Delapan Belas

692 89 16
                                    

Sudah tujuh hari sejak kejadian itu, namun Boruto tak pernah sedikitpun membahas masalah yang telah terjadi di Kafe. Selama itu juga Naruto tak menampakan dirinya namun yang mereka tidak tahu pria itu selalu mengawasi dari kejauhan.

Pagi ini langit begitu cerah, hari minggu yang bahagia. Boruto masih disibukan dengan sarapannya begitu juga dengan Hinata, hari ini Hinata memutuskan untuk meminta libur meskipun weekend biasanya Hinata akan tetap bekerja.

"Kaa-chan tidak berkerja?"

Menggeleng perlahan "kaa-chan meminta kepada bibi Ino untuk libur hari ini"

Mengernyitkan keningnya "kenapa?"

Menatap safir dihadapannya "tak apa. Hanya ingin"

"Seperti bukan kaa-chan"

Hinata terkekeh geli "lalu kalau kaa-chan bukan kaa-chan mu, aku ini siapa?"

Boruto mengedikkan bahu "bidadari"

"Eh, apakah anak kaa-chan sudah jago menggombal? Pasti targetnya adalah Sarada" tanya Hinata dengan senyum Jahil.

Pipi bergurat itu memerah "b-bukan! Kaa-chan jangan membuat gosip!" Sangkalnya yang disambut dengan tawa renyah Hinata. Ia sangat merindukan momen ini, dimana mampu melihat sang ibu tertawa lepas tanpa beban.

Hinata melihat benda persegi panjang miliknya menyala, memperlihatkan ada satu pesan masuk yang ia terima.


Jangan lupa sarapan, okey
Aku tak ingin melihatmu semakin kurus.
Katakan pada Bolt aku sangat merindukannya..
Juga merindukanmu ♡

- Naruto



Hinata tersenyum kala membaca pesan itu, nyatanya selama seminggu sang pria tidak datang mengunjuinya namun ia selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan setiap harinya, walaupun tak ada yang ia balas satupun Hinata tidak bisa menyangkal bahwa ia menyukai perlakuan sang pria padanya.

"Kaa-chan." Melihat ibunya yang terus tersenyum membuat Boruto sedikit takut. Ia berpikir apakah Hinata ditempeli hantu karna menurut Boruto ibunya sedikit berbeda tidak seperti biasanya.

"Hmm.."

"Kaa-chan menyeramkan."

"Apa!"

"Hehe.. hanya bercanda" ucapnya lalu menujukan dua jari yang membentuk hurus V. Ternyata ibunya baik-baik saja pikirnya.

"Bolt." Panggil Hinata

"Iya kaa-chan"

"Tentang kejadian beberapa hari lalu.."

"Tak apa, kaa-chan tidak perlu memikirkan itu" sela Boruto masih dengan mengunyah roti yang ia genggam.

"Boruto."

Hinata sangat tahu bahwa Boruto masih belum bisa menerima Naruto sebagai ayahnya, namun Hinata tak menginginkan hal seperti ini. Hinata tahu meskipun sang anak sangat benci nyatanya ia tetap butuh sosok seorang ayah terbukti Boruto sangat bahagia ketika dirinya bisa bersama Naruto. Hinata sadar sekarang, seharusnya ia memberitahu kepada Boruto siapa ayah kandungnya sejak Boruto masih kecil mungkin itu akan membuat Boruto tidak terlalu membenci Naruto seperti sekarang.

"Hmm.."

"Ayahmu merindukanmu.."

Amethys dan safir bertemu menatap dalam manik sang ibu "Boru tidak punya ayah, bu" ucapnya lalu bangkit dari kursi "katakan padanya. Kalau dia datang hanya untuk menyakiti ibu lagi, Boru akan sangat membenci dia lebih dari ini" berjalan meninggalkan sang ibu yang masih bergeming ditempatnya.

A Long Time (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang