RENJANA - 01

867 111 34
                                    

Waktu akan terus berputar
Tak peduli jika langkahmu sedang gemetar

🐝🍯🐝

Kaki mungilnya melangkah menyusuri koridor sekolah. Pagi ini, ia terlihat begitu cantik dengan liptint pink yang menempel pada bibir mungilnya. Jujur saja ini kali pertama ia menggunakan itu. Banyak pasang mata tertuju padanya hingga membuatnya risih. Sungguh, ini menyebalkan!

Tak ingin menjadi pusat perhatian, gadis itu mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia menundukan kepalanya, jangan pernah berpikir ia melakukan itu karena malu. Gadis pecicilan nan ceroboh seperti dia sepertinya sudah tidak punya rasa malu. Dia hanya sebal menjadi pusat perhatian. Tetapi sepertinya lama-kelamaan ia tidak nyaman berjalan seperti itu. Dengan helaan nafas, gadis berseragam putih Abu-Abu itu mendongakan kembali kepalanya. Melanjutkan perjalanan dengan normal.

Temaram, ia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Ia memperjelas pandangannya ke arah itu. Mata coklatnya menatap tajam. Wajahnya tiba-tiba saja memerah, mungkin ia akan meledak.

"GEMI!" teriaknya dengan lantang membuat sangat pemilik nama terkejut bukan main. Bukan hanya sang pemilik nama, 2 orang dan siswa di sekitar itu juga kaget mendengar teriakannya.

"Ge, lo buat masalah apa?" Tanya salah satu temannya.

"Singa betina lo ngamuk, Ge. Gue ga ikut-ikutan. Kabur aja yok, Sa!"

Kini, Gemi berdiri sendirian. Sial! Batinnya. Dua temannya itu memang minus. Bagaimana bisa mereka meninggalkannya saat singa sedang ngamuk seperti itu?

Gadis itu berlari menghampiri si Gemi Gemi itu. Wajahnya memerah, raut wajahnya benar-benar seperti singa kelaparan yang akan menikam mangsanya.

"Jangan lari, Van. Nanti ja-"

Bruk...

"-toh," Lanjut Gemi.

Tuh kan, belum juga Gemi selesai berbicara, gadis itu sudah terjatuh duluan. Ceroboh, memang. Lututnya itu memang selalu menciumi lantai. Entah itu di sekolah, mall, di rumah bahkan di supermarket. Meskipun mencium lantai setiap hari, tetapi tetap saja tak pernah kebal. Satu plester sudah menempel pada lutut kanan gadis itu akibat jatuh di kamar mandi kemarin dan sekarang? Lihat, lutut kirinya berdarah.

Gemi tak tinggal diam. Tanpa basa-basi ia mengangkat tubuh mungil gadis ceroboh itu. Demi apapun dalam hatinya ia merutuki gadis itu. Kenapa selalu membuatnya khawatir?!

"Aw! Pelan-pelan, Gemi!" Pekik gadis itu.

Gemi menghentikan aktivitasnya sejenak, ia menatap dalam-dalam gadi di depannya. Tidak ada yang berubah ternyata, tetap seperti Vanya kecil yang ia kenal selama ini.

"Kenapa pagi-pagi kayak orang kesetanan? Itu bibirnya kenapa jadi kaya tante-tante gitu?"

Vanya berdecak sebal mendengar pertanyaan itu. "Kenapa ninggalin gue si, Ge? Lo tau sendiri kan kalo gue males berangkat bareng bang Aiden."

"Semalam gue udah chat lo, tapi ngga bales, jangankan balas dibaca juga engga," Jawab Gemi dengan malas.

Vanya yang mendengar penuturan Gemi langsung mencari-cari tasnya dan mengambil sebuah benda pipih di saku tas sebelah kirinya. Tangannya mengutak-atik benda tersebut dan Shit! Malu sendiri kan!

"Ya maap, kan gue suka lupa cek HP," Ujarnya sembari nyengir kuda sedangkan pria di depannya itu memutarkan bola matanya malas, kebiasaan!

"Lutut lo ngga bosen apa nyium lantai mulu, Van? Gada niatan berdamai sama lantai gitu?"

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang