13

8.5K 522 4
                                    

🌸🌸🌸

"Apa yang kau pikirkan?" suara Kendra mengejutkannya dan dibalas dengan senyuman masam.

"Kendra, apa kamu ingat ketika aku mabuk sekitar dua tahun yang lalu, waktu itu aku terbangun dan bingung sekali melihat keadaanku, aku bermimpi berhubungan intim, tapi karena waktu itu, aku begitu memikirkan Amelia yang pasti cemas menungguku dirumah karena dua hari tidak dapat kabar dariku, dengan kondisiku yang sedang kacau, aku langsung pergi meninggalkan kamar hotel"

"Lalu" wajah Kendra terlihat jelas penasaran.

"Setelah itu, aku selalu memikirkan mimpi itu, tapi aku selalu menyakalnya dan mencoba melupakannya Hingga ketika melihat Alana Pertama kali aku sangat curiga kepadanya, Alana terlihat ketakutan kepadaku seperti menyembunyikan sesuatu, Waktu aku mengujunginya bersama Amelia untuk bertemu Vania, dia tidak pernah membahas kedua anaknya, jika Elvan tidak menangis waktu itu, aku tidak akan tahu, jika dia mempunyai kedua putra, Rivan wajah anak itu mirip denganku, Elvan yang memiliki wajah perpaduan antara aku dan Alana, Vania yang mirip dengan alana, membuatku yakin untuk ingin lebih mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.. Aku menghubung-hubungkan semuanya dan mengambil kesimpulan jika kejadian itu bukan mimpi tapi memang nyata"

"Hubungi hotel itu dan minta data cctv sekitar dua tahun lalu" ucap Kendra, ia juga penasaran apa yang terjadi malam itu.

"Tidak perlu, aku sudah yakin jika mereka anakku, aku mendengar alana sedang menelpon dengan sahabatnya, jika aku adalah papanya Vania, dari situ aku memutuskan melakukan tes DNA dan hasil belum keluar"

"Terus, jika memang benar mereka anakmu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya kendra penasaran.

"Aku akan mengambil mereka dari alana, Aku akan merawat mereka dengan Amelia" ucapnya mantap tanpa keraguan.

"Astagfirullah.. Tidak, ibu tidak setuju, kamu harus tanggung jawab dan nikahi Alana" tiba-tiba suara ibunya mengejutkannya, dari kapan ibunya sudah ada dirumahnya dan mendengarkan pembicaraan dengan kendra.

"Tapi bagaimana dengan perasaan Amelia?" Alvian merasa tidak mungkin menerima keinginan ibunya, karena ia memikirkan perasaan amelia yang pasti akan kecewa.

"Alvian jangan membohongi dirimu sendiri, cintamu pada Amelia tidak begitu besar, ibu tahu itu" ibunya berusaha menyadarkan.

"Tidak Bu, alvian men____ " Alvian memijit pelan keningnya ketika ibunya memotong pembicaraanya.

"Alvian, ibu tahu kamu menikahi Amelia karena merasa bersalah, karena tidak sengaja menabrak ibunya, hingga koma selama tiga tahun dan kini mamanya sudah mulai sehat kembali, dan kecelakaan itu bukan full kesalahan kamu alvian, kamu lihat sendirikan jika mamanya Amelia yang tiba-tiba menyebrang" ucap Bu Rahma mengingatkan kejadian kecelakaan itu.

"Benar kata ibu, awal aku menikahi Amelia karena rasa bersalah kepadanya, dan Alvian berusaha mencintainya dan sekarang Alvian benar mencintainya"

"Kalau bukan karena Alana yang mengandung anakmu, mungkin kamu selamanya tidak akan punyai anak, walaupun ibu senang memiliki cucu, tapi ibu tidak membenarkan tindakanmu yang memperkosa Alana, tanpa sadar karena mabuk. untuk itu ibu memintamu untuk menikahinya tanggung jawablah" ucap Bu Rahma penuh penegasan.

"Maaf bu, Alvian sudah sering membuat Amelia menderita
waktu Amelia sedang mengandung, seharusnya alvian tidak keluar negeri untuk menjalin hubungan pekerjaan, dan meninggalkan Amelia disaat-saat sedang membutuhkan alvian, hingga amelia keguguran, itu semua salah alvian" ucap Alvian sedih.

