RENJANA-17

211 21 0
                                    

Tak butuh waktu lama, Scorpion mengaku kalah dan mundur. Anak-anak Cyclops bersorak sorai. Ternyata untuk membantai mereka tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Tidak ada yang terluka serius, hanya memar-memar saja dibagian tubuhnya.

Aksa dan Rain berjalan mendekati kedua sejoli yang sedang asik menikmati ciki di trotoar. Ada sedikit luka memar di sudut bibir Aksa sedangkan Rain hanya baretan kecil di keningnya. Celana abu-abu mereka, sebagian berganti warna putih karena terkena guyuran terigu.

Aksa menatap sengit ke arah Vanya dan Gemi. Kedua anak manusia itu nampak sedang berbincang hanya. Tak terkecuali Rain, cowok itu juga menatap Gemi dengan sengit. Tatapan mereka seolah menyimpan dendam.

"Ketua macam apa lo? Bisa-bisanya kita tawuran dan lo enak-enakan makan!" Omel Aksa.

"Lo juga! Kalo ada tawuran itu menghindar bukannya ditrabas!" Ujar Rain sembari menunjuk Vanya.

Vanya dan Gemi saling pandang. Mulut mereka masih sibuk  mengunyah. Aksa dan Rain semakin geram dibuatnya.

"Yaelah, Rain. Tawuran doang mah gapapa, kalo balapan liar itu yang jangan," Balas Vanya dengan santainya.

"Iya kalo tawurannya kaga pada bawa sajam, kalo bawa? Pulang lo udah jadi lima potong!"

"Dengerin tuh!" Timpal Gemi. Vanya mencebikkan bibirnya, ia kira Gemi akan membelanya nyatanya tidak sama sekali. Cowok itu malah mendukung ucapan Rain.

"Tau ah! Gelay!" Tukasnya.

"Aksa! Bawa motor gue!" Sambung gadis itu sembari melemparkan kunci motornya. Aksa menangkapnya dengan sigap setengah kaget.

"Terus lo jalan kaki gitu?" Tanya Rain dengan polosnya.

"Kaga lah! Bareng Mas Gemi dong!"

"Ah ngga mau, gelay!" Balas Gemi dengan suara yang dibuat selebay mungkin. Anggota Cyclops yang sedang beristirahat di trotoar mendengar itu sontak menoleh ke arah Gemi.

"Gulay kali ah!" Celetuk Rain.

"Kalo Gemi mah bukan gelay bukan juga gulay tapi gilay," Cetus Vanya.

"Terus lo apaan?" Tanya Aksa.

Gadis itu menatap Aksa dengan lekat. "Aku?!"

"Jadi duta sampo lain? Hahaha.... Pake sampo rencengan aja dikasih air!" Sontak semua tertawa mendengar jawaban Vanya.

"Miris gitu liatnya," Ujar salah satu anggota Cyclops. Vanya menghembuskan nafasnya pasrah. Wajahnya yang nampak memelas membuat seolah ia benar-benar memperihatinkan.

"Bodo! Pulang yu, Ge. Kaki gue ngilu nih." Gemi menoleh ke arah gadis itu lalu menatap kaki kanannya yang sudah tidak terbalut perban. Sontak pemuda itu membuatkan matanya.

"Kenapa lo lepas perban nya?! Mana pake sepatu lagi! Lo pengen banget kaki lo patah?!" Cerocos Gemi histeris.

"Lo tadi bawa motor juga kan? Gila lo, kaki lo terkilir Vanya, astaga nekat banget si! Kalo lo kecelakaan gimana coba? Iya kalo masih bisa idup, kalo mati?" Sambung pemuda itu.

Vanya duduk di atas motornya dengan santai sembari mendengarkan ceramah Gemintang. Matanya menatap lekat pria yang sedang berbicara panjang lebar di depannya. Hatinya sedikit menghangat melihat kekhawatiran Gemi. Hampir semua anggota Cyclops menatap ke arah pemuda itu juga.

"Gue khawatir, lo tau ngga si?!" Kesal Gemi.

"Tau, Ge... Tau banget malahan. Tapi gue ini cuman terkilir bukan osteoporosis dan satu lagi, lo tau ngga si apa hubungannya kaki terkilir sama perban?" Gemi diam mendengar balasan dari Vanya.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang