Hari Sabtu dan Minggu mungkin bisa dikatakan libur untuk siswa-siswi SMA Kaosta, termasuk kelas 12 yang tidak mendapat les di minggu pertama. Ditambah tanggal menunjukan warna merah yang sama, hari memperingati anak sedunia.
Aku sudah berada di depan asrama sekolah. Suara riuh dari dalam membuatku yakin jika siswa-siswi yang masuk di minggu pertama ini sebagian besar telah hadir. Sementara suasana kelas dan gedung lain begitu kosong melompong.
"Aria!!" Suara lembut namun terkesan melengking itu, menyambut kedatanganku. Berasal dari wajah mungil yang menyembul dari balik jendela asrama. Senyumnya mengembang dengan tangan melambai semangat. "Euna!"
Aku memasuki ruang asrama yang ternyata jauh lebih besar ketika kau masuk ke dalamnya. Mungkin inikah yang disebut tipuan mata? Ada beberapa ruangan di dalam lantai satu. Setiap ruangan terdiri dari empat ranjang tidur yang menumpuk. Satu kamar mandi kecil di sudut dan teras sempit di lantai dua. Euna kembali muncul di salah satu kamar saat aku sudah menginjak lantai dua. Karena lantai satu telah penuh diisi oleh siswi lainnya. Sementara di lantai dua cukup ada sisa untuk sekitar enam orang lagi. Aku tidak tahu apa asrama sebelah-asrama laki-laki juga seperti ini. Bau kasur yang lepek bercampur dengan cat ruangan yang tidak biasa telah mengganggu udara yang masuk ke dalam paru-paruku. Aku yakin jika asrama laki-laki bisa lebih buruk dari ini. Karena kau tahu jika laki-laki bisa lebih jorok dari ini.
Euna menunjukan kasur bertingkat yang akan kami tiduri. Berada di dekat dinding sebelah kiri bersanding dengan lemari tempat pakaian yang hanya ada dua buah di setiap kamar. Sementara selain aku ada Luda dan satu perempuan dari 12-C yang aku tidak tahu namanya. Tapi dia cukup ramah.
Aku menaruh tas punggungku yang berat dan membengkak itu. Sebenarnya aku malu menunjukan tasku yang berbentuk seperti gumpalan sampah. Tapi melihat siswi dari 12-C membawa koper, rasanya aku tidak akan merasa minder.
Luda tengah menumpuk buku-bukunya di atas meja kecil yang dia pinjam dari perpustakaan. Meskipun les akan dimulai nanti siang sampai malam. Jika kau kuat mungkin bisa sampai pagi buta. Aku yakin Luda dan Dino pasti bisa, karena mereka berdua cukup teracuni oleh pelajaran.
Suara musik yang berasal dari lantai bawah membuat fokus kami bersatu. Luda mencari dan menebak dari mana suara itu yang pasti adalah dari salah satu kamar yang ditinggali oleh siswi dari 12-A. Mereka sepertinya tidak berniat untuk belajar.
Bel sekolah berbunyi setelah dua jam berlalu dan aku telah menata semua barang-barangku bersama dengan Euna yang membantuku.
Terdengar ocehan dari bawah, aku melihat dari jendela ada Bu Luli yang cerewet. Aku pikir mungkin Bu Luli akan menjadi wali pemegang les di minggu pertama ini. Tapi kehadiran yang lainnya membuatku bingung. Karena ada Bu Lyna, Pak Hadiswa juga hadir dan Pak Luis alias guru olahraga kami yang terkenal bajingan. Dia pernah melecehkan salah satu siswa tahun lalu dan dia mendapat skors. Tapi penjahat tetap saja penjahat, sebagaimana pun dia disalahkan, dia tetap berkelit. Aku tidak menyukainya.
Beberapa siswa menjerit melihat Pak Hadiswa yang memakai pakaian santai. Tidak seperti biasa yang selalu formal. Pria berusia dua puluh tiga tahun itu melambai dan tersenyum hangat, sekedar menyapa siswi yang meneriakinya dari jendela lantai satu.
Bel untuk kedua kalinya berbunyi. Entah apa gunanya yang pasti setelah seragam yang aku, Luda, Euna dan siswi 12-C melekat di tubuh kami semua. Kami juga membawa buku-buku yang cukup banyak kali ini. Belajar keras akan dimulai sebentar lagi.
Anak laki-laki bisa dikatakan lebih lambat. Bahkan ada yang memakai pakaian bebas saat masuk kelas. Kelas yang kami pakai adalah kelas 12-B yang cukup bagus. Berbeda dengan 12-A yang sejak awal memang dipisah. Siswa-siswi dari kelas 12-B cukup ramah dan tidak memusingkan kehadiran siswa lain dari kelas bawah. Mereka tampak menjaga jarak agar tidak terlalu berbaur dengan kelas di bawahnya.
Beberapa menit setelahnya, Bu Lyna masuk dengan setelan yang lebih sopan. Sebenarnya dia guru yang baik, tapi hanya saja pakaiannya yang mengganggu pandangan.
"Selamat siang!" Kami menjawab serentak sapaan barusan. Bu Lyna meletakan buku-bukunya di atas meja. "Hari ini adalah jadwal pelajaran tambahan untuk siswa-siswa yang masuk di minggu pertama. Jadi, semoga kalian tetap semangat sampai UAS nanti. Manfaatkan waktu sebaik mungkin agar bisa menyelesaikan belajar kalian di sini dengan nilai yang bagus."
Kami semua menjawab serempak dan dengan harapan yang sama seperti dikatakan Bu Lyna. Waktu kami tidak banyak di semester terakhir ini. Sepertinya kami akan bekerja keras dengan belajar.
Pada akhirnya waktu belajar masuk dan semua murid mulai tenggelam dalam pelajaran kali ini. Hari-hari yang panjang dan berat seperti ini akan aku lalui meskipun aku tidak tahu apakah akan sama seperti ini kedepannya. Nyatanya perasaanku mulai gusar akan sesuatu.
Sesuatu yang menyeruak ke dalam indera penciumanku.
Bau parfume itu datang lagi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCREAM : Whos Next? ✔
Mystery / Thriller🎖 Ambassador's Pick Valentine oleh AmbassadorsID 🎖 The Best Choice's Recommendation Novel with TWT & Asra Publisher 🎖 Masuk dalam Reading List di @WattpadYoungAdultID untuk kategori Red & Dark Place © KANG ZEE present • (#) GIRL'S IN THE NIGHTM...