Dua Puluh Enam

599 84 6
                                    

🍂🍂🍂🍂

“ Cinta sejati pada akhirnya akan menang; yang mungkin bohong atau tidak, tetapi jika itu bohong, itu adalah kebohongan terindah yang kita miliki.” – John Green

🍂🍂🍂🍂



Hinata masih terus saja berjalan tanpa arah, sesekali menabrak orang lain yang berada didekatnya, lorong bercat putih ini begitu panjang seakan Hinata tak akan pernah sampai pada tujuan.

Terus memikirkan sang putra yang sangat ia cintai, Hinata tak hentinya meneteskan air mata. Ia melihatnya, manik itu mendapatkan apa yang ia cari berjalan gontai menuju tempat yang sedari tadi ia tuju. Raganya sudah sangat lelah namun hatinya mengatakan ia harus kuat.

"Kaa-chan" memeluk erat tubuh Hinata.

Boruto sadar ibunya belum sepenuhnya pulih dari trauma-trauma masalalunya, memiliki ketakutan yang amat dalam akan ditinggalkan. Trauma itu muncul ketika ia harus ditinggalkan sang ayah tercinta.

Hinata menyandar pada dinding rumah sakit pandangannya tak memancarkan cahaya sedikitpun. Boruto masih terus memeluk pinggang mungil sang ibu.

Melihat sekilas pada sang putra, Hinata tidak tahu lagi harus mengatakan apa, bahkan Boruto belum sepenuhnya merasakan kasih sayang seorang ayah dalam hidupnya namun apakah secepat ini ia akan kembali kehilangan?

"Kaa-chan" terus memanggil ibunya berharap ada balasan namun nyatanya nihil, Hinata bagai raga tanpa nyawa hanya diam memandang pintu bercat putih didepannya.

Kushina yang baru datang dari meja administrasi segera berlari menuju Hinata. Memeluknya erat, memberikan kekuatan yang ia punya. Bahu wanita itu bergetar pandangan yang sebelumnya tidak memancarkan apapun kini terlihat begitu menyedihkan.

"Maafkan Hinata.. hiks.. ini salah Hinata kaa-chan.. hiks kalau saj—"

"Cukup sayang" ucap Kushina menenangkan "ini bukan salahmu, bukan" melonggarkan pelukan itu "ia hanya ingin menebusnya, meskipun dengan cara ini" Hinata menggeleng cepat.

"Tidak!" Menjambak surai indigo miliknya "tidaakk!!"

Boruto yang melihat tingkah ibunya seketika panik karna ia sangat mengingat kejadian ini, persis seperti saat ia masih berumur 4 tahun. Ibunya selalu bertindak seperti sekarang kala mengingat mendiang kakeknya.

"Kaa-chan" memeluk erat tubuh sang ibu "ada Boru disini, Boru mohon tenanglah"

"Hinata" ucap Kushina lalu memeluk tubuh mungil itu "dia tidak apa-apa, dia laki-laki kuat percayalah padanya."

Beberapa puluh menit setelah dirinya dan Naruto bertengkar, Naruto memutuskan untuk pergi dari mansion Hyuuga. Nyatanya permintaan Hinata untuk dirinya pergi dari hidup sang wanita benar-benar Naruto lakukan, mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata lalu membanting setir itu asal dan menimbulkan mobil yang Naruto kendarai harus menabrak pembatas jalan, beberapa saksi mengatakan ini adalah kecelakaan tunggal. Naruto tidak bercanda ingin pergi dari hidupnya.

Minato keluar dari ruangan yang ada Naruto didalamnya. Ia menarik napas berat melihat wanita yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri begitu kacau sekarang.

Melirik sang istri "harus dilakukan operasi, dokter mengatakan ada beberapa gumpalan darah disekitar kepalanya. Mungkin efek terbentur yang cukup keras"

Kushina menunduk, lalu melihat Hinata yang masih tidak bergeming terus saja menarik surai indigonya namun Boruto masih tetap memeluk sang ibu erat.

A Long Time (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang