RENJANA-16

206 26 3
                                    

"Van, lo pulang sendiri?" Tanya Senja. Vanya menoleh ke arah gadis itu, "biasalah gue kan mandiri."

"Lo mandiri?! Gemi gue bunuh!" Seru Sabila. Refleksi tangan naya menjitak kepala gadis itu.

"Aw! Kok sakit?!" Pekik bocah itu sembari memegangi bagian kepala yang dijitak oleh Vanya.

"Jeblesin ke tiang listrik aja, Van. Gue ikhlas," Celetuk Senja.

"Ide bagus!" Vanya sontak menarik tangan Sabila dengan kasar, Senja membulatkan matanya. Ia pikir ucapannya tak akan digubris ternyata respon Vanya di luar dugaannya. Sabila meronta, mencoba melepaskan cekalan Vanya tetapi belum juga berhasil.

"SENJA! TOLONGIN GUE WOY!" Seru Sabila, ia masih berusaha melepaskan cekalan tangan Vanya.

Sabila membulatkan matanya, Vanya benar-benar membawanya ke depan tiang listrik. Suasana parkiran cukup sepi seolah mendukung apa yang akan gadis bertas hitam itu lakukan.

Vanya tersenyum devil membuat gadis dalam cengramannya itu bergidig ngeri. Senja sendiri bingung harus berbuat apa. Dengan segala kebingungannya, gadis itu mendekati Vanya dan Sabila yang raut wajahnya sudah tak karuan.

"Fiks, otak lo beneran minus, Van!" Tukas Senja.

"Sebelum dia bunuh Gemi, gue bakal bunuh dia duluan!" Ujar Vanya sembari melirik Sabila horor.

"Gue bercanda, Van. Serius! Ya kali gue bunuh Gemi," Tutur Sabila.

"Orang kalo bercanda bikin yang lain ketawa, lo liat gue ketawa ngga tadi?!"

"Kaga," Balas Sabila dengan polosnya.

"Berarti lo bukan bercanda!" Timpal Senja.

"Terus gue ngapain dong?" Vanya nampak berpikir, begitu juga dua sahabatnya itu.

"Gue tau!" Seru Senja dengan raut ceria. Vanya dan Sabila menatap gadis itu, menunggunya melanjutkan ucapannya.

"Sabila tuh tadi ngancem lo, Van." Saat itu juga Sabila ingin membunuh Senja sebelum ia benar-benar dibunuh oleh Vanya.

Tatapan iblis dari gadis ceroboh sudah menyambutnya. Dalam hati mereka, Masing-masing merutuki dirinya, bagaimana bisa mendapatkan sahabat yang minus semua?

Mungkin jika malaikat bisa bersuara ia akan mengatakan kepada mereka alasan mereka disatukan adalah karena sama-sama minus.

"Van, sebelum lo bunuh gue, ijinin gue buat bunuh Senja lebih dulu," Pinta Sabila.

"Lo mati dulu baru bunuh gue!" Balas Senja.

"Gue bunuh lo dulu baru lo bunuh Senja! Valid, gak nego!" Ujar Vanya sembari menunjuk Sabila.

"Gak bisa, Van. Ini si Senja mesti mati duluan."

"Ngaca! Lo bukan malaikat maut."

"Lo bukan Tuhan!"

"Me-"

"BACOT MULU, INI KAPAN BUNUH-BUNUHANNYA!?!" Teriak Vanya.

Senja dan Sabila saling menatap, mereka berbincang lewat kode. Vanya mulai jengah, gadis itu melepas tangan Sabila dari cekalannya dengan kasar. Gadis itu tersentak dan reflek mengaduh.

"Gue mau pulang, bay!" Gadis bertas hitam itu melangkah meninggalkan mereka dengan perasaan kesal.

"Sumpah, lo gaje banget, Van!" Seru Senja.

"Gue gabut asal lo tau!" Vanya tak menoleh, ia menjawab sembari terus berjalan menuju ke arah motornya.

Kedua gadis itu melongo tak percaya. Gabut sampai segitunya?!

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang