🌸🌸🌸
Alvian memandang jendela,
Hujan sedari tadi tak henti-henti,
Alvian cemas memikirkan Alana serta ketiga anak-anaknya, ralat hanya 3 balita itu, Bisakah Alana menjaga anak-anaknya? Usia anak-anak itu sedang aktif-aktifnya, Walaupun dibantu dijaga oleh Rika tapi anak itu juga masih kecil, melihat lincahnya Elvan dan Vania, jika mereka menuju tangga yang tidak ada pembatas pelindung, seketika membuat Alvian ngeri.Alvian merasa dirinya berlebihan, tapi memang itulah yang Alvian rasakan, Alvian juga sudah sayang sama Rivan dan Elvan padahal mereka baru bertemu satu kali, diambilnya album foto masa kecilnya, hanya untuk membandingkan dirinya waktu kecil dengan Rivan masa kini, tampak sama, hanya anak itu memiliki alis yang sedikit lebih tipis dan memiliki senyum yang manis seperti Alana.
Sedangkan Ditempat lain.
Alana tersenyum melihat tingkah Vania yang sedang berpegangan di tembok, anaknya sekarang sudah mulai belajar berjalan, Satu, dua, tiga langkah, lalu terjatuh, Sedangkan yang akan pintar berbicara mungkin saja Elvan, anak itu sudah pintar memanggil mama, susu, dan berbagai kata lain sesuai umurnya
Seketika Alana menegang, Alana tidak menyangka, jika Alvian datang bertamu sendirian malam hari Tanpa Amelia istrinya, membuat Alana menolak permintaan Alvian yang ingin menemui anak-anaknya,
Wajah Alvian terlihat kesal, Tanpa diduga Alvian malah mengikutinya."Lebih baik anda pergi"
Alvian tidak peduli dengan usiran Alana seakan-akan Alvian tidak mendengarnya.
Alana menahan dirinya, agar tidak emosi melihat Alvian malah asyik becanda dengan Vania
Lihat!! belum mengetahui kebenarannya saja, Alvian begitu menyebalkan, apalagi Alvian mengetahui faktanya, apakah hidupku akan terkekang, jangan sampai batin Alana meringis ngeri membayangkannya.
"Kamu akan pergi kemana membawa koper"
Dilihatnya tas koper tergeletak dengan baju-baju yang hanya diletakan tanpa dilipat, Alana tidak menjawab pertanyaan Alvian
"Aku tanya sekali lagi, kamu mau kemana""Gak ada hubungannya sama kamu,
mbak Amelia pasti mencarimu, sekarang pergi"Kesabaran Alana sudah hilang menghadapai Alvian hingga bentakan keluar dari mulutnya, mungkin saja bisa menyadarkannya agar segera pergi.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu memberitahuku dan kamu jangan suka membentak, kamu tidak lihat Vania sampai ketakutan"
Alana mengambil Vania yang menangis, Namun Alvian mencegatnya.
"Lepaskan, saya akan menyusui"
Seketika pergelangan tangan Alana terlepas dari cengkraman tangan Alvian***
Vania menepuk wajah Alana sambil terisak itulah kebiasaan Vania jika terbangun dari tidurnya, sedangkan Elvan akan menangis kencang, Rivan anak itu membuatnya salut jarang menangis, tapi Alana harus ekstra hati-hati akan pergerakannya.
"Biar aku bantu" Alana yang tadinya masih mengantuk tiba-tiba mendengar suara Alvian seketika matanya terbuka lebar, dilihatnya pukul sebelas malam, Alana salah besar jika berpikir Alvian sudah pulang.
Malas rasanya berdebat dengan Alvian, Alana membiarkannya saja,
Vania juga pasti diam jika bersamanyaTidak sabar menunggu pagi hari tiba, Alana sudah memutuskan ikut pergi ke Villa milik Dena, Alvian pasti akan datang kembali, Alana sengaja menghindar, entah sampai kapan, Alana hanya ingin meraka lupa dengan keberadaan anak-anaknya Masalah toko, Alana sudah mempercayainya kepada bu Siti, Rika dan dibantu Alwa mantan tetangga, yang suka membantu almarhumah ibunya membuat kue.
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Kita
Ficțiune generalăAlvian sedih ketika mendengar kabar buruk dari dokter, jika istrinya keguguran dan menyebabkan rahim istrinya diangkat. Ibunya meminta Alvian menikah lagi sehingga membuat Alvian stres, dan Alvian pun mengalami masalah akan kesuburannya. Benarkan Al...