18

8K 488 2
                                    

🌸🌸🌸

Pagi hari pukul sembilan pagi Alana mengetuk pintu rumah kediaman senjani, Tapi orang yang ingin Alana temui sedang berada di luar daerah, bu Rahma menemani suaminya pak Arman untuk bekerja dan sekaligus menemui salah satu kerabatnya yang tinggal didaerah sana

"Bagaimana nih? siapa yang akan membantuku mengambil Vania,
Apa harus kerumah Alvian langsung, sekalian ketemu sama mbak Amelia untuk menolak pernikahan ini, Rumah Alvian tidak jauh dari rumah ini, berjalan kaki tidaklah masalah"

Belum saja berjalan, pesan masuk berbunyi, Alana membuka pesannya, pesan dari Alvian yang mengatakan jika dia tidak berada dirumahnya tapi ditempat lain, alamat sudah di beritahukan, Alana harus ke alamat ini untuk mencari Vania

***

Alana memandang rumah ini sebelum memasukinya, rumah yang besar tapi tidak sebesar rumah kediaman Senjani, rumah bercat biru langit, terlihat sejuk karena terdapat pohon mangga didalam halamannya, rumahnya terletak dipinggir sawah, hanya beberapa saja rumah di sekitar sini, rumah yang jauh dari kawasan padat penduduk, Alana merasa ragu untuk memasukinya

"Benarkah aku harus masuk" tekadnya sudah kuat untuk masuk menjemput vania

Terlihat Alvian berjalan dengan santai membuka gerbang, padahal Alana belum memberitahui kedatangannya dengan memencet bell rumah

"Masuk" Alvian menyeret Alana masuk, alana sudah merasa akan ada sesuatu, tapi di hilangkan saja dulu karena Alana harus berbicara baik-baik mencari solusinya dengan Alvian, agar Vania bisa di bawa pulang kembali ketempat toko roti

"Mana Vania"
Alvian melihat Alana begitu cemas, terlihat dari wajahnya Alana yang berusaha dikendalikannya

"Masuk dulu, apakah aku begitu menakutkan bagimu Alana?" Tanya Alvian tersenyum agar Alana tidak merasa takut dirumah ini

Ceklek

Alana kaget ketika memasuki rumah melihat bukan hanya Vania saja tapi ada kedua putranya berada disini, sedang main dengan asyiknya, saling melempar bola dan saling merebut mainan dari tangan saudaranya

"Jangan terlihat kaget seperi itu Alana
Tidak masalah kan aku menjemput mereka, tentu saja aku sudah memberitahu bu siti dan Rika jika aku adalah papa kandung si kembar, aku juga mengatakan jika kita akan segera menikah dan mereka terlihat senang dengan kabar yang ku sampaikan"

"Apa maksudmu membawa mereka kesini, kamu jelas tahu, kalau aku akan menjemput vania" Alvian tertawa mendengar Alana, rupanya alana belum mengerti maksud perkataanya

"Alana, mulai sekarang kamu akan tinggal di rumah ini dengan ketiga anakku, aku tidak akan membiarkan kalian tinggal disana lagi, aku sudah memberitahu karyawanmu dan soal toko rotimu jangan cemas, aku sudah menyuruh seseorang untuk menghandle toko rotimu, dia sudah berpengalaman soal itu jadi kamu tenang saja, toko rotimu akan selalu berkembang, Tugasmu sudah aku beritahukan kemarin"

Alvian merebut tas milik alana, Alana tidak tinggal diam saja melihat tasnya di ambil paksa, tapi dengan kekuatan Alvian jelas akan kalah

"Kembalikan tasku brengsek,
Aku tidak Sudi tinggal disini, aku tidak ingin menikah denganmu jadi tugasku tidak ada" Alana mengingat perkataan Alvian yang mengatakan melayani, tidak! Itu tak akan terjadi

"Lihat anak-anak kita Alana, mereka sangat senang bermain dirumah ini, ditempat yang layak untuk mereka, bukan tempat yang sempit seperti toko mu"

Alana merasa tersinggung dengan perkataan alvian, Alana sangat bekerja keras membangun toko rotinya, dengan hasil dari toko rotinya itu, dirinya bisa memenuhi kebutuhan si kembar dan bersyukur tinggal disana

"Dasar brengsek.. egois, pemaksa"
Alana sudah sangat malas berdebat panjang, bagaimana bisa kabur dan lari dari rumah ini, mengangkut ketiga anaknya sekaligus jika pintu saja tertutup, bagaimana cara menghubungi seseorang jika hpnya ada di dalam tas, Alana bingung dan menyesal ke rumah ini, bukannya membawa Vania pulang malah dirinya sendiri yang terperangkap

"Terserah apa saja katamu Alana, sekarang kamu sudah ada disini, jadi apa saja bisa terjadi, pikirkan apa yang aku katakan?" Kata Alvian sambil menyeringai

"Baiklah dimana kamarku?" Didalam pikiran Alana yang penting sekarang ia masuk kekamar dan membawa ketiga anaknya dan mengunci pintu dari dalam

"Ayo.. aku tunjukan, kamar tidur disini ada tiga masing-masing ada kamar mandinya, kamar tidur di bawah untuk pembantu itu bukan hitungan, dirumah ini sudah ada tempat gymnya jika kamu ingin berolahraga kamu bisa kepintu coklat yang paling pojok, mulai sekarang satu kamar aku jadikan tempat kerjaku, kamar si kembar yang ini, sedangkan kamar kita ada disampingnya"

Alana menghentikan langkahnya, dan melirik takut-takut pada Alvian, dipeluknya erat Vania yang fokus sama kancing bajunya, tidak mengetahui situasi cemas mamanya begitu juga kedua putranya yang digendong Alvian

"Tidak Alvian.. kita tidak bisa sekamar karena kita belum menikah, aku akan tidur dengan ketiga anakku seperti biasanya dan kamu tidur sendiri" kata alana mengingatkan

"Kamu akan tetap tidur denganku malam ini, kecuali kamu mau seminggu lagi kita akan menikah dan kamu harus siap" Alana menutup mulutnya dengan tanganya, tidak percaya dengan perkataan Alvian, seminggu lagi, secepat itu.

"Aku tidak mau" teriak Alana sudah benar-benar marah atas tindakan Alvian yang semau-maunya atas dirinya

Alvian menatap tajam ke Alana, terlihat alvian menggertakkan giginya saking kesalnya, Alvian juga tidak mengerti mengapa sesakit ini mendengar Alana menolaknya, Detak jatuh Alana kembali bergetar hebat ketika Alvian membuka pintu kamar si kembar dan meletakan kedua putranya di tempat tidur masing-masing, Alana menelan salivanya susah payah saking takutnya mengira Alvian akan menyeretnya tapi syukurlah Alvian keluar dari kamar si kembar

Alana sudah lama berdiam diri di kamar yang katanya kamar si kembar, Alana tidak tahu apa Alvian masih dirumah ini atau sedang keluar, sehingga Alana tidur hingga malam

Alana tidak menyadari seseorang memasuki kamar dan menggendongnya, Alana kaget melihat keadaanya sedang digendong Alvian, Alana meronta memukul dan menjambak rambut alvian, dan teriak minta di lepas, Alvian tidak melepaskannya walaupun kewalahan atas tindakan Alana, tidak habis akal Alana teriak kencang hingga kedua anaknya terusik lalu menangis dan berhasil Alvian menurunkannya

"Tidurkan mereka dulu" kata Alvian sangat tenang tanpa memikirkan jantung Alana yang bergemuruh

Dua puluh lima menit setelah Alvian meminta alana menidurkan ke dua anaknya, Elvan dan vania sudah tertidur kembali karena mengantuk dan memang jamnya tidur, Alana semakin cemas tanpa sadar mengigit jarinya

Suara nakas yang sedang didorong alana untuk mengganjal pintu, menganggu tidur rivan, alana merasa senang anaknya terbangun dan langsung memainkan bolanya, jika Alvian datang kembali, tidak ada alasan bagi Alvian untuk membawanya ke kamar samping

__________

Buah Hati KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang