukan wakil direktur, sudah ku pukul kepalanya. Ah sial! Aku jadi ingin memuntahkan sarapanku.'
"Tinggimu 10 cm lebih pendek dariku. Aku juga 2 tahun lebih tua darimu. Jadi kau tetap adik kecil untukku." Jongin hanya tertawa pelan agar pria ini bisa segera menjauh darinya.
"Baiklah, kakak tersayangku... bisakah aku masuk ke dalam sana? Jika terlambat absen gajiku akan dipotong, dan aku tidak mau hal itu terjadi."
"Tentu saja. Ayo kita masuk." Ujar pria tersebut sambil menarik lengan Jongin. Dengan sigap Jongin pun segera melepas cengkraman pria itu.
"Tidak apa-apa! Tidak akan ada yang cemburu adikku sayang."
"Jika kau terus bersikap menjijikan seperti ini, aku mungkin akan benar-benar memukul kepalamu, Kak!" Jongin menunjukkan deretan gigi putihnya pada pria itu, namun pria itu memiliki level kegilaan yang jauh diatas Jongin, jadi ancaman Jongin tidak akan berpengaruh apapun padanya.
"Apakah kalian akan terus bermesraan seperti ini? Carilah tempat yang lebih sepi, jangan menghalangi jalan orang lain." Jongin melotot horor saat melihat Sehun dan juga kakaknya yang ternyata sudah berdiri tepat di belakang mereka.
"Selamat pagi direktur Oh. Selamat pagi juga manager Kim." Ucap pria itu dengan senyum lebar yang terlukis di bibir lebarnya. Sedangkan Jongin memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan jemari panjang si pria dari lengannya.
"Kalian berkencan?" Tanya Jungah.
"Aku dan Jongin? Hahahaha..." Jongin pun ikut tertawa bersama pria itu. Sungguh lucu pertanyaan itu.
"Pacarku sedang bekerja di luar sana. Dan dia jauh lebih manis dari anak kecil ini." Sambung pria itu yang langsung mendapat sikutan manis di perutnya. Manis, karena sikutan Jongin tidak terasa sakit sama sekali.
"Aku tidak peduli. Minggir!" Seru Sehun ketus yang membuat Jongin dan sang wakil bergeser memberikan jalan.
"Kami duluan Chan." Ucap Jungah lalu menyusul Sehun ke arah lift.
"Sepertinya direktur sedang badmood." Lirih Chanyeol.
"Memangnya kapan dia tidak badmood?" Balas Jongin yang mendapatkan anggukan pasti dari Chanyeol.
Jongin benar-benar risih dengan sikap berlebihan Chanyeol selama seminggu ini. Tentu saja karena hal itu membuat orang-orang semakin sering mencibirnya. Dan sekarang dia tidak hanya di cap sebagai karyawan yang masuk lewat jalur belakang, tapi juga sebagai kekasih Park Chanyeol si wakil direktur.