Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen banyak2 🤗
***
Andin memandang layar ponselnya dengan tatapan sendu. Sudah berulang kali gadis itu mengirimkan pesan kepada kekasihnya, tetapi tidak kunjung terbalas. Jangankan untuk terbalas, dibaca pun tidak. Tidak hanya mengirimkan beberapa pesan, gadis itu juga sempat mencoba menelpon laki-laki itu, tetapi hanya terdengar nada sambung yang berujung terputus secara otomatis.
Tidak ingin menyerah, Andin kembali mengirimkan sebuah pesan kepada kekasihnya, Angga Bagaskara.
Andin
Ngga, udah nyampe rumah belum?Andin
Kenapa pesan gue gak lo bales? telpon gue dicuekin?Andin
Ngga, gue ada salah, ya?Nihil.
Andin menghembuskan nafas lelah. Gadis itu mengulurkan tangannya menggapai nakas lalu meletakkan ponselnya di sana. Bukannya ia menyerah, ia akan tetap berusaha menghubungi Angga lagi. Untuk sekarang, ia benar-benar ingin tidur.
Tepat pukul empat sore, Andin terbangun dari tidurnya. Tidak ada perbedaan yang signifikan, hatinya masih sama resahnya sebelum ia tertidur. Dengan sebongkah harapan, ia menggapai ponselnya di atas nakas. Menyalakan data internet dan menunggu notifikasi dari orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.
Andin kembali termenung beberapa saat. Menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Angga masih sama, laki-laki itu tidak membaca pesannya satupun. Mendapati itu, Andin menyunggingkan senyum pedih. Apakah mereka berdua akan benar-benar berakhir?
Andin
Ngga, kangen..Memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali. Setelah meyakinkan dirinya bahwa pemuda itu tidak akan meresponnya, Andin kontan menghembuskan nafas dengan kencang melalui mulut. Gadis itu memilih bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai. Sepertinya mandi akan sedikit mengembalikan kewarasannya.
Saat malam telah tiba dan seluruh keluarganya berkumpul untuk makan malam, Andin tidak menyangka kalau mereka akan membicarakan tentang kekasihnya, topik yang saat ini ingin ia hindari.
"Tumben malem ini tuh bocah gak nongol?" tanya Putra dengan kernyitan di dahinya.
"Sibuk!" balas Andin ketus.
"Masih bocah, sibuk apaan coba," ujarnya mencibir.
Andin berdecak sebal, "Berisik!"
"Kenapa sih, lo? Sewot amat perasaan. Lagi berantem, ya, kalian berdua?"
Menghendikkan bahu acuh, Andin memilih mengambil buah jeruk yang diletakkan di atas keranjang kecil. Tangannya hendak mengupasnya, tetapi ingatan bahwa laki-laki itu menyukai buah jeruk berhasil mengurungkan niatnya. Andin mendengus kecil, lalu mengembalikan buah jeruk yang berada digenggamannya ke dalam keranjang.
"Heh! Ditanyain Abang, tuh, dijawab, dong!"
"Apasih, Bang! Suka-suka dia lah! Mau ke sini kek, mau ke sana kek, bodo amat!" balas Andin dengan sewot. Gadis itu memilih bangkit dari bangku tempatnya duduk lalu pergi ke kamarnya dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Di belakang sana, Putra tertawa dengan puas karena telah berhasil membuat adik satu-satunya itu ngambek. Meski mendapat pelototan dari ayah dan ibunya, laki-laki itu masih saja tergelak dengan kencang.
"Kamu, tuh, adeknya jangan digodain mulu, Bang!" tegur sang nyonya rumah.
"Gitu doang, kok, Bu."
"Ya tapi itu ngambek anaknya, loh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin : Ketua OSIS
Teen FictionAngga Bagaskara mendapatkan Andin Mahesa sebagai pacarnya melalui permainan truth or dare yang ia mainkan bersama teman-temannya. Meski awalnya ia tidak memiliki rasa sedikit pun pada gadis itu, tetapi pada akhirnya Angga takut Andin kecewa padanya...