P.23 [obsessed]

193 44 18
                                    

Jeno memejamkan matanya sebentar, masih di kursi batu itu. Ia menghela nafas panjang.

Seseorang duduk disebelahnya, dapat ia rasakan saat jubahnya menyentuh tangan.

Jeno segera membuka matanya dan yang ada disebelahnya adalah perempuan berambut blonde, Park Gowon.

"Jangan pergi" Katanya saat Jeno mau berdiri. "Aku tau seminggu ini hari yang berat bagimu"

Gowon tersenyum lemah padanya, "Kenapa kau tak pernah cerita? Kami semua disini untukmu, Jeno"

Tak ada jawaban dari laki-laki disebelahnya.

Gowon juga tak bicara lagi, dan saat Jeno lihat gadis itu baru menjatuhkan air matanya.

Jeno mau pergi lagi saat mendengar isakannya. Itulah kenapa ia tak mau menemui teman-temannya.

Gowon menahan Jeno agar tetap duduk dengan menggenggam lengannya. Jeno harus bagaimana jika salah satu sahabatnya menangis mengasihani kondisi dirinya. Ia tak tahan.

Gadis itu menarik nafas panjang dan mengusap air mata dipipinya. Ia berdeham sebelum mulai bicara, dan memberikan bungkusan persegi pada Jeno.

"Itu hadiah dariku, aku kesini menemuimu untuk memberikan itu"

Jeno menoleh cepat padanya, "Hem?"

"Isinya novel Muggle kalau kau ingin tau"

"Itu novel yang bagus kok" Kata suara lainnya. Renjun tiba-tiba datang dan bersandar di tembok lorong Hogwarts dihadapan Jeno dan Gowon. "Dia juga memberikan buku yang sama padaku, aku baru selesai membacanya"

Jeno memandangi barang yang katanya buku itu, masih dilapisi kertas coklat pembungkus.

"Apa maksudnya kau memberikan ini?" Jeno bahkan masih bersuara parau.

"Apa ya.. Hem anggap saja itu hadiah natal, belum dapat hadiah natal dariku kan? Hehe maaf terlambat"

Jeno memandangnya bingung. Natal sudah lewat lama sekali, Park Gowon!

"Ngomong-ngomong hadiah natal. Yang ini dariku"

Renjun melempar benda kecil pada Jeno, kali ini tak dibungkus apapun. Itu adalah gantungan kunci bentuk beruang coklat.

Jeno menatap Renjun.

"Agar kau selalu ingat dengan Lee Haechan" Renjun meniru auman beruang kecil.

Gowon sampai tak dapat menahan tawanya.

"Dia cukup lucu sih saat dirubah jadi anak beruang, ingat kan?" Tambah Renjun.

Jeno memerhatikan gantungan itu, "Tapi bukan aku yang mengubahnya jadi beruang" Katanya berbisik. "Terimakasih ngomong-ngomong" Jeno tersenyum lemah pada mereka berdua.

"Dasar kurang ajar!" Haechan datang dengan Olivia dibelakangnya. Wajahnya bisa dibilang sedang menantang Renjun. "Kaulah anak Dreamies paling menyebalkannya" Ia menunjuk Renjun.

"Ngomong-ngomong jangan berterimakasih dulu" Kini Haechan bicara pada Jeno. "Hadiah natalmu belum selesai diberikan semua, ini dariku"

Mimpi apa Jeno semalam, bisa diberikan beberapa kado natal tiba-tiba di musim panas seperti ini.

Jeno membuka bungkusan dari Haechan, isinya kain berwarna crem kucel tidak asing.

"Apa ini?" kata Gowon mengambil kain itu. Ternyata ada lebih dari satu kain.

"Sebenarnya itu hadiahku berdua dengan Olivia, iya kan?" Haechan menoleh pada Olivia meminta persetujuan.

Olivia mengangguk. "Itu adalah kain yang kita berempat gunakan saat disuruh menggosok trofi berdebu, kau ingat?"

Wolfsbane ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang