Angga
Plg brg gue.Andin berdecak saat membaca pesan yang baru saja masuk. Ia tidak menyangka, memiliki pacar ternyata seribet ini. Kalau bukan karena merasa terpaksa, ia tak sudi memiliki pacar, apalagi modelannya seperti ketua basket itu. Setidaknya untuk saat ini.
Andin
Gue bawa motor begoIa sudah tidak peduli perihal kesopanan atau apalah itu. Ia sudah terlanjur jengkel luar biasa karena sikap sang pacar yang pemaksa. Masih satu pelajaran lagi dan bel pulang akan berbunyi. Tapi berkat pacar sialannya itu, ia sudah tidak punya mood mengikuti pelajaran lagi.
Andin memasukkan ponselnya ke dalam laci meja dengan kasar lalu mendengus kesal. Kenapa hari ini begitu menyebalkan?
"Kenapa, lo?" tanya Nisa saat melihat gelagat aneh Andin.
"Kayaknya dosa gue banyak banget, deh, Nis."
Nisa mengerutkan kening. "Masalah OSIS lagi? Yang tadi belom kelar juga?"
"Bukan. Masalah cowok." jawab Andin santai.
Nisa melotot kaget. "COWOK? Sejak kapan lo tertarik sama spesies semacam laki-laki?" Nisa bertanya histeris. Suaranya keras bukan main. Tidak heran jika kini sebagian anak kelas melirik ke arah mereka.
Andin mendesah malas. "Males cerita, ah. Gak jelas juga ini." Untuk apa ia menceritakan sang pacar sinting bin gak jelas kepada Nisa? Sama sekali tak bisa dipamerkan.
"Tap--" ucapan Nisa terpotong saat seorang guru yang masuk untuk mengisi pelajaran terakhir, "lo utang penjelasan sama gue," lirihnya sambil melirik Andin sinis.
Sepanjang pelajaran terakhir itu, Andin benar-benar tak bisa berkonsentrasi. Otaknya sedang mencari cara bagaimana ia bisa pulang dengan selamat tanpa berpapasan dengan Angga.
Bel pulang telah berbunyi. Andin dengan secepat kilat membereskan peralatan tulisnya lalu memasukan ke dalam tas dengan tergesa-gesa. "Nis, gue duluan, ya."
Sampai di depan pintu kelasnya, Andin tidak langsung keluar. Kepalanya menyembul keluar, memindai situasi. Seetelah merasa aman, ia mengayuhkan kakinya dengan terburu-buru ke parkiran. Pulang lebih cepat sepertinya lebih baik. Kebetulan hari ini juga tidak ada rapat. Memikirkan kebiasaan anak laki-laki di kelasnya yang tak pernah pulang cepat, sepertinya berlaku juga bagi Angga. Maka, kemungkinan akan bertemu dengannya sangat kecil. Memikirkan itu membuat Andin tersenyum simpul.
"Jangan coba-coba kabur dari gue."
Suara berat dari laki-laki yang saat ini berusaha Andin hindari terdengar ketika ia sudah siap dengan helm terpakai di kepalanya. Karena sudah tertangkap basah, Andin memutuskan melepas helm dan memberikan atensi sepenuhnya terhadap sang pacar.
Laki-laki itu tampak memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Pulang bareng gue." ujarnya santai.
Andin memutar bola matanya. "Gue bawa motor. Lo juga, kan? Gak usah aja, deh."
"Gampang. Nanti motor gue ada yang bawa. Gue anter pake motor lo, nanti gue ada yang jemput, kok."
"Ribet, Ya Salam.. "
"Udah, gak usah kebanyakan protes. Kalo lo gak mau, gue bisa nekat, loh. Mau gue tiba-tiba datengin rumah lo?" balasnya dengan menyeringai licik.
Mendengar kalimat yang sarat akan ancaman itu, membuat Andin menghela nafas kasar dan memutuskan akan mengalah saja. Bisa makin ribet ceritanya kalau tiba-tiba saja ada laki-laki yang datang ke rumahnya, apalagi saat ia tak di rumah.
Bisa abis dicincang sama Pak Lurah di rumah, batin Andin.
"Oke. Pake motor gue aja." Putus Andin akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin : Ketua OSIS
Teen FictionAngga Bagaskara mendapatkan Andin Mahesa sebagai pacarnya melalui permainan truth or dare yang ia mainkan bersama teman-temannya. Meski awalnya ia tidak memiliki rasa sedikit pun pada gadis itu, tetapi pada akhirnya Angga takut Andin kecewa padanya...