21

12.7K 1.4K 26
                                    

Angga memasuki ruang ganti dengan langkah gontai. Hal itu menimbulkan tatapan penuh keheranan bagi para anggota timnya, terutama para teman curutnya. Angga sangat menyukai basket dan menjadi anggota tim inti basket sekolah merupakan salah satu keinginannya. Oleh karena itu, Angga akan sangat bersemangat saat akan bermain basket terutama jika di acara turnamen-turnamen seperti ini.

"Kenapa, bro?" tanya Rio sambil merangkul bahu Angga dan menuntunnya duduk bersama anggota lainnya.

Angga duduk dan meraup kasar wajahnya. Hal itu semakin membuat para teman curutnya penasaran.

"Kenapa, sih?" tanya Zaki.

Angga hanya menggeleng.

Aldi hanya terdiam sembari memikirkan tingkah temannya yang berbeda setelah ia izin sebentar keluar ruangan. Angga memang sempat izin kepadanya untuk menemui seseorang sebentar.

Sebentar. Seseorang? Jangan-jangan.. Andin?

Aldi menepuk pelan bahu Angga, membuat si empunya mendongak dan menoleh ke arahnya. "Ditolak?" tanyanya. Aldi bertanya seperti itu karena ia tahu bahwa Angga pasti meminta Andin menontonnya bertanding.

Angga menggeleng kemudian mengangguk membuat kening Aldi mengernyit bingung.

"Tenang aja, dia pasti dateng," tukas Aldi kalem seperti biasa, berusaha membuat Angga tenang karena sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai.

"Siapa yang dateng?" tanya Rio dan Zaki bersamaan.

"Kepo!"

"Yeeu.. si curut pake gegayaan segala bilang kepo-kepo. Awas aja lo nanti ngerengek sama kita kalo lagi ada masalah," ujar Zaki bermaksud bercanda.

"Andin," jawab Angga. Sepertinya perkataan Zaki ia masukan ke hati.

Mendengar nama itu disebutkan membuat temen curutnya terdiam sesaat, termasuk Aldi yang sudah mengetahuinya.

"Dia gak bisa nonton lo gitu?" tanya Rio.

"Gak tau, ah!" jawab Angga malas.

"Ya gimana lagi, Ngga. Ya gitu resiko punya pacar orang penting."

Angga memilih diam. Perkataan Zaki memang ada benarnya. Bisa dibilang Andin adalah orang penting di sekolahnya. Bahkan saat Angga melihat Andin memberikan sambutan di acara pembukaan beberapa saat lalu mampu membuatnya menatap penuh kekaguman. Seketika ia merasa kecil, meskipun ia sendiri menjabat sebagai ketua eskul basket.

"Andin pasti dateng," ucap Aldi lagi, masih berusaha menyakinkan Angga.

Angga menghela nafas pelan dan mendongakkan kepala. Ia harus mengesampingkan urusan hatinya terlebih dulu karena sebentar lagi kelasnya akan bermain.

"Merapat boys!"

Angga menginstruksikan anggota timnya untuk berkumpul dan melakukan briefing terkait strategi yang akan dipakai saat bermain nanti.

Setelah beberapa lama berdiskusi, Angga keluar dari ruang ganti pemain diikuti oleh anggota lain dibelakangnya. Mereka sudah duduk di kursi pemain di pinggir lapangan.

Angga menyempatkan membuka ponselnya untuk mengirimi Andin pesan.

Angga
Gue main skrg.

Ia masih memperhatikan layar ponselnya yang belum juga berubah tampilan. Menantikan balasan atas pesannya. Tetapi gadis itu bahkan belum membaca pesannya.

Angga mendengus geli terhadap dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak terlalu berharap karena meskipun Andin mengatakan akan menontonnya, bukan berarti gadis itu akan. Sekali lagi, Andin itu orang sibuk. Apalagi di event seperti sekarang.

Andin : Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang