Dari tempatnya duduk, Angga bisa melihat ketua OSIS dan wakilnya itu tengah mengobrol dengan Pak Nawir selaku petugas keamanan sekolah. Mereka terlihat akrab dan tertawa sesekali. Pak Nawir langsung pergi setelah menyerahkan segepok kunci kepada si ketua OSIS. Sorot mata Angga masih mengikuti punggung keduanya ketika mereka berjalan menajuh ke arah aula di lantai dua.
"Ngga!"
Sebuah tabokan keras berhasil mendarat di pundaknya. Angga langsung mengumpat saat mengetahui siapa pelakunya.
"Apasih!?"
"Lo ngapain ngajuin diri buat pelantikan di hari minggu, sih!?"
Angga mengusap kupingnya yang berdengung lalu melirik sinis ketiga curut yang kini duduk di depannya. Saat ini mereka masih ada di tepi lapangan upacara, menunggu anggota lainnya yang belum datang.
"Gak ada yang mau. Ya udah, deh," balasnya santai.
Zaki mendengus kesal. "Lo nganggu waktu hibernasi gue!"
"Ngebo mulu, lo!"
"Yang lain belum pada dateng?" tanya Aldi kalem.
Angga menggelengkan kepalanya. Ia mengangkat pergelangan tangan kirinya, melihat jam berwarna hitam itu. Acara pelantikan seharusnya sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi sampai sekarang masih banyak yang belum datang. Angga menghela nafas panjang. "Gue koar-koar dulu di grup."
"Lo harus tegas, Ngga! Biar mereka juga gak semena-mena sama lo. Masa ngebiarin ketua eskul basket nunggu, sih," cibir Rio.
"Iya, nanti."
Rio terlihat sedikit jengkel saat Angga hanya menanggapi pernyataannya dengan santai. "Dibilangin juga!"
"Lo juga telat tadi, Yo!" balas Angga tak mau kalah.
Zaki berdecak. "Heh, udah! Malah ribut!"
"Gimana?" tanya Aldi lagi.
"Lagi pada otw, nih," Angga masih menggulir layar ponselnya, "Pak Darus juga masih di jalan. Sabar, ya," ujarnya sambil menyimpan ponselnya di saku celana.
"Ngga.." panggil Zaki sedikit ragu.
"Ya?"
Zaki melirik kedua curut lainnya sebelum menatap Angga kembali. "Tadi di jalan kita ngeliat Karin sama Sevin."
"Oh."
"Lo udah biasa aja? Udah berhasil move on?" tanya Rio sambil menatap Angga menyelidik.
"Dih! Kayak sadboy banget gue," kekeh Angga sambil berdiri lalu mengambil tasnya. "Ke atas, yuk! Bantu nyiapin ruangan sebelum pada dateng."
Angga melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua dengan diikuti oleh ketiga curut. Saat sampai di depan aula, pintu masuk sudah terbuka dengan lebar. Angga melongokkan kepalanya ke dalam. Tampak sang ketua OSIS dan wakilnya yang sedang menata bangku.
"Hai.. baru pada dateng?" sapa Arif dengan tersenyum ramah.
"Enggak, tadi ngobrol bentar di bawah. Ada yang bisa gue bantu?"
Arif melirik Andin yang masih sibuk menarik-narik bangku agar sejajar ke depan dan ke samping. Setelahnya gadis itu beralih untuk membersihkan papan tulis dan menata letak bendera di sudut ruangan.
"Paling cuma beresin bangku-bangku aja, sih," ujar Arif lalu melirik Andin, "Ndin.."
Andin menoleh. "Ya?"
Arif memberikan kode dengan dagunya sambil menunjuk anggota eskul basket yang sudah datang.
"Berkas pelantikan udah siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin : Ketua OSIS
Teen FictionAngga Bagaskara mendapatkan Andin Mahesa sebagai pacarnya melalui permainan truth or dare yang ia mainkan bersama teman-temannya. Meski awalnya ia tidak memiliki rasa sedikit pun pada gadis itu, tetapi pada akhirnya Angga takut Andin kecewa padanya...