18

12.5K 1.4K 23
                                    

"Mau nonton apa?"

"Hm.." Andin mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu sambil memiringkan kepala ke arah kiri. Nampak berpikir keras.

"Ck, lama!" Angga memegang masing-masing kepala Andin lalu menegakkannya kembali.

"Romance mau?" tawar Angga.

"Gak."

"Action?"

"Gak mau."

"Horor?"

"Gak mau, ah. Serem, nanti malem jadi susah tidur."

Angga mendengus kasar, "Pulang!"

Andin kebingungan saat Angga tiba-tiba menarik tangannya keluar dari antrian tiket masuk bioskop.

"Lah, gak jadi nonton kita?" tanya Andin dengan wajah polosnya. Matanya mengerjap beberapa kali dengan raut wajah bingung yang sangat kentara.

Angga berbalik dan melepaskan tautan tangan mereka. "Mau lo apa?"

"Ya nonton kan?" jawab Andin enteng tanpa merasa bersalah.

"Romance gak mau, action gak mau, horor juga gak mau. Terus nonton apa kita di bioskop!?" kata Angga ketus.

"Eh, santai pak haji. Kan lo belum nawarin genre komedi. Gue suka itu."

Angga menekuk wajahnya. "Allahu, kenapa gak bilang dari tadi. Kita udah keluar dari antrean, nih!"

"Yaudah sih, ribet banget hidup lo," kata Andin sambil mendorong punggung Angga pelan. Ikut mengantri lagi dari belakang.

Meski sedikit kesal, Angga tetap menuruti kemauan Andin.

Mereka duduk dengan tenang di jajaran kursi nomor tiga dari belakang. Angga sempat memaksa untuk duduk di kursi paling belakang, biar nontonnya enak katanya. Tetapi Andin menolak dengan tegas keinginan itu untuk meminimalisir tingkat kemodusan Angga.

"Minum gue abis, boleh minta?" tanya Angga berbisik.

Andin hanya menoleh.

"Seret, nih."

Helaan nafas keluar dari bibir Andin. Diambilnya gelas minumannya lalu diserahkan ke Angga.

"Makasih," ujar Angga tersenyum.

Andin kembali memfokuskan perhatiannya ke layar di depan sana. Di tengah-tengah sorak tawa yang tercipta di antara penonton, ponselnya bergetar. Awalnya hanya ia diamkan, tetapi ponselnya masih enggan untuk diam. Karena penasaran, akhirnya Andin terpaksa mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengecek siapa pelaku dari getaran itu.

"Halo.."

"Iya, Rif?" ujar Andin sangat pelan, menghindari teguran dari penonton lainnya.

Angga langsung menoleh. Ia sempat mengira Andin sedang berbicara dengan seseorang, tetapi melihat ponsel yang menempel di telinganya, ia tahu Andin tengah menelpon.

"Lo bisa nyamperin gue, gak?" tanya Arif di seberang sana.

Andin menaikkan sebelah alisnya, "Ngapain, anjir?"

"Ngoreksi proposal sebelum diserahin ke kepala sekolah."

"Kan ini masih hari jumat, besok masih bisa kali," ujar Andin dengan mengernyit heran.

"Gue yang gak bisa, besok gue gak masuk sekolah. Jadi ini kita ngoreksi terakhir kali, abis itu proposalnya dibawa sama lo. Gue di kafe deket sekolah. Ke sini, ya?"

Andin : Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang