P.19 [kesalahpahaman]

165 42 9
                                    

“Hem yang benar? Apa betul untuk itu?”

Heejin mengangguk. Dan mereka berjalan lagi. “Makanya kuberikan untuk Professor Slughorn. Mengingat tumbuhan itu tak akan banyak berguna untukku”

Ya ampun Jeno malu sekali, seharusnya ia lebih memerhatikan pelajaran Professor Pomona Sprout.

“Maaf kalau begitu” Bisik Jeno.

Heejin tak dapat menahan tawanya lagi. “Dan ngomong-ngomong soal suratmu. Ini surat balasan dariku”

Heejin menyerahkan sepucuk surat beramplop pink.

“Aku sudah menulisnya tapi tak bisa kukirimkan padamu, karna burung hantuku sakit setelah musim salju kemarin kupaksakan mengirim surat untukmu dan beberapa yang lain. Maaf ya”

Mereka sudah sampai dipintu ruangan Professor Slughorn.

“Aku yang seharusnya minta maaf, maaf sudah- menciummu seperti itu” Jeno memukul keningnya sendiri. “Tak dapat kupercaya aku sebodoh itu. Kau pasti sangat marah”

Heejin diam tak membalas apapun, keheningan terasa untuk beberapa saat. Sampai Heejin lupa untuk mengetuk pintunya.

Jelas bukan rasa marah yang ia rasakan saat itu.

Professor Slughorn keluar dan memekik nama Jeno saat melihatnya. Ia langsung menarik Jeno masuk dan hendak menutup pintunya.

“Kau tidak ikut?” Tanya Jeno pada Heejin.

Heejin menggeleng, Jeno seperti anak TK yang takut ditinggal sendiri didalam kelas setelah diantarkan orang tuanya.

“Aku yakin Heejin sudah bosan masuk keruanganku” Komentar Professor Slughorn kemudian menutup pintunya setelah Heejin melambai-lambai seperti bocah pada Jeno.

Itu baru pertama kalinya Jeno masuk keruangan ini sendirian, yang pertama kali ia datang dengan Heejin untuk pesta Professor Slughorn.

Professor Slughorn menyuruhnya duduk dan ia mengambil kotak milik Jeno.

“Tumbuhan Dittany Crete. Aku tak sangka kau berikan sangat banyak padaku” Kata Professor Slughorn. Jeno tau Heejin sudah berbohong pada Professornya. “Akan bisa membantu banyak wanita yang melahirkan dengan ini” Lagi-lagi Jeno malu sendiri.

“Bukan apa-apa Professor, aku tau kau akan senang” Jeno menggaruk-garuk tengkuknya.

“Darimana kau dapatkan ini?”

“Oh rumah kakakku, dia menanam banyak tumbuhan seperti itu dan juga lainnya”

“Begitu..” Wajah Professor Slughorn terlihat dramatis. “Bagaimana kalau bujuk kakakmu untuk menjualnya padaku setiap persediaanku habis?”

“Professor mau? Tentu saja akan kusampaikan pada kakakku nanti”

Professor Slughorn sumringah sekali. Mengangguk-angguk senang. “Sebagai bayaran yang kali ini akan kuberikan kau ramuan mutakhir”

Jeno harap itu ramuan Felix Felicis. Professor Slughorn mengambil ramuan itu dari kantong jubahnya. Ramuan berwarna pink. Jeno bisa jadi tak begitu paham pelajaran ramuan tapi ia tahu betul yang ini, ramuan Amortentia.

“Professor, aku tak bisa menerima itu”

“Ini ramuan cinta paling mujarab” Katanya bangga.

Jeno tak tau harus berkata apa, “Professor..”

“Ambilah kau bisa campurkan ini pada bahan kue, tapi aku yakin laki-laki tak memasak kue jadi campur saja pada minumannya”

Jeno menolak dengan sekuat tenaga tapi Professor Slughorn tak mau menerima itu kembali. Apa yang akan ia lakukan dengan ramuan macam ini.


Wolfsbane ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang