Awal

3.2K 189 7
                                    

Dinginnya menusuk sampai ke tulang, aku melirik jam yang berada di layar benda persegi panjang milikku. ah masih jam 9 tapi hawanya sudah seperti memasuki musim dingin- aku meliriknya, bulan tak datang malam ini. Sepertinya bintang pun enggan hadir di langit yang hitam kelam, hanya ada beberapa baris orang yang sedang mengantri menunggu jemputan nya datang. Waktu terus berlalu tak terasa tetes demi tetes air pun jatuh ke tanah, aku melihat banyak yang mulai berlari mencari tempat berteduh. Ya hujan mulai turun.

Aku masih fokus pada layar persegi panjang yang berada di tangan kanan, aku terus mengirim pesan kepada seseorang tapi balasan yg dia kirim ternyata mengecewakan.

"Hinata mobil paman ngambek lagi,
ini sudah di bengkel dan ternyata bannya juga bocor bisa-bisa lama. Kalau kamu gak keberatan kamu
bisa pulang naik bus atau taxi saja takut kemalaman kalau harus menunggu paman."

Sebetulnya aku bisa saja cari taxi atau naik bus seperti yang disarankan seseorang yang entah sekarang ada dibengkel mana karna memang di Tokyo tidak terlalu sulit untuk mencari taxi. Tapi entah kenapa aku merasa aman bersama paman Asuma, ya namanya Sarutobi Asuma dia seorang ayah dengan dua orang anak. Istrinya selalu membantu ibu ku dirumah. Anaknya? Mereka anak yang baik dan rajin-rajin semua. Aku sudah mengenal paman Asuma dari aku pertama kali bekerja di kafe ini, biasanya ayah yang mengantarkan ku kemana pun aku pergi tapi sekarang ayah sudah bahagia di surga.

Sudah sekitar 30 menit aku menunggu disini, namun paman belum juga mengirim pesan pada ku, aku sudah bilang aku akan menunggunya saja. Satu demi satu orang yang berteduh akhirnya menyerah dan menerobos derasnya hujan, mereka pikir cuma air kok bukan hujan batu itu memang benar, tapi tetap saja hujan sederas ini bisa membuat suhu tubuh dalam dirimu menurun.

"Hinata paman sudah selesai.
Paman menuju ke lokasi ya, tapi jalannya agak pelan karna hujan cukup deras."



"Tidak apa-apa paman,
tidak usah terburu-buru.
yang penting selamat."

Begitulah isi pesan ku dengan paman Asuma 3 menit yang lalu. Tak terasa semakin sedikit orang yang berada didalam halte bus ini, aku tidak terlalu memperhatikan wajah setiap orang yang lalu lalang didepan ku. Tapi seketika aku dikejutkan dengan tepukan seseorang.

"maaf nona boleh tau sekarang jam berapa? Kebetulan Handphone saya low." Lalu dia berjalan dan berdiri tepat disampingku.

"ah iya sekarang jam—" aku terdiam ketika melihat wajahnya. Badan ku kaku, tapi seperti tak ada tenaga rasanya semuanya campur aduk.

"Looh nat.. Kamu Hinata kan? Hinata?" ucap pria yang berada disamping ku.

Entah mendapat kekuatan darimana tanpa aba-aba aku menerjang derasnya hujan tak menjawab sepatah katapun yang dia tanyakan padaku. Aku berlari tak tentu arah. Lari kemanapun yang aku mampu, tak peduli perih nya dihujam air yang begitu banyak yang aku rasakan hanya hati ku seketika hancur kembali. Aku berhenti disalah satu toko yang sudah tutup, entah toko apa ini aku tak peduli aku berlutut disitu. Merasakan air yang mengalir dari mataku. Ini bukan air hujan, bukan!

Aku mulai berdiri, merapihkan posisi ku. Ku lihat semuanya basah-baju, tas, bahkan berkas pembukuan kafe. Aku mengutuk diriku sendiri atas apa yang terjadi tadi. Aku melipir sedikit kearah toko agar tidak terkena air hujan lagi, benda persegi panjang yang masih setia ku genggam tiba-tiba berdering ah untung tidak rusak begitu pikir ku, panggilan dari paman Asuma sepertinya dia sudah sampai dihalte tempat biasa dia menjemput ku.

"Halo paman?"

"...."

"Ah tidak apa-apa paman. T-tadi Hinata mau beli sesuatu tapi malah tersesat dan kehujanan, paman bisa kesini menjemput Hinata? Hinata di tempat yang berjejer toko banyak sekarang, tidak tahu persis ini dimana."

"...."

"Baik paman terimakasih." sambungan terputus dengan paman Asuma yang akan menjemputku.

Masih terus meratapi berkas yang sudah sangat basah, bahkan ada beberapa yang sudah koyak, Aku masih mengingat wajah itu, wajah terkejut yang tak menyangka dapat bertemu kembali sama halnya seperti aku. Kita sama-sama tak menyangka bahwa hari ini benar-benar akan terjadi, iyakan Naru?

🍂🍂🍂

To be Continued . . . . .

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Long Time (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang