Seusai latihan eskul basket di Rabu sore, Angga dan ketiga curut lainnya tengah beristirahat di lorong depan kelasnya. Karena Rabu sore memang dikhususkan untuk eskul basket, koridor kelas IPS tempat mereka berada hanya dilewati beberapa siswa yang belum pulang. Entah untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran dan harus berakhir mendekam di perpustakaan, pacaran, atau hanya sekedar tidak ingin cepat pulang.
Waktu telah menujukkan pukul empat sore kala Angga mengangkat lengan kirinya, tempat jam tangannya melingkar dengan apik di sana. Menyeruput dengan kuat sedotan dari gelas minuman plastik es tehnya, lalu membuangnya di tempat sampah, tempat di samping Rio berdiri.
"Mau pada pulang kapan?"
Rio masih sibuk menyeruput minumannya dengan ponsel berada digenggaman, mengabaikan pertanyaan yang Angga lontarkan. Tidak berbeda jauh, kedua curut lainnya pun begitu.
"Besok-besok gue gak mau traktir kalian lagi." cetus Angga kesal.
Secepat kilat, kepala Zaki langsung terangkat naik, mendongak menatap Angga yang kini berdiri sambil bersender di pembatas balkon, tepat di samping Rio. "Gak bisa gitu, doong!" sewotnya.
Angga merotasi bola matanya. "Suka-suka gue, lah!"
"Cih, baperan!" Zaki menghidupkan ponsel yang sempat ia matikan, melirik barisan angka di layar utama. "Baru juga jam empat lebih dikit, ribut amat."
"Agak sorean aja, Ngga. Biar gak kejebak macet di jalan." sahut Aldi masih dengan ponsel di tangannya, tanpa repot-repot menatap Angga.
"Hm.." dehem Angga malas. Ia kembali memainkan ponsel di tangannya.
Saat tengah fokus, tiba-tiba bahunya ditepuk agak keras oleh Rio. Dengan wajah tertekuk kesal, ia menolehkan kepalanya, menatap Rio yang tengah menghendikkan dagu ke arah parkiran sekolah. Rio memang tidak mengubah posisinya sejak tadi, berdiri di pembatas balkon dengan pandangan ke depan.
"Apaan?" tanya Angga tak paham.
"Nengok bentar, deh."
"Ada ap---"
"Loh, kalian belum pada pulang?" tanya seorang gadis yang datang dari arah perpustakaan. Letak perpustakaan memang berada di lantai dua, tempat kelas-kelas Xl berada.
"Eh.. Rin? Belum pulang juga?" tanya Rio yang tiba-tiba berubah antusias, hingga menimbulkan kernyitan kening pada sosok laki-laki di sebelahnya, Angga.
"Belum, tadi abis nugas di perpus. Karena keasyikan jadi gak sadar udah sore. Sampe diusir karena mau ditutup." balasnya sambil terkekeh kecil. "Abis eskul?" tanyanya sambil berjalan dan memposisikan diri di sebelah Angga.
Karena sorot mata gadis itu menatapnya, Angga mengangguk membenarkan.
"Kenapa belum pada pulang, capek banget, ya?" tanyanya ramah.
"Biasa kita, mah. Lagi pengen nyantai aja." ujar Rio sambil memasukkan ponselnya di saku celana.
Aldi tiba-tiba berdiri lalu menjinjing tasnya. "Gue balik, ya."
Zaki melototkan matanya, bergegas menyusul langkah Aldi di depan sana. "Tunggin, Di. Gue nebeng.." teriaknya.
"Woiii.." jerit Zaki dengan kesal.
"Andin bentar lagi lewat sini. Ini kesempatan buat lo bikin dia cemburu, Ngga." bisik Rio sambil melirik Karin sekilas. "Gue balik, ya." Sebelah matanya mengedip genit, menggoda Angga yang hanya bisa mendengus pelan.
Angga pikir Rio membohonginya. Ia berpikir bahwa teman curutnya itu hanya ingin menggodanya saja. Tetapi saat sorot matanya bertemu dengan manik mata teduh milik gadis yang baru saja muncul di lantai dua dari arah tangga, Angga hanya diam membeku. Berdiri diam dengan pandangan mata tak beralih sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin : Ketua OSIS
Teen FictionAngga Bagaskara mendapatkan Andin Mahesa sebagai pacarnya melalui permainan truth or dare yang ia mainkan bersama teman-temannya. Meski awalnya ia tidak memiliki rasa sedikit pun pada gadis itu, tetapi pada akhirnya Angga takut Andin kecewa padanya...