Langit masih sangat kelabu di saat hari yang biasanya selalu tampak cerah. Sebulan ini langit seolah menampakkan wajah baru yang hanya berlangsung beberapa bulan. Setahun yang tidak selalu berjalan dengan lancar. Musim hujan telah datang, menyapu tanah kering dan debu yang berterbangan riuh bercampur dengan udara kotor serta polusi perkotaan.
Terdengar guntur berseru membuat suasana sekolah SMA Kaosta lebih muram. Langit semakin berangsur-angsur menggelap bersama tiupan angin yang menyapu ubin sekolah. Tapak-tapak sepatu dan lembabnya udara di setiap ruangan mampu membuat langkah yang kuambil harus hati-hati. Kemarin hujan turun begitu lebat. Lantai granit yang terkenal licin, apalagi bertemu dengan air. Aku harus lebih memperhatikan langkah agar tidak terpeleset di koridor sekolah yang memang sudah sepi.
Bel pulang sudah berbunyi dengan memekik satu jam yang lalu. Suara bel yang pernah sekali dulu kubenci. Entah suara apa yang bisa kuketahui dari jeritan dan campuran antara pukulan botol kaca serta kucing terjepit sesuatu. Menurut beberapa orang, bel itu dibuat oleh alumni terdahulu yang memenangkan olimpiade robotik. Jadi, bel itu dengan bangganya dipasang di sini agar mengingat kenangan siswa-siswi yang berprestasi. Sebut saja yang lain adalah mading sekolah yang tak pernah kulihat ada sesuatu yang menarik selama tinggal di sekolah ini. Hanya karya-karya alumni terdahulu yang masih menempel penuh debu dan beberapa tulisannya yang mengabur masih menepel baik di sana. Memang akhir-akhir ini, angkatan-angkatan baru lebih terlihat santai dan bersahaja. Entah mungkin kreatifitas terbatas atau sebenarnya mereka malas. Aku menggeleng dengan pandangan sengaja dibuat fokus ke depan. Memikirkan yang tidak berguna hanya akan menambah rasa pening di kepala. Ditambah ujian akhir tahun semakin dekat.
Aku mengorek sebelah telinga yang gatal entah karena apa. Mendatangkan sensasi ingin lebih dalam mengorek. Tapi tiba-tiba sebuah dorongan keras yang menubruk punggung sontak saja membuat tubuhku tidak memiliki keseimbangan yang baik. Dan pada akhirnya harus tersungkur cukup keras ke depan. Bertemu langsung dengan licinnya lantai yang membuat benturan pada kedua lututku terasa ngilu.
"Auhh, maaf!" seru suara centil yang bisa kudengar dengan jelas tepat di belakangku. Disusul bisikan kecil, pasti rasanya sakit dan cekikikan.
Aku segera bangkit dan merapikan seragam dan tas punggung yang letaknya tidak sesuai. Telah berdiri tiga siswi dengan pose bak model di depanku saat ini. Mereka adalah para siswi yang terkenal cantik dan sombong. Pernak-pernik mahal yang tertempel di hampir seluruh bagian tubuh mereka, tampak berkilau jika terkena cahaya matahari. Namun, akan tampak norak di mataku.
"Kau sengaja melakukannya?" cetusku dengan nada kesal. Menatap ketiga siswi dengan tatanan rambut yang hampir mirip. Kecuali yang berada di tengah. Ketua dari tim siswi tersohor. Kekuasaan dan uang yang dimiliki keluarganya menjadi panggung para sendok mas. Rambutnya sengaja dicat dengan warna kelabu beberapa helai dan bersanding dengan rambut aslinya yang kecokelatan kusam. Aku mengetahui nama mereka satu persatu dari mulut ke mulut. Karena kami satu angkatan namun berbeda kelas. Aku berada di kelas 12-D dan mereka masuk ke kelas favorit di SMA Kaosta ini. Kelas 12-A adalah kelas yang paling berbeda dari tiga kelas lainnya. Di dalamnya berisi siswa-siswi kaya raya dan pastinya punya banyak bahan kesombongan setiap harinya yang bisa mereka banggakan atau dijadikan senjata untuk menindas yang lemah. Dan itu berlaku bagi kelas berikutnya sampai ke kelas terakhir yaitu kelas yang kutinggali. Kelas penuh kemelaratan.
Suara dengusan keluar dari bibir tipis dengan polesan liptin merah jambu itu. "Wah, kau ternyata bisa menebaknya dengan baik, itu bagus. Aku tidak harus membuang waktu untuk bicara dengan rakyat jelata sepertimu," kata Karina. Hidung mancung dan tahi lalat di bawah matanya menambah kesan anggun namun kesombongannya tiada tara. Jarinya lentik bergerak-gerak seolah mengusirku agar menyingkir dari jalannya. Kutek ungu gelap dan sematan cincin di jarinya menambah kesan level di antara kami. Sekaligus menyadarkanku akan tangga kasta di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCREAM : Whos Next? ✔
Mystery / Thriller🎖 Ambassador's Pick Valentine oleh AmbassadorsID 🎖 The Best Choice's Recommendation Novel with TWT & Asra Publisher 🎖 Masuk dalam Reading List di @WattpadYoungAdultID untuk kategori Red & Dark Place © KANG ZEE present • (#) GIRL'S IN THE NIGHTM...