"Tapi kamu harus menikahi Alana,
Kasihan mereka saling membutuhkan, dan dengan teganya kamu ingin memisahkan mereka, ibu tidak akan membiarkan kamu menyakiti Alana"

"Tapi____"

Lagi-lagi ucapan Alvian dipotong oleh Bu rahma.

"Apapun alasan yang akan keluar  dari mulutmu, ibu tidak akan peduli, jika ayahmu tahu, ayahmu juga pasti menyuruhmu menikahi Alana" ucap Bu Rahma mutlak tak ingin mendengar alasan Alvian lagi.

"Tidak"

Alvian begitu mengenal suara itu, suara yang menandakan syarat akan keterkejutannya Dan Alvian ikut sakit melihat Amelia menangis, seharusnya Amelia pulang dengan bahagia bertemu dengannya, bukan malah mendengar kabar buruk tentang suaminya yang menghamili wanita lain dan sudah memiliki anak.

"Aku bisa jelaskan padamu amelia" ucap Alvian yang berusaha memeluk Amelia tapi Amelia selalu menghindari pelukannya.

"Kenapa kamu begitu bodoh Alvian" ucap bu rahma.

Bu Rahma tak habis pikir mengapa, Alvian mau mempertahankan Amelia sebagai istrinya, Dulu Bu Rahma tidak membenci Amelia, tapi setelah mengetahui jika Amelia dari awal pernikahannya selalu mengunakan pil kontrasepsi agar tidak hamil, Bu Rahma pun baru tahu, ketika bu rahma tanpa sengaja melihat pil kontrasepsi yang dibuang Amelia, dan Bu Rahma semakin kecewa ketika mendengar sendiri dari mulut Amelia jika alasanya, tidak ingin hamil karena pekerjaan yang sangat padat, Setelah itu Amelia berjanji pada Bu Rahma akan segera mengandung, terbukti setelah itu Amelia mengandung, Bu Rahma sangat senang dan meminta Amelia untuk mengurangi kegiatannya tapi Amelia tetap keras kepala mengatakan jika kandungannya tidak apa-apa dan baik-baik saja, puncak kekecewaan bu Rahma ketika mendengar kabar buruk keguguran amelia, bahkan rahimnya di angkat, seharusnya Bu Rahma sedih karena kejadian yang menimpa Amelia, tapi Bu Rahma berpikir jika itu hukuman untuk amelia yang sudah berbohong.

"Ibu sudahlah... jangan ikut campur dulu" ucap Alvian yang ingin ibunya diam dulu, tanpa menghakiminya dan menambah suasana semakin kacau.

"Kamu selalu tidak mempercayai ibu,
Amelia tidak ingin mempunyai anak denganmu, dia meminum obat pencegah kehamilan" ucap Bu Rahma lagi-lagi mengatakan kebenarannya, mata Bu Rahma berkaca-kaca sedih jika anaknya lebih percayai istrinya.

"Amelia selalu menangis jika ditanya soal anak, tidak mungkin Amelia minum pil kontrasepsi" itulah ucapan Alvian ketika ibunya selalu memberitahunya.

Alvian meninggalkan ibunya, dan membawa amelia ke kamar mereka, dirangkulnya pundak Amelia untuk menenangkan Amelia,
Rendra melihat drama keluarga sahabatnya itu hanya bisa menenangkan Bu Rahma yang terlihat sedih.

***

Hujan mulai berjatuhan membasahi bumi, orang-orang tergesa-gesa mampir di setiap emparan untuk berteduh, dan disini Alana sedang menjaga toko rotinya dibantu oleh Alwa.

"Alana" sapa pria tinggi itu, Haris pemilik toko sebelah tersenyum ramah seperti biasa jika melihatnya.

"Haris sudah tutup" ucap Alana berbasa-basi.

"Udah nih, aku mau pulang tapi karena hujan jadi entaran, mumpung ada kamu juga" ucap Haris sambil menyelipkan kedua tangannya ke saku jaketnya.

"Anak-anakmu tidur?" tanya Haris.

"Nggak... lagi main sama Rika diatas"

"Ohh.. Siapa kemarin yang mengendong Vania dan rivan, aku sering melihatnya kesini, apa papanya anak-anakmu?" pertanyaan Haris membuat Alana merasa enggan untuk menjawabnya ia hanya menggeleng.

_________

Buah Hati KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang