"Lo ngga ada niatan balas Banyu, Ge? Dia udah bikin anggota kita sekarat di rumah sakit," Ujar satu diantara tiga orang yang sedang menyusuri koridor.
"Belum waktunya, kita diem aja dulu. Sekali bantai, mati semua," Balas Gemi dengan santainya. Mereka diam, Gemi memang selalu seperti itu. Terlalu santai tetapi juga terlalu kejam. Selama Cyclops dibawah kepemimpinan Gemi, mereka diajarkan untuk santai dalam menghadapi musuh, beberapa kali mundur jauh sebelum akhirnya melejit maju.
Banyu adalah siswa pentolan sekolah sebelah yang menjabat sebagai ketua geng Scorpion. Geng yang selalu membuat onar dan meresahkan warga. Kebut-kebutan di jalanan dan menculiki anak gadis untuk memuaskan hasratnya bukan lagi hal asing di mata mereka bahkan mungkin saja sudah menjadi rutinitas setiap harinya.
Awal permusuhan mereka adalah ketika Cyclops membantu warga untuk membubarkan balapan liar di jalan yang dimana pelaku balapan itu adalah mereka, kemudian Cyclops juga pernah membebaskan tiga gadis remaja yang diculik oleh mereka juga. Dari sana timbul lah perseteruan antara mereka hingga sekarang. Gemi tak ambil pusing, selama ia berbuat baik dan tidak merugikan orang-orang sekitar itu bukan masalah yang besar jika nanti ada yang menjelma menjadi musuh nya.
Langkah kaki mereka terhenti di depan kelas Vanya. Koridor nampak ramai karena belum istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Siswa siswi berlalu lalang kesana kemari.
"Lo berdua duluan aja," Ujar Gemi.
"Yaelah cuma jemput Vanya mah bentar, kecuali lo mau uwu-uwuan," Celetuk Aksa dengan entengnya.
"Kita sebagai sahabat yang baik nungguin ya nggak, Sa?" Kini Rain yang angkat bicara. Gemi tak menggubris omongan mereka yang ia tebak ujung nya akan ngawur.
Baru saja Gemi mau memasuki kelas itu, Senja dan Sabila terlebih dahulu menampakan dirinya. Gemi menghentikan niatnya untuk masuk dan memilih bertanya kepada dua gadis yang juga sahabatnya itu. "Bil, Vanya mana?"
Pertanyaan itu sukses membuat Sabila gagu, bagaimana jika Gemi tau Vanya bolos pelajaran, bisa habis Vanya dimarahi cowok posesif di depannya itu.
"Vanya? Em, itu dia-"
"Dia kenapa? Di mana?" Sabila benar-benar bingung harus menjawab apa, sial! Itu bocah banyak tingkah nyusahin njir! Batinnya.
"Emang lo ngga tau? Dia kan kabur katanya gini gue mo cabut aja, kata Gemi hari ini gue ngga usah mikirin pelajaran dulu," Tukas Senja. Damn! Sabila merutuki dirinya sendiri memiliki sahabat seperti Senja yang mulutnya sangat lemes dan tak bisa diajak kerja sama. Mati-matian ia menahan diri untuk tidak keceplosan demi melindungi Vanya dan Senja dengan entengnya memasukan Vanya ke dalam kandang macan. Sedangkan cowok itu langsung melangkah pergi setelah mendengar pernyataan Senja.
"Senja goblok! Kasian Vanya diomelin Gemi pasti, heran gue tuh kenapa mesti punya temen modelan elu," Ujar Sabila dengan kesal.
"Lah kan Vanya anaknya?" Sontak kedua laki-laki yang berdiri di samping mereka membulatkan matanya.
"Temen lo habis mabok, Bil?" Tanya Aksa.
"Otak kalo ngga pernah liburan gitu, bego!" Timpal Rain.
"Lah kok kalian nyalahin gue si?!" Kesal gadis berambut gelombang itu membuat Sabila memutar bola matanya malas. Lalu melangkah pergi ke kantin di susul oleh dua laki-laki itu.
"Eh, itu Gemi gimana? Gue tungguin njir!"
"Bodoamat!" Sahut mereka bertiga kompakan.
"Lah, kompak."
⭐⭐⭐
Vanya menyesali perasaan keponya yang berujung pada ruang neraka. Gadis itu kini hanya bisa pasrah dan berharap Tuhan mengirimkan seseorang untuk menyelamatkannya. Kepalanya kembali berdenyut membuat gadis itu mengerang dalam hati. Jangan sampai ia hilang kesadaran di sana atau ia akan benar-benar kehilangan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Teen FictionDi pacarin kok bangga? Dinikahin dong! __________________________________________ Start 30 Desember 2020