5

19.7K 1.9K 72
                                    

Angga merebahkan tubuhnya ke atas ranjang di kamarnya. Menghembuskan nafas lelah ketika ingatannya memutar kejadian di depan ruang OSIS.

Demi apa dia rela pulang terlambat demi 'menembak' seorang perempuan? Apalagi ini hanya demi sebuah tantangan permainan. Kalo dipikir lagi, kenapa ia mau-mau saja ya melakukannya? Seandainya tidak pun, ketiga temen curutnya tak akan sampai memutuskan pertemanan bukan? Tiba-tiba Angga merasa bego.

Tetapi, kalau ia tidak melakukannya, ketiga curut itu pasti akan mengejeknya habis-habisan. Dan kalau pun itu terjadi, paling hanya akan bertahan beberapa saja hari, kan? Fix, lo bego Angga! Pikirnya frustrasi.

Mau-maunya dikadalin oleh sekumpulan curut!

Angga mendengus keras. Setelah insiden 'penembakan' tadi, ia langsung pergi begitu saja. Sekarang ia menyesal. Menyesal karena tidak mengetahui jawaban Andin.

Jadi sekarang ia pacar seorang Andin, kan? Si ketua OSIS itu? Atau bukan, sih?

Angga jadi bingung sendiri.

Setelah lama merenung, Angga berdecak kesal. Lagi pula, mengapa ia repot-repot memikirkan hal itu? Terus apa tadi, tidak jomblo lagi? Jadi ia baru saja mengharapkan menjadi pacar Andin? Lalu menjalankan rutinitas orang pacaran setelahnya?

Udah gila kali! Batinnya.

Cowok Ganteng (group)

Rio
Diterima gak, bro?

Zaki
Gue yakin sih ditolak.

Aldi
Gue yakin sih ditolak (2)

Angga
Knp klian sykin itu?

Zaki
Yaelah, pake nanya lagi! Dilihat sekilas pun tetep gantengan gue kemana-mana.

Rio
Ciaaah.. lupa diri. Yang cintanya kandas duluan sama Andin siapa, bro? Hahaha

Angga
Hahahaha

Aldi
Jadi, diterima?

Angga
Gue lgsg cbut abis nmbak. Gak tau jwbnya apaan

Rio
Bangsat!

Zaki
Bego!

Aldi
Goblok!

Angga
Puas lo pada!?

Zaki
Mampus lo mati penasaran! Hahaha..

Rio
Gue saranin, sekarang lo chat dia. Minta kejelasan. Dari pada bingung.
Lagian, sok keren amat lo main kabur aja. Syukurin! Hahaha

Aldi
Si bodoh!

Angga
(Read)

Tiba-tiba menghubungi Andin lalu menagih jawaban. Nyari mati gak, sih? Sedangkan ia langsung pergi begitu saja saat meminta Andin menjadi pacaranya. Bukan meminta, memaksa lebih tepatnya.

Jika pun harus, ia tidak bisa menghubunginya. Angga jelas tak mempunyai nomer ponsel ketua OSIS itu. Angga bergegas mengambil ponsel saat sebuah gagasan terlintas di otaknya. Tangannnya dengan cekatan menggulir layar dan tersenyum kala menemukan sebuah grup berisi anggota inti OSIS dan para ketua eskul di sekolahnya.

Jarinya berhenti di sebuah deretan nomor dengan keterangan nama "Andin" di sebelahnya. Angga mengklik nomor tersebut untuk lebih memastikannya. Ia menyipitkan matanya kala mendapati foto profil seorang perempuan berbaju kuning yang tengah mengangkat sebuah topi hitam di tangannya. Tersenyum lebar menghadap kamera dengan memamerkan lesung pipi teramat dalam. Meski telah menemukan nomor itu, ia tak langsung menyimpannya.

Andin : Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang