Kini Vanya hanya bisa diam mendengarkan semua ocehan Gemi. Gadis itu duduk di ranjang dengan kaki di perban. Dalam hati, Vanya terus Bertanya-tanya hubungannya terkilir dengan perban itu apa? Otaknya terus saja mencari jawaban akan hal itu.
"Dengerin gue ngomong gak si?!" Kesal Gemi.
"Kata Jessica Jane, lo siapa? Mak gue?" Balas Vanya dengan santainya.
Gemi mengerang dalam hati, menghadapi Vanya memang perlu kesabaran ekstra. Ia menatap wajah gadis itu yang tenang-tenang saja, seolah tak pernah terjadi apapun.
"Kenapa ngga patah sekalian si itu kaki," Ujar pemuda itu.
Satu tendangan mendarat dengan mulus di perut Gemi membuat pemuda itu mengerang kesakitan. "Ah! Shit! Bar-bar banget si lo! Kaki semut damagenya gada main."
"Siapa suruh lo nyumpahi gue!" Tukasnya.
"Gue nggak nyumpahin!" Sangkal Gemi.
"Terus apaan ha?!" Seru Vanya.
"Mendoakan."
Dan benar saja satu tendangan kembali mendarat di perut Gemi. Lagi-lagi pemuda itu mengerang kesakitan memegangi perutnya. Sial!
"Sama aja, bego!" Sulut Vanya.
"Gila lo! Cewe gada anggun-anggunnya dikit," Ujar Gemi.
Vanya memutar bola matanya malas. Ia tak berniat membalas ucapan pemuda itu. Tidak ada habisnya jika terus berdebat dengan Gemi bahkan sampai berbusa sekalipun. Mereka berdua sama-sama pandai dan suka berdebat tetapi kali ini Vanya memilih mengalah.
"Oh, jadi ini cewe bar-bar yang anak mamah itu ya? Aduh kasian kakinya diperban, jalannya pincang pasti," Ujar seorang siswa berseragam ketat yang baru saja memasuki UKS.
Vanya diam mendengar ucapan gadis itu meskipun itu tertuju kepadanya. Wajah Gemi memerah, ia marah mendengar hal itu. Saat akan membalas ucapan itu, Vanya terlebih dahulu memberikan kode untuk diam.
"Bisa-bisanya Gemi mau jadi budaknya Vanya, ya? Heran gue."
"Duitin lah! kan cewenya kaya," Celetuk salah satu antek-anteknya.
Vanya masih diam sembari menarik ujung baju Gemi agar emosi lelaki itu tak meledak. Tatapannya jatuh pada name tag si tukang nyinyir itu, Yessy Alendri Vikales. Dari namanya, Vanya yakin gadis itu blasteran eropa. Bukan hanya dari nama tetapi wajahnya juga menjawab benar atas dugaannya itu.
"Gabisa jawab kan?! Lemah lo!"
Vanya tersenyum devil ke arah empat gadis itu. Matanya menangkap satu persatu wajah mereka dan menyimpannya dengan rapi dalam otaknya.
"Lo nyari lawan? Mending cari yang lain aja deh, kita ngga selevel," Tukas Vanya dengan santainya.
Mereka tertawa iblis seolah mengejeknya. "Lemah banget, belum apa-apa udah nyerah!"
"Lo kalo berani satu-satu jangan keroyokan! Gayaan jadi badgirl, dipanggil BK nangis!" Tukas Gemi. Beberapa waktu yang lalu Yessy dipanggil BK dan pemuda itu melihat Yessy menangis sesenggukkan di sana.
"Apa lo bilang?!" Seru Yessy.
"Aduh, Ge. Kamu terlalu uwu untuk ngurusin mereka. Biar aku aja, kamu nonton," Ucap Vanya mendramatisir keadaan. Gadis itu turun dari ranjang dan melangkah mendekati Yessy. Melihat wajah Yessy seperti kilang minyak, Vanya tertawa renyah. Belum lagi lipstik gadis itu yang berantakan dan celak yang sudah luntur.
"Buset dah! Lo abis cuci muka pake minyak apa gimana, Yes?" Tanya Vanya sembari tertawa.
Yessy melebarkan matanya, darahnya naik seketika. Ia maju mendekati Vanya dan menjambak rambutnya namun aksinya gagal karena Vanya sudah terlebih dahulu menendang tulang kering gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Teen FictionDi pacarin kok bangga? Dinikahin dong! __________________________________________ Start 30 Desember 2